Sunday, July 30, 2017

Salomo Pilih Hikmat (1)

Ayat bacaan: 1 Raja Raja 3:9
===================
"Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"

Jika anda diberi kesempatan untuk menyebutkan satu permintaan yang pasti dikabulkan, apa yang anda pilih? Dalam ngobrol santai bersama teman-teman, kebanyakan memilih kaya dan panjang umur. Ada juga yang minta dapat pasangan cantik dan lain-lain. Tapi semua itu merupakan reaksi awal, karena setelah mereka memperhatikan bahwa permintaan cuma boleh satu kali, mereka pun mulai berpikir panjang untuk meminta yang paling baik. Kalau memilih panjang umur, bagaimana jika sepanjang umur itu hidup miskin dan menderita? Jika memilih kekayaan, bagaimana jika kaya tapi banyak masalah? Yang minta pasangan cantik, bagaimana kalau matre dan tidak setia? Sesuatu yang awalnya sepertinya sederhana ternyata menjadi sulit untuk dijawab atau diputuskan. Sama seperti apabila anda diminta untuk memilih madu atau racun. Tampaknya mudah, tentu pilih madu kan? Tapi terkadang ada racun yang rasanya manis seperti madu, atau sebaliknya ada yang dikira racun karena pahit tetapi ternyata pada akhirnya bermanfaat dan manis seperti madu.

Hidup sesungguhnya penuh pilihan. Dari saat awal bangun tidur kita sudah di'paksa' untuk memilih. Mau malas-malasan sebentar atau langsung bangun? Mau saat teduh atau mandi dulu, atau mau pergi olah raga pagi? Sarapan atau tidak? Kalau sarapan, mau roti, bubur, nasi atau biskuit sarapan pagi? Wah susunya habis.. mau pergi beli dulu ke warung dekat rumah atau lanjut saja tanpa susu? Kopi atau teh? Pakai baju apa? Mau naik apa berangkatnya? Kalau naik kendaraan pribadi, mau mengambil jalan yang terdekat tapi macet atau memutar sedikit dengan pertimbangan lebih lancar? Di kantor anda mungkin akan terlibat dalam pengambilan keputusan yang akan menentukan arah perusahaan tempat anda bekerja. Setelah selesai mau langsung pulang atau mampir ke tempat lain dulu? Di rumah mau langsung makan malam atau mandi? Hingga malam saat naik ke tempat tidur, apakah anda mau langsung menutup mata dan tidur atau main-main di sosial media dahulu sebelum tidur? Atau baca buku? Atau doa? Anda tidur, dan pagi harinya anda akan bertemu lagi dengan pilihan-pilihan yang membutuhkan keputusan anda. Untuk pilihan-pilihan yang ringan mungkin tidak akan ada masalah. Tapi untuk sesuatu yang serius dan berdampak panjang, bagaimana jika kita memilih sesuatu yang salah, padahal kesempatan memilih cuma diberikan satu kali saja?

Hari ini mari kita lihat kitab 1 Raja Raja 3 ketika Salomo diberikan Tuhan kesempatan untuk memberi satu permintaan sebagai bentuk penghargaan Tuhan atas keseriusan Salomo dalam mengasihiNya. Pada saat itu belum ada Rumah Tuhan sehingga untuk mempersembahkan kurban orang harus naik ke bukit-bukit. Salomo memang luar biasa dan berbeda. Selain ia dikatakan hidup menurut ketetapan Daud, ayahnya, ia pun secara teratur mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit tempat pengorbanan tersebut. (ay 3). Itu adalah sebuah kualitas hidup mengasihi Tuhan yang terbukti berkenan di hadapanNya.

Pada suatu malam di Gibeon, sebuah tempat pengorbanan yang paling besar dimana Salomo mempersembahkan seribu korban di mezbah, ia diberikan sebuah kesempatan emas untuk meminta sesuatu dari Tuhan secara langsung. "Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu." (1 Raja-Raja 3:5). Bukan main besarnya hadiah dari Tuhan ini. Jika itu terjadi pada diri anda, anda bakal minta apa? Mungkin pilihan-pilihan di atas langsung muncul di kepala kita. Bingung memilih apa yang paling menguntungkan buat kita, bukan untuk orang lain.  "Saya saja masih kurang, masa harus mikirin orang lain dulu?" Begitu mungkin reaksi sebagian orang kalau mendapat kesempatan emas seperti Salomo.

Hebatnya, atau mungkin anehnya dari kacamata manusia, Salomo ternyata mengambil keputusan yang mengejutkan. Sesuatu yang mungkin tidak lazim dipilih ketika berhadapan dengan satu kesempatan seumur hidup untuk mendapatkan sebuah permintaan yang bisa langsung dikabulkan. Ketika mendapat kesempatan luar biasa, Salomo ternyata tidak meminta kekayaan atau panjang umur. Ia tidak minta berkat materi dan tidak meminta hal-hal yang berhubungan dengan pemuasan dirinya sendiri, melainkan HIKMAT.

Banyak orang mungkin berpikir, bisa minta kekayaan, kemakmuran, ketenaran atau umur panjang, masa mintanya hikmat? Untuk apa memangnya hikmat itu? Salomo menjelaskan alasannya dengan lengkap. Katanya: "Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya.Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (ay 7-9).

Perhatikanlah beberapa poin berikut:

1. Salomo tidak meminta untuk kepentingan dirinya. Yang ia minta adalah sesuatu yang berhubungan dengan apa yang digariskan Tuhan untuk ia kerjakan. Salomo meminta hikmat, meminta kebijaksanaan memenuhi dirinya ternyata bertujuan agar ia mampu membedakan mana yang baik dan jahat, benar dan salah, supaya ia mampu menimbang perkara dan memutuskan dengan benar.
2. Sikap luar biasa seperti itu bisa dimiliki Salomo karena ia membangun kualitas dirinya dengan berpegang pada kebenaran yang diajarkan oleh ayahnya, dan ia mengasihi Tuhan dengan sangat serius. Bukan ala kadarnya, bukan asal-asalan, bukan main-main, tapi sangat serius.
3. Salomo tahu bahwa ia harus memberi yang terbaik dalam panggilannya, dan ia tahu apa yang tepatnya ia butuhkan. Ada banyak orang yang tidak tahu apa panggilannya, tidak tahu harus berbuat apa, dan tidak tahu mereka butuh apa agar bisa maksimal. Salomo paham dengan semua ini.
4. Salomo tahu bahwa :
a. hikmat sejati itu berasal dari Tuhan dan diberikan buat siapapun yang mencari atau memintanya
b. permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan
c. hikmat itu jauh lebih berharga dari emas, perak, permata dan harta sebesar dan sebanyak apapun
d. hikmat akan memelihara dan menjaga yang memilikinya

Kelak di kemudian hari Salomo menuliskan semua ini dalam Amsal.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...