Ayat bacaan: 1 Korintus 4:16
====================
"Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!"
Apa bedanya mengajar dan mendidik? Bagi sebagian orang dianggap hanya padanan kata, atau ada juga yang bilang beti alias beda tipis. Mungkin bedanya memang tipis, tapi lumayan mendasar. Mengajar lebih kepada sebuah kegiatan yang teknis sifatnya, mentransfer ilmu kepada seseorang membuat mereka dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan mendidik lebih mengacu kepada sasaran jangka menengah maupun panjang, mengubah pola laku agar menjadi lebih baik dan menyiapkan mereka untuk menjadi orang-orang yang siap di masa mendatang. Mendidik bukan cuma berhenti pada transfer ilmu pengetahuan tetapi juga pada akhlak, kecerdasan pikiran maupun nilai-nilai. Secara garis besar, kalau mengajar merupakan transfer of knowledge, mendidik lebih kepada transfer of value. Kalau mengajar cuma butuh kepintaran untuk menyampaikan sebuah ilmu agar orang yang diajarkan mengerti, mendidik seringkali harus disertai dengan keteladanan. Baik guru maupun orang tua apabila mau membentuk anak-anak yang cerdas dan berintegritas tidak cukup dengan pintar mengajar tetapi haruslah meningkatkan peran hingga menjadi pendidik. Artinya, diperlukan keteladanan agar transfer nilai-nilai kebenaran bisa membawa anak-anak tidak cuma sekedar pintar tapi juga cerdas secara ilmu tapi juga baik dalam akhlak, budi pekerti, kejujuran, menjadi pribadi-pribadi berintegritas yang mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran dalam hidupnya.
Perbedaan antara mengajar dan mendidik memang tipis tapi bisa nyata terlihat. Ada banyak orang yang pintar tapi tidak disertai dengan akhlak atau perilaku yang baik. Sebaliknya ada orang yang mungkin tingkat pendidikannya rendah tetapi mereka punya integritas dalam menjalani hidupnya. Jago menasihati dan menegur tapi tidak menjadi teladan, dalam artian tidak ada kesesuaian antara apa yang diajarkan dengan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari, itu menunjukkan bahwa seseorang belumlah siap menjadi teladan sehingga akan sulit sekali mengharapkan mereka bisa mendidik generasi dibawahnya. Ada banyak orang yang bisa mengajar, tetapi sedikit yang bisa menjadi teladan. Apabila kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi sosok menginspirasi dan mengadopsi nilai-nilai kebenaran, tidak bisa tidak kita harus bisa menjadi teladan. Bukan cuma mengajarkan mereka pada kebenaran tetapi juga memberi contoh nyata dalam hidup kita. Kita melarang mereka keluar sampai larut malam, tidak boleh minum minuman keras, tidak boleh merokok, tapi kita melakukannya, itu berarti kita gagal membentuk mereka. Orang tua mengajar anaknya agar santun berkata dan tidak boleh membentak, tapi mereka sering membentak orang lain di depan anaknya, atau jangan-jangan sering saling membentak saat bertengkar, itu pun tidak akan baik dalam proses pendidikan anak.
Di dalam Alkitab ada begitu banyak tokoh yang memberi keteladanan menembus waktu. Ribuan tahun keteladanan mereka terus menginspirasi manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga bukan saja kita bisa belajar dari mereka, tapi kita juga bisa melihat kesesuaian antara apa yang mereka katakan atau ajarkan dengan perbuatan dan keputusan-keputusan yang mereka ambil secara nyata.
Menyambung renungan kemarin, salah satu tokoh yang menginspirasi adalah Paulus. Adalah menarik jika kita melihat bagaimana Paulus sanggup berkata tegas kepada jemaat Korintus untuk meneladaninya. Paulus berkata demikian: "Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!" (1 Korintus 4:16). Kalimat ini sangatlah singkat, tetapi sesungguhnya bukan main-main. Paulus tidak mungkin berani berkata seperti itu apabila ia tidak atau belum mencontohkan apa-apa dalam hidupnya sama sekali.
Paulus memang merupakan sosok teladan yang luar biasa. Ia mengalami transformasi hidup 180 derajat dalam waktu relatif singkat setelah perjumpaannya langsung dengan Kristus. Berawal dari masa lalu yang buruk, Saulus kemudian 'bertemu' dengan Yesus dan lewat pengalaman spiritualnya ia pun bertobat menjadi Paulus dan membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Kisahnya bisa kita baca dalam Kisah Para Rasul 9:1-19. Dari seorang pembunuh kejam dan penyiksa orang percaya, ia berubah menjadi orang yang sangat radikal dan berani dalam menyebarkan Injil keselamatan. Ia mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk pergi ke berbagai pelosok dalam menjalankan misinya bahkan sampai ke Asia kecil. Jarak tempuh pelayanannya hingga ribuan kilometer, dan tidak ada pesawat, mobil, bus atau travel yang mampu mengantar orang ke tempat jauh dalam waktu singkat pada masa hidupnya. Tidak ada pula sarana internet, teleconference dan sebagainya yang bisa mempermudah kita dalam berhubungan dengan orang lain di belahan dunia lain.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment