(sambungan)
Bukankah itu yang dirasakan banyak orang? Banyak yang menerima Yesus karena motivasi yang keliru, yaitu karena mengharapkan berkat duniawi, segala kenyamanan, bebas dari masalah, terhindar dari kebangkrutan dan sebagainya. Pada saat itu belum atau tidak terjadi, mereka pun kemudian kecewa dan mempertanyakan eksistensi Tuhan. Tuhan baik? Omong kosong. Lihat apa yang ia lakukan pada saya! Itu mungkin yang menjadi respon. Kalau itu yang muncul, itu artinya seseorang itu belumlah memiliki motivasi yang benar terhadap pertobatannya. Yang justru sering terjadi, sebagaimana yang juga terjadi pada saya yang mengenal dan menerima Yesus bukan sejak lahir, kita justru harus melewati dahulu masa-masa sulit, diproses, dikikis segala perilaku dan kebiasaan buruknya untuk bisa menjadi orang yang sama sekali baru. Tanpa itu kita tidak akan mungkin maju. Tanpa itu kita tidak akan mungkin memiliki iman yang kuat. Ujian demi ujian akan terus datang agar kita naik kelas. Yang pasti, selama masalah bukan datang dari kesalahan kita, akhirnya pasti bertujuan baik buat kita. Meski saat ini kita belum bisa melihatnya, dengan iman kita tahu bahwa apa yang dikerjakan Allah, meski berat adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Kembali pada Paulus, apakah ia menyesal? Bukankah hidupnya saat belum bertobat terlihat jauh lebih baik? Sama sekali tidak. Ia berkata bahwa apa yang dulu ia anggap keuntungan sekarang merupakan kerugian jika masih ia lakukan. Ia terus konsisten dalam mewartakan firman Tuhan kemanapun ia pergi, apapun resikonya. Bukan itu saja, secara jelas kita bisa melihat bahwa sukacita ternyata tetap menyertainya. Lihat apa katanya: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! ... Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:4,6-7). Dalam menghadapi perkara-perkara berat yang menyiksa, ia berkata "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (ay 13). Seperti itulah bentuk iman Paulus yang tahu betul bagaimana pentingnya memiliki sukacita yang berasal dari Tuhan, yang mampu memberikannya kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah dalam pelayanannya.
Berada dalam penjara, mendapat siksaan secara fisik sekalipun, Paulus tidak patah semangat. Paulus tidak menganggap penjara sebagai sebuah halangan, kendala atau kerugian, tapi justru sebagai kesempatan atau keuntungan baginya. Ia mempergunakan ruang penjaranya bukan sebagai tempat untuk meratapi nasib, tapi mengubahnya sebagai pusat penginjilannya. Ia tahu bahwa selama kesempatan masih diberikan, ia harus bekerja menghasilkan buah. Banyak surat ia tuliskan berasal dari dalam penjara yang justru berisi cara pikir dan pandang kehidupan yang esensial dari Kekristenan. Ia terus membagi sukacita kerajaan Allah dan tips-tips kehidupan yang penuh kemenangan seperti apa yang ia alami. Lihatlah bahwa sebuah sukacita karena Tuhan tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar. Semua itu sesungguhnya adalah sebuah pilihan bagi kita. Apakah kita mau membiarkan diri kita dikuasai masalah dan kemudian kehilangan sukacita, atau kita mau memakai sukacita dalam Tuhan sebagai kekuatan yang memampukan kita menghadapi badai apapun dengan tegar.
Jika ada diantara teman-teman yang saat ini tengah bersusah hati, jangan biarkan kesedihan atau kepedihan itu menghapuskan sukacita dalam diri anda. Jangan gantungkan sukacita di tempat yang salah, menggantungkannya kepada masalah, situasi atau orang lain. Tetapi gantungkanlah pada Tuhan. Disanalah terletak perlindungan anda. Disanalah letak kekuatan anda dalam menghadapi apapun tanpa kehilangan sukacita dalam diri anda. Saat Paulus menghadapi keadaan sangat berat, ia berkata : "Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita." (Filipi 1:18b). Seperti itu pula hendaknya prinsip hidup kita. Jangan sampai kita menyerah kalah oleh masalah, jangan sampai kesusahan membuat kita lupa akan kasih karunia Allah, jangan sampai pula berbagai tekanan hidup itu menjadi jalan masuk bagi iblis untuk merampas kemenangan kita. Masalah boleh hadir dan tidak bisa kita hindari seterusnya, tapi biar bagaimanapun sukacita karena Tuhan harus tetap ada dalam diri kita, sebab itulah perlindungan kita.
"Do not grieve, for the joy of the LORD is your strength!"
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment