Wednesday, May 31, 2017

Kasih dan Kesabaran Seorang Ibu (2)

(sambungan)

Selanjutnya kita bisa melihat bagaimana ketulusan Paulus dalam rangkaian ayat-ayat dalam pasal 2 ini. Paulus mengatakan "Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat." (ay 2). Apakah ada ibu yang mundur jika anak-anaknya memerlukan kehadirannya? Tentu tidak. Paulus pun demikian. Meski ia harus menghadapi siksaan dan hujatan sebelumnya di Filipi, ia tetap tegar menjangkau jiwa-jiwa baru dan terus melakukan follow up terhadap pertumbuhan mereka. Tidak ada jaringan internet, telepon atau apapun pada saat itu selain surat. Tapi Paulus terus menjalankan komitmennya yang didasari kasih untuk berlaku seperti ibu yang merawat anaknya.

Paulus juga mengatakan bahwa motivasinya murni, tanpa pretensi untuk menyesatkan atau memanipulasi apapun. (ay 3). Lebih lanjut Paulus terus mendorong, menghibur dan menasihati mereka satu persatu, kali ini Paulus menyatakan dirinya seperti bapa yang mengasihi anak-anaknya. (ay 11-12). Tidak heran apabila kemudian kita melihat respon positif dari jemaat Tesalonika. Mereka menerima dengan baik pelayanan dan berita yang dibawa Paulus (ay 13). Ketulusan yang didasari kasih dan kemurnian hati akhirnya sanggup menjangkau banyak jiwa untuk bertobat dan dilayakkan untuk menerima keselamatan.

Dalam begitu banyak hal, kita tidak bisa melakukan apapun tanpa menjalin hubungan yang baik dengan sesama terlebih dahulu . Ada kalanya orang-orang tidak membalas uluran tangan kita seperti yang kita harapkan. Ada saat dimana kita mungkin merasa sia-sia karena usaha kita tidak dihargai. Ada orang-orang yang rasanya terlalu sulit untuk dijangkau. Ada pula kalanya sudah niat kita baik, malah kita yang rugi atau menderita.

Kalau itu yang kita alami, ingatlah akan komitmen Paulus yang siap mengasihi tanpa batas dan tanpa syarat, bak kelembutan seorang ibu dalam menjaga atau merawat anak-anaknya agar bisa tumbuh dengan baik. Entah berhasil atau tidak, setidaknya kita dapat mengalami kasih Allah mengalir dalam hidup kita ketika kita memilih untuk terus melakukan apa yang sudah ditugaskan kepada kita, yaitu menyatakan kasih terhadap sesama tanpa memandang siapa atau apa latar belakang mereka.

Seperti apa kasih itu dan apa saja komponen-komponennya sesungguhnya jelas karena sudah dijabarkan pula oleh Paulus dalam 1 Korintus 13:4-7 yaitu: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. a tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."  Inilah sebuah penjabaran kasih yang harus hidup dalam diri kita dan dengan mudah bisa dirasakan dan diakses orang lain.

Dalam situasi apapun, milikilah kelembutan dan kesabaran bagai seorang ibu, hanya dengan demikian kita bisa menunjukkan perilaku warga Kerajaan Allah secara benar di mana kita ada saat ini.

Bawa orang untuk mengenal Kristus dan mengalami pertumbuhan iman lewat kelembutan dan kesabaran  kasih seorang ibu

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...