Daud tahu dosa akan membuat hidupnya tidak nyaman dan jauh dari Tuhan. Dan jika ia biarkan itu terjadi, sukacita pun jelas tidak akan pernah ia rasakan lagi. Itulah sebabnya Daud segera meminta hatinya disucikan agar ia dapat mengembalikan sukacita ke dalam kehidupannya, lepas dari binasa dan kembali ke dalam jalur keselamatan. Begitu pentingnya bagi kita untuk memastikan bahwa Firman Tuhan tertanam dan tumbuh subur di dalam hati kita agar kehidupan yang terpancar keluar adalah kehidupan yang penuh sukacita. Jika saat ini kita tidak merasakan adanya sukacita, mungkin inilah waktunya untuk mulai meminta pengampunan dan penyucian hati dari Tuhan
6. Sukacita dalam penderitaan
Ini mungkin yang paling sulit. Sukacita dan penderitaan bagi mayoritas manusia tidak akan pernah sejalan, selalu berada berseberangan dan bertolak belakang. Artinya, terdengar aneh apabila ada orang yang sedang menderita tetapi tetap bersukacita, dan sebaliknya orang yang bersukacita artinya sedang tidak sedang mengalami penderitaan.
Tetapi Alkitab menyatakan hal yang berbeda. Sukacita dalam Tuhan bukanlah sukacita semu yang hanya bergantung kepada situasi dan kondisi yang kita alami sehari-hari. Lihatlah apa yang dikatakan Paulus dalam surat Roma. "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).
Surat ini ia tulis ketika ia berada dalam penjara. Situasi sama sekali tidak memihak kepadanya. Ia patuh dan taat kepada perintah Yesus, tetapi justru penderitaanlah yang ia alami. Tetapi Paulus tidak kehilangan sukacita. Bagaimana ia bisa seperti itu? Paulus bisa, sebab fokusnya bukan ia letakkan di dunia melainkan ke dalam kehidupan kekal yang menanti didepannya. Berbagai penderitaan yang dialami Paulus sungguh berat. Hampir di setiap langkah ia akan mengalami situasi yang tidak menyenangkan dan penuh resiko. Tapi lihatlah apa kata Paulus mengenai rangkaian penderitaan itu. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korinuts 4:17).
Paulus dengan tegas mengatakan bahwa semua yang ia alami itu ringan. Dan itu bisa ia lakukan karena ia mengarahkan pandangannya bukan ke dalam apa yang ia alami di dunia melainkan ke dalam kehidupan kekal kelak. Jemaat di Makedonia pun mengalami hal yang sama. "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (2 Korintus 8:2). Jika kita berkata, bagaimana mungkin kita bisa bersukacita di dalam penderitaan, maka Tuhan akan menjawab, kenapa tidak? Sukacita dari Tuhan tidaklah bergantung kepada keadaan melainkan kepada seberapa dekat kita denganNya.
Jika ada diantara teman-teman yang sedang kehilangan sukacita, lihatlah bahwa sukacita ada dimana-mana, dan tidak sulit untuk ditemukan. Sebagai penutup dari renungan yang cukup panjang ini, mari kita lihat apa kata Daud berikut: "Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur. Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:8-9). Anda rindu suasana seperti yang dirasakan Daud ini? Sadarilah bahwa Tuhan senantiasa melimpahi sukacita kepada kita.Tuhan selalu siap memberikan kelegaan dan menggantikan kesedihan kita dengan sukacita sejati yang berasal daripadaNya. Itu bisa kita miliki dan rasakan, tetapi ingatlah bahwa semua tergantung kita apakah kita mau atau tidak.
Look at the roses inside thorn bushes, and rejoice for that!
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment