Ayat bacaan: Amsal 9:10
===================
"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."
Menjalani hidup sesungguhnya tidaklah mudah. Sebaik-baiknya kita menjaga hidup benar, tipuan, godaan, hasutan dan ancaman yang siap menggoyang iman kita akan hadir dari setiap sisi lewat bermacam-macam cara. Kalau itu terlihat nyata mungkin kita mudah menghindarinya. Masalahnya, seringkali berbagai bentuk penyesatan ini hadir tersamar alias tidak kelihatan nyata. Dipoles, dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat nikmat, menarik atau bahkan sepintas bisa saja kelihatan seolah merupakan kebenaran. Anda bayangkan jika anda berkendara di jalan pada waktu malam hari. Ada lubang cukup dalam ditengah jalan dan anda sedang menuju kearahnya. Jika anda tidak awas, maka anda bisa mengalami kecelakaan. Cara satu-satunya untuk bisa terhindar dari celaka adalah dengan memperhatikan betul jalan di depan anda. Memastikan agar lampu kendaraan anda nyala dengan cukup terang, bagi yang naik mobil memastikan agar kaca mobil tidak tertutup kabut, itu wajib. Lalu anda pun harus benar-benar konsentrasi dalam berkendara agar tidak lengah saat ada kondisi buruk di jalan yang bisa muncul setiap saat.
Ketika berada diantara dua pilihan, apa yang harus kita ambil, kemana kita harus melangkah? Kalau salah pilih kita bisa buang waktu dan mengalami kerugian. Semakin jauh salahnya, semakin besar pula kerugian dan kesia-siaan sebagai konsekuensinya. Ketika datang sebuah tawaran, apakah kita mampu melihat apakah tawaran itu baik atau tidak, atau kita buru-buru mengambilnya karena butuh tanpa melihat terlebih dahulu apakah tawaran itu bertentangan dengan Firman Tuhan atau tidak? Saat berinteraksi dengan orang, mampukah kita memilih teman yang benar atau kita masih suka salah bergaul? Apakah kita mampu membedakan mana yang benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari?
Yang juga esensial, apakah kita sudah benar-benar tahu apa panggilan kita sesuai rencana Tuhan, lalu apakah kita sudah menjalankannya dan menghasilkan buah? Yang terbaik adalah mengetahui dengan pasti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Dalam Amsal dikatakan "Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada." (Amsal 8:23). Lebih lanjut firman Tuhan pun berkata bahwa semua tentang kita sudah Dia rencanakan jauh sebelum kita ada "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:16). Apa yang dirancangkan Tuhan atas kita adalah "rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jadi jelas, mengikuti rencana atau rancanganNya akan mendatangkan yang terbaik bagi kita.
Masalahnya, apakah kita tahu apa rencana Tuhan bagi diri kita secara spesifik? Ketidaktahuan akan membuat kita terus gonta-ganti usaha. Rintis, jalan, berhenti, lalu kembali ke titik nol tanpa pernah bertemu dengan panggilan. Alangkah sayangnya waktu dan lainnya yang harus terbuang, sementara waktu kita untuk menggenapi panggilan sangatlah terbatas. Bagaimana agar kita tahu apa yang menjadi panggilan kita, apa yang harus kita perbuat agar bisa maksimal dalam menjalankan panggilan? Bagaimana cara kita mengambil keputusan yang benar di setiap langkah? Apa yang harus kita lakukan supaya buah yang dihasilkan bisa memberkati banyak orang dan mendatangkan rasa sukacita dalam diri kita? Semua pertanyaan ini membutuhkan satu hal: hikmat.
Bagaimana cara kita mendapatkan hikmat? Langkah pertama, dengarkan apa yang dikatakan Salomo dalam kitab Amsal berikut."Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Ini sejalan dengan sebuah pernyataan datang lewat ayahnya Daud: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10).
Jadi permulaannya adalah takut akan Tuhan. Seperti apa takut akan Tuhan? Apakah seperti takut hantu, takut orang jahat dan sejenisnya? Bukan. Takut akan Tuhan, sebuah rasa takut yang positif, sebuah sikap hormat yang tepat. Takut akan Tuhan adalah sebuah sikap hati untuk sepenuhnya tunduk pada kehendak Tuhan. Takut akan Tuhan adalah kerinduan untuk tidak melakukan dosa melawan Tuhan karena kita mengasihiNya dan sadar betul betapa besar kasih setiaNya pada kita. Itulah yang akan menjadi jalan pembuka turunnya hikmat Tuhan menerangi akal pikiran kita. Betapa pentingnya hikmat ini bagi kita. Jika melakukan segala sesuatu yang hanya menurut kita saja maka itu tidak akan bisa sebaik mengikuti rencana yang sudah dicanangkan Tuhan sejak awal. Apalagi kalau sampai salah jalan, sampai berkali-kali pula.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment