Wednesday, December 21, 2016

Merayakan Natal dengan Berbagi (1)

 Ayat bacaan: Yakobus 2:15-16
======================
"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?"

Ada sekelompok anak muda dari satu komsel membuat gerakan yang membuat saya bahagia. Salah satu dari mereka bercerita tentang apa yang akan mereka lakukan untuk merayakan Natal tahun ini. Biasanya kelompok atau kumpulan teman baik dalam persekutuan atau pertemanan suka tukar menukar kado. Wah, itu memang seru sekali, dan tidak ada yang melarang alias boleh-boleh saja. Tapi anak-anak muda ini memutuskan untuk berbuat sesuatu yang berbeda. "Tukar menukar kado sudah terlalu biasa kak, lagian sebenarnya tidak begitu bermanfaat. Jadi tahun ini kita memutuskan untuk tetap membeli kado tapi bukan untuk ditukar satu sama lain melainkan untuk dibagikan kepada gelandangan yang tidur di pinggir trotoar." katanya.

Mereka berkeliling dan memberkati orang-orang yang sedang kedinginan dan kelaparan. Selain kado, mereka juga mengumpulkan baju-baju yang sudah tidak dipakai lagi untuk dibagikan kepada para gelandangan ini. Saya pikir itu adalah sesuatu yang sangat indah untuk dilakukan dalam merayakan kelahiran Kristus. Saya pun berharap semoga mereka tidak berhenti hanya pada hari Natal saja, tapi menjadikan momen ini sebagai tonggak awal untuk melakukan karya nyata untuk berbagi kasih terhadap sesama.

Anak-anak muda ini beruntung karena lahir dari keluarga berada, dan mereka tidak segan-segan untuk membagikan apa yang mereka miliki kepada orang yang tengah menangis butuh pertolongan. Sayangnya tidak semua mau seperti itu. Ada banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi berkat yang diberikan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah untuk membuat mereka bisa hidup mewah, berfoya-foya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu benar. Tentu saja kita berhak memakai berkat yang kita peroleh untuk membeli keperluan-keperluan kita. Tapi di sisi lain kita harus ingat juga bahwa Tuhan memberi berkat bukan untuk kita simpan sendiri tetapi untuk memberkati orang lain. Kita diberkati bukan untuk ditimbun dan dipakai semata-mata untuk kepentingan pribadi, ttetapi kita diberkati untuk memberkati.

Dalam kitab Yehezkiel dikatakan: "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran..tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan.." dan sebagainya. (bacalah Yehezkiel 18:5-9)

Dalam Perjanjian Baru pun pesan seperti ini disampaikan beberapa kali, misalnya lewat Yakobus. "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16).

 "Wah, kasihan sekali, kamu kelihatannya lapar dan kedinginan... semoga bisa makan yang enak dan punya baju hangat ya." Coba bayangkan jika itu yang kita katakan kepada mereka yang butuh pertolongan, tanpa melakukan apapun buat mereka. Itu akan membuat mereka semakin sedih. Dan itu bukanlah bentuk sikap orang percaya  yang dikehendaki Tuhan. Perhatikanlah bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi saluran berkatNya dan bukan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang serakah.

Ada banyak yang beralasan bahwa mereka belum sanggup memberi karena masih pas-pasan. Sebenarnya berapapun yang ada pada kita saat ini bisa sangat bermanfaat untuk membantu orang lain. Besar atau kecil nilainya, selama itu diberikan dengan hati yang iklas dan penuh sukacita maka itu akan menyenangkan hati Tuhan. Lihatlah kisah seorang janda miskin yang memberi persembahan dalam jumlah kecil, hanya dua peser alias satu duit. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan half a cent atau setengah sen. (Markus 12:42). Jumlah itu jauh nilainya dibawah pemberian orang-orang kaya pada saat bersamaan. (ay 41). Apa sih yang bisa dibeli dengan setengah sen? Pikiran normal kita mungkin berpikir seperti itu, lalu kemudian memutuskan untuk tidak memberi. Bukan seperti itu seharusnya.

Saat si janda miskin itu memberi, Yesus tengah berada disana dan mengamati setiap orang yang memberi persembahannya.  Apakah mereka yang memberi dalam jumlah yang besar itu yang menarik perhatian Yesus? "Wah, ini dia donatur gereja paling keren. Dia harus dapat tempat duduk paling depan dan disenangkan hatinya supaya tidak pindah ke gereja lain dan nanti memberi lebih banyak lagi." Apakah itu yang dikatakan Yesus? Sama sekali tidak. Justru si ibu janda yang miskin lah yang mendapat perhatian Yesus. "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay 43). Mengapa Yesus mengatakan seperti ini? "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay 44).

(bersambung)


No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...