Thursday, October 20, 2016

Beribadah tapi Memungkiri Kekuatannya (2)

(sambungan)

Dan Paulus pun menyampaikan alasannya. "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ay 8). Latihan jasmani akan sangat berguna bagi kesehatan dan daya tahan tubuh kita. Itu berguna bagi kehidupan kita di dunia saat ini, tetapi tidak akan ada gunanya lagi untuk hidup yang akan datang. Sedangkan melatih diri untuk beribadah akan berguna baik untuk hidup saat ini maupun yang akan datang nanti.

Jadi jelas beribadah itu penting. Tapi jangan lupa bahwa selain melakukan, kita pun harus tahu hakekatnya kita beribadah. Paham tujuannya, kegunaannya, kekuatannya, agar ibadah yang kita lakukan tidak menjadi sia-sia, tidak berhenti hanya sebatas menjalankan tradisi, sesuai kebiasaan atau tata cara liturginya saja. Ibadah yang dilakukan dengan benar akan mampu membangun iman kita untuk bertumbuh makin besar, berakar dalam Kristus semakin dalam, sehingga kita lagi terjebak memungkiri sendiri kekuatan di balik ibadah-ibadah yang kita lakukan itu.

Kalau untuk percaya terhadap pengalaman atau kesaksian orang saja kita sulit, bagaimana mungkin kita bisa mengalaminya sendiri? Ibadah yang dilakukan hanya pada kegiatannya saja tidak akan membawa manfaat apa-apa bagi kita. Kita akan terus semakin jauh dari pengalaman-pengalaman luar biasa bersama Tuhan. Kita tidak akan bisa merasakan mukjizatNya, penyertaan dan pertolonganNya yang ajaib, serta berbagai kuasa Tuhan yang terus dinyatakan hingga hari ini secara nyata. Kalau Tuhan terus menyatakan semua itu secara nyata, artinya kita seharusnya bisa melihat, merasakan dan mengalaminya secara nyata pula. We should be able to see it, feel it, experience it for real. Kita harus terus meningkatkan pemahaman kita akan kekuatan dari ibadah hingga pada suatu ketika nanti bisa mengalaminya langsung, bukan lagi hanya kata orang tetapi kita sudah mengalami sendiri. Semua orang percaya harus sampai kepada tingkatan seperti itu, dan itu akan sulit tercapai apabila kita sendiri masih memungkiri kekuatannya.

Ibadah tidak boleh terbatas pada seremonial yang penuh dengan hafalan tanpa memahami esensinya. Ibadah tidak boleh berhenti pada tata cara, gerak tubuh, posisi dan ucapan yang sama berulang-ulang. Ibadah bahkan seharusnya tidak dibatasi oleh jam atau waktu. Ibadah hendaknya diarahkan untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan. Ibadah bukanlah tempat dimana kita hanya meminta dan terus meminta, mengeluh dan merengek tetapi lebih dari itu seharusnya dipergunakan untuk bersekutu denganNya, membina hubungan yang erat dengan Tuhan dengan penuh ucapan syukur, merasakan hadiratNya, mendengar suaraNya dan mengetahui kehendak dan rencanaNya yang terbaik atas kita, atau mendengar teguranNya ketika kita melakukan sesuatu yang salah.

Tuhan tidak suka dengan orang-orang yang hanya menjalankan ibadah sebagai sebuah rutinitas atau ritual belaka. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Perhatikan bahwa bahkan akan ada hukuman Tuhan yang jatuh kepada orang-orang yang hanya sebatas bibir saja memuliakan Tuhan, hanya sebatas hafalan, seremonial, kebiasaan, sementara hatinya tidak memancarkan kasih sama sekali kepada Tuhan. Sebaliknya kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dalam tiap ibadah yang mereka lakukan, Tuhan memberikan seperti ini: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bilangan 6:24-26). Ini akan diberikan sebagai berkat kepada kita jika kita meletakkan nama Tuhan di atas segalanya, termasuk dalam ibadah kita. (ay 27). Dan lihat pula ayat berikut: "beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu" (1 Samuel 12:20b). Beribadah harus dilakukan dengan segenap hati, dengan serius dan sungguh-sungguh dengan memiliki tujuan yang benar yang kita sadari dengan sepenuhnya.

Tuhan pasti kecewa apabila kita mementingkan tata cara dan hal-hal lain di luar membangun kedekatan hubungan denganNya. Tuhan kecewa ketika kita hanya ingin terlihat hebat rohani dari luar sementara di dalam iman kita malah tidak jelas bentuknya. Sebaliknya Tuhan akan disenangkan hatiNya kala melihat anak-anakNya yang rajin beribadah karena haus merasakan saat-saat teduh bersamaNya, rindu untuk terus bertemu dan mendengar pesan-pesanNya, dan tentu saja yang menunjukkan imannya dengan mengaplikasikan firman Tuhan secara nyata di dalam kehidupannya sehari-hari. Kita bukanlah hidup untuk terlihat hebat di depan manusia, tetapi justru yang terpenting adalah menghidupi sebuah kehidupan yang berkenan di mata Tuhan.

Jika kita sudah beribadah tetapi masih juga meragukan atau menolak kuasa Tuhan, itu artinya masih ada yang harus kita perbaiki dalam melakukan ibadah kita. Percayalah bahwa Tuhan punya kuasa jauh melebihi segalanya dan mampu menjungkir-balikkan logika manusia. Itu masih terjadi secara nyata sampai hari ini, masih akan terjadi nanti, dan itu pun bisa kita alami secara langsung dalam kehidupan kitai.

Ibadah yang meski dilakukan secara penuh tanpa percaya terhadap kekuatannya adalah sia-sia

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...