Monday, July 10, 2017

Belajar Menjadi Teladan dari Paulus (2)

(sambungan)

Bisa kita bayangkan bagaimana beratnya perjuangan Paulus. Cobalah letakkan diri kita pada posisinya, mungkin kita akan mudah stres, depresi dan labil diterpa kelelahan dan tekanan setiap harinya. Jika itu belum cukup, kita bisa tahu pula bahwa Paulus masih harus bekerja. Ia bekerja sebagai pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:2-3), dan penghasilannya ia gunakan untuk "membiayai keperluan dan kebutuhannya beserta teman-teman sekerja dalam melayani" (ay 20:34) dan juga untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Karena itulah Paulus kemudian bisa mengingatkan: "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (ay 35).

Seperti yang saya bagikan kemarin, beberapa surat ia tuliskan saat ia berada di dalam penjara bukan berisi kesedihan, kekecewaan atau kepahitan pada Tuhan, tetapi justru nasihat dan pesan agar jemaat mula-mula yang ia bangun terus bertekun dalam iman, selalu bersyukur dan tidak kehilangan sukacita. Ada begitu banyak tatanan fundamental kehidupan Kekristenan yang kita pelajari lewat Paulus, bukan cuma lewat pengajaran tetapi juga keteladanan. Hingga akhir ia memelihara iman dan terus bekerja menghasilkan buah. Ia punya seribu satu alasan untuk kecewa, tapi ia tidak merasakan itu. Di saat-saat akhir dalam penjara ia masih menulis tujuan mendasar hidup "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a) dan mengatakan "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Paulus mengajarkan sesuatu yang telah ia lakukan sendiri, sebagai contoh atau teladan yang sejalan dengan pengajarannya. Karenanya ia berhak berkata "Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!" (1 Korintus 4:16)

Menjadi ciptaan baru di dalam Kristus seperti yang dikatakan dalam surat 2 Korintus 5:17 memang merupakan anugerah tak terhingga besarnya dari Tuhan. Tetapi biar bagaimanapun keputusan ada di tangan kita. Apakah kita mau benar-benar menghayati transformasi yang telah diberikan kepada kita atau tetap hidup dalam sifat-sifat buruk di masa lalu merupakan pilihan atau keputusan yang tergantung dari kita sendiri. Hidup akan selalu penuh dengan pilihan, kita harus terus mengambil keputusan demi keputusan. Paulus bisa saja tetap berlaku seperti sebelumnya, terus menyiksa dan membunuh meski ia sudah mengalami sendiri perjumpaan dengan Yesus, tetapi untungnya ia tidak mengambil pilihan yang salah. Ia benar-benar menghayati kemerdekaan yang diperolehnya dengan penuh rasa syukur dan mengabdikan seluruh sisa hidupnya secara penuh untuk Tuhan.

Dalam menjalankan misinya Paulus mengalami banyak hal yang mungkin akan mudah membuat kita kecewa atau patah apabila berada di posisinya. Ada banyak orang yang akan patah semangat bahkan kemudian meragukan Tuhan apabila harus mengalami seperti Paulus. Lihatlah apa yang ia katakan: "Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah." (1 Korintus 4:11-13a). Kita bisa melihat sendiri bagaimana karakter Paulus dalam hidupnya setelah bertobat. Bukannya menjadi lebih mudah, tapi setelah bertobat ia justru harus melewati begitu banyak penderitaan. Tapi dibalik itu, ia menghasilkan buah-buah luar biasa yang masih kita nikmati hingga hari ini hingga generasi-generasi mendatang. Hidupnya bermanfaat sangat tinggi sepanjang jaman. Apa yang ia ajarkan semuanya telah dan terus ia lakukan sendiri dalam kehidupannya. Oleh sebab itu pantaslah Paulus menjadi seorang teladan dan ia pun berhak mengingatkan orang agar menjadikannya teladan dengan lantang.

Adalah jauh lebih mudah untuk menegur dan menasihati orang ketimbang menjadi teladan. Menjadi teladan berarti sikap kita haruslah sesuai dengan perkataan yang kita ajarkan. Ini adalah sebuah gambaran dari kehidupan yang berintegritas, sesuatu yang sudah semakin langka untuk ditemukan hari ini. Menasihati, mengajar atau menegur itu tentu baik. Tetapi Tuhan menghendaki kita semua agar tidak berhenti hanya sampai disini, melainkan melanjutkan langkah kita ke jenjang berikutnya yaitu dengan menjadi teladan dengan memiliki karakter, gaya hidup, sikap, tingkahlaku dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang kita ajarkan, terutama hal-hal yang kita ketahui menjadi suara hati Tuhan sesuai apa yang tertulis di dalam Alkitab.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...