Friday, July 14, 2017

Strategi Menghadapi Godaan (1)

Ayat bacaan: Efesus 6:11
===================
"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;"

Masa-masa pacaran biasanya menjadi saat terindah dalam sebuah hubungan. Di fase ini biasanya pasangan bisa lebih mudah saling mengalah, lebih toleransi juga lebih romantis dalam menyatakan cintanya. Namanya juga lagi hangat-hangatnya. Soal antar jemput bukan masalah sama sekali, malah senang karena itu artinya bisa ketemu lebih sering dan lebih lama. Kalau bersentuhan seperti ada aliran listrik yang bikin hati ser-seran. Ini umumnya yang dialami orang yang baru jatuh cinta dan masa-masa awal pacaran. Lantas menikah. Bulan madu akan jadi salah satu fase yang paling dikenang Seiring waktu, saat sudah menikah untuk jangka waktu lama, rasa bosan, jenuh dan sejenisnya membuat toleransi berkurang, ego meningkat dan romansa lenyap. Ada banyak hubungan yang kemudian berubah jadi dingin. Dari dingin menjadi beku, sedemikian beku sehingga sulit dicairkan lagi. Atau, ada juga yang begitu panas, sehingga jangankan mengalami, mendengarnya saja kita sudah keringatan. Rumah jadi bagaikan medan perang penuh tembakan dan ledakan. Tembakan dan ledakan kata-kata, piring terbang, bantingan pintu dan lain-lain. Banyak yang kemudian cerai karena mereka tidak punya rasa lagi terhadap pasangannya, sudah kepahitan atau karena merasa perbedaan yang ada sudah tidak lagi bisa dicari titik tengahnya. Di luar sana disebut irreconcilable differences. Ada yang dengan mudah memakai banyak alasan untuk selingkuh dan mencari kesenangan di luar. Bahkan ada yang pakai alasan ingin punya keturunan. Padahal, belum tentu itu salah pasangannya, dan sebuah pernikahan pada hakekatnya bukanlah peternakan melainkan seperti pertanian yang harus dirawat, dijaga, diolah agar bisa baik kualitasnya.

Alangkah sayangnya apabila sebuah hubungan berubah menjadi seperti ini. Itu jelas bukan sesuatu yang diinginkan Tuhan saat Dia memateraikan langsung pernikahan anak-anakNya. Hari ini saya bukan ingin membahas tentang pernikahan, tetapi tentang kekokohan dan kualitas iman dan cinta kita pada Tuhan. Pada saat sebuah pasangan menikah dan melewati bulan madu, real marriage life begins. Semua kekurangan dan sifat asli akan terlihat semakin jelas. Disitulah diuji kualitas cinta sejati. Pada saat cinta mula-mula lewat dan kita menghadapi godaan dan masalah, disanalah kualitas iman dan cinta kita pada Tuhan diuji kekuatannya.

Kita sudah ditebus oleh Yesus di kayu salib sehingga kita bisa mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan dan dilayakkan untuk selamat dari kebinasaan yang kekal. Itu adalah karunia yang luar biasa besarnya. Akan tetapi ada banyak orang yang meski sudah dikategorikan sebagai anak Tuhan tapi sedang jatuh. Meski sudah berada dalam kasih karunia, berbagai godaan, tipu muslihat si jahat atau tekanan bisa membuat orang terpeleset lantas jatuh. Biasanya, karena sudah berada dalam kasih karunia tapi masih melakukan dosa, itu bisa bikin seseorang tersiksa. Tapi terkadang mereka sulit untuk bisa kembali bangkit apalagi kalau menghadapinya hanya sendirian.

Hari ini mari kita lihat lagi sosok Paulus. Setelah melayani puluhan tahun secara militan hingga menempuh ribuan kilometer, kita tahu bagaimana endingnya. Paulus ada di penjara dan dihukum mati. Apakah Paulus kecewa dan menyesal? Ia punya banyak alasan untuk itu. Tapi terbukti ia tidak merasakan hal tersebut sama sekali. Ia tetap teguh melayani. Ia tahu bahwa kalau ia masih punya kesempatan hidup, itu berarti baginya terus bekerja dan memberi buah. Hal tersebut ia nyatakan dengan jelas dalam Filipi 1:22a. Meski berada dalam keadaan yang sangat tidak kondusif, ia tahu bahwa yang ia tuju bukanlah kenikmatan, kenyamanan atau kemudahan dunia melainkan kehidupan kekal yang hanya bisa ia peroleh jika ia sanggup memelihara imannya sampai kesudahannya.

Kalau kemarin kita sudah melihat apa yang ia sampaikan mengenai memelihara keteguhan iman disertai beberapa pesan penting buat jemaat Filipi, Titus dan Timotius, hari ini mari kita lihat apa yang ia katakan kepada jemaat Efesus dalam penutup suratnya. Perhatikan, ia masih menghasilkan buah di saat-saat terakhirnya. "Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." katanya dalam ayat pertama dalam perikop terakhir (Efesus 6:10).

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...