Saturday, May 27, 2017

Meletakkan Lampu Di Tempat yang Tepat (2)

(sambungan)


Apa gunanya lampu kalau ditutup/tertutupi sesuatu? Apakah lampu akan berfungsi maksimal kalau ditaruh di bawah gantang, ditutupi tempurung, di bawah tempat tidur? Tentu lampu segera kehilangan fungsinya. Kita tidak akan berfungsi apa-apa kalau kita terus bersembunyi dan tidak melakukan apa-apa, termasuk menerapkan cara dan gaya hidup sesuai prinsip Kerajaan Allah. Pelita dinyalakan bukan untuk ditempatkan di bawah kolong atau ditutupi, tetapi haruslah ditempatkan pada posisi yang seharusnya agar bisa menerangi gelap. Bagaimana terang yang kita miliki mampu untuk menyinari orang lain, apabila kita terus menyembunyikannya di "kolong" hati kita? Bagaimana kita bisa berdampak kalau kita terus bersembunyi? Terang kita tidak akan terlihat, tidak akan mampu menjangkau orang lain, sehingga kita gagal untuk melakukan kewajiban sesuai Amanat Agung yang difirmankan Tuhan Yesus sesaat sebelum Dia naik ke Surga. Dan hal ini akan diperhitungkan pada hari penghakiman, dimana saat itu tidak lagi ada hal yang tersembunyi.

Pada saat itu nanti, siap atau tidak, kita harus mempertanggungjawabkan segala yang kita lakukan. Apakah kita hidup sesuai firman Tuhan atau tidak. Apakah kita sudah melakukan segalanya atas dasar kasih, atau malah mementingkan diri sendiri selama hidup. Apakah kita sudah melayani Tuhan dan pekerjaanNya, atau kita malas-malasan dan hanya menuntut berkat tanpa ingin memberkati. Semua itu akan dibuka pada hari penghakiman. Tidak ada lagi yang bisa ditutup-tutupi.

Menjadi terang merupakan fungsi kita di dunia pada masanya kita. Agar kita bisa melakukan sesuai fungsi, maka kita harus menempatkan diri kita di posisi yang benar. Kita harus menyadari bahwa Tuhan sudah melengkapi kita dengan talenta, dengan segala yang diperlukan untuk bisa berfungsi sempurna sebagai terang. Kita harus mengolah sumber daya yang telah dibekali Tuhan dalam diri kita, melakukan hal-hal dimana talenta-talenta itu dilipat gandakan lalu digunakan untuk melayani dan menyelamatkan orang lain. Dipakai untuk bekerja di ladang Tuhan dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan, bukan dipendam dalam tanah seperti yang tertulis dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30, Lukas 19:12-27).

Bagaimana kalau kita malas dan menolak melakukan itu? Murka Tuhan lah yang menjadi bagian kita. Perhatikan apa yang diputuskan Tuhan terhadap hamba yang malas ini. Pertama, apa yang ia miliki diambil dan diberikan kepada orang yang melipat gandakan talenta (Matius 25:28). Kemudian yang kedua, ia dilempar ke dalam kegelapan tergelap, tempat yang penuh ratap dan kertak gigi. (ay 30).

Perhatikan kesamaan ayat dalam perumpamaan tentang talenta: "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya" (Matius 25:29) dengan ayat dalam perumpamaan tentang pelita. "Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Markus 4:25).

Dengan demikian kita bisa melihat dengan jelas relevansinya, bahwa jika kita menyia-nyiakan talenta kita, dan menyimpannya di bawah kolong, maka segalanya akan diambil dan kita akan menerima ganjarannya di tempat yang penuh ratap dan kertak gigi. Sebaliknya, jika kita mempergunakan talenta-talenta kita untuk menjadi terang dan berkat bagi banyak orang, maka kepada kita akan ditambahkan lebih banyak lagi. Tuhan akan mencurahkan lebih banyak lagi berkat, yang kemudian mampu anda pergunakan pula untuk memberkati orang lain lebih banyak lagi.

Meskipun Tuhan mengasihi kita dan menjanjikan hidup yang kekal, hal tersebut bukan berarti bahwa kita boleh melakukan apapun dengan sesuka hati. Jangan pernah menyalah gunakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Pada saatnya nanti kita harus mempertanggungjawabkan segala yang dipercayakan Tuhan selama masa hidup kita. Ketika Tuhan telah mengaruniakan kita dengan terang, Dia akan melihat apa yang akan kita lakukan dengan terang itu. Apakah kita menerangi banyak orang dan lebih banyak lagi, apakah kita melipatgandakan talenta-talenta itu untuk tujuan mempermuliakan nama Tuhan dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan, atau memilih untuk tidak melakukan itu semua sama sekali dan menjadi orang yang self-centered.

Pilihan ada di tangan kita, karena Tuhan sudah mencurahkan segalanya secara cukup bagi kita untuk mulai berbuat sesuatu. Tidak perlu malu, takut, merasa tidak sanggup dan sebagainya untuk menyatakan terang, karena "Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu." (Markus 4:24).

Inilah perumpamaan tentang Pelita yang disebutkan Yesus. Saya berdoa semoga kita semua mampu menjadi terang yang benar, seperti halnya Kristus sang "Terang Dunia". Dunia saat ini penuh dengan lingkup kegelapan, dan sangat membutuhkan seberkas sinar untuk meneranginya. Jika kita mau menjadi terang sesuai firman Tuhan, maka Tuhan akan berkata: "Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu." (Yesaya 58:8). It's time to shine, let's shine on!

Terang baru akan berguna jika di tempat terbuka bukan tersembunyi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...