Sunday, July 2, 2017

Takut - Ragu - Tenggelam (1)

Ayat bacaan: Matius 14:30-31
===================
"Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"

Suatu kali saya bertemu dengan seorang pria paruh baya yang dulunya berkarir sebagai stuntman atau pemeran pengganti aktor utama dalam adegan-adegan yang berbahaya. Ia bercerita bahwa dalam karirnya ia pernah beberapa kali mengalami kecelakaan, baik ringan maupun berat. Salah satu yang terberat adalah saat ia gagal melompat dari satu tembok ke tembok berikutnya sehingga terjatuh ke bawah beberapa meter. Patah kaki, gegar otak dan luka memar pun ia derita. Ia berkata bahwa aksi itu sebenarnya sederhana saja. Jarak tembok tidak terlalu jauh. Yang lebih berat saja sudah ia lewati. Saya bertanya, apa yang menyebabkan lompatannya gagal? Dan ia berkata, sesaat sebelum ia melompat ia merasakan takut, kuatir kalau-kalau ia gagal dalam melakukan lompatan. Ternyata rasa takut disusul ragu yang muncul sepersekian detik itu mendatangkan malapetaka. Sebelum proses pengambilan gambar ia sudah beberapa kali mencoba dan tidak ada masalah sama sekali. Tapi saat kamera berjalan, rasa takut lalu ragu yang mengganggu pikirannya mendatangkan malapetaka. Untunglah ia tidak kehilangan nyawa akibat kecelakaan itu. Ia pun berpesan, "jangan biarkan rasa kuatir atau takut mempengaruhi anda, karena itu bisa mengakibatkan mencelakakan." katanya.

Sebuah pesan berharga pun saya dapatkan. Betapa berbahayanya akibat yang bisa ditimbulkan oleh perasaan-perasaan negatif seperti takut atau kuatir itu. Padahal, kita menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah dan manusiawi. Siapa sih yang tidak pernah merasakannya? Ada kalanya rasa takut mencegah dan menghindarkan kita dari celaka, itu benar. Tetapi di sisi lain itu bisa kontra produktif, merugikan, menggagalkan bahkan mencelakakan seperti yang dialami oleh bapak mantan pemeran pengganti itu.

Saat merasa kuatir, cemas, takut dan sejenisnya, hidup terasa semakin susah. Makan tidak enak, tidur tak tenang. Berkeringat dingin dan mungkin ada pula yang mulai merasa mulas di perutnya karena merasa sangat gelisah. Semakin dibiarkan, semakin berat pula hidup ini rasanya. Masalahnya, dalam hidup yang tidak mudah ini setiap saat kita bisa berhadapan dengan permasalahan yang akan membawa kita masuk ke dalam perasaan seperti itu. Ketika persediaan dana menipis, pendapatan menurun, ketika krisis mulai terasa memberatkan hidup, ketika ada berbagai masalah mulai mengganggu kita, ketika hidup terasa mulai berjalan semakin jauh dari yang kita impikan, ketika kondisi tubuh mulai terasa semakin lemah dan banyak lagi contoh hal yang bisa membuat kita merasa cemas, gelisah, khawatir, takut dan sejenisnya. Dan parahnya, sisi ini bisa menjadi celah yang sangat digemari iblis untuk membuat iman kita menjadi goyah. Iblis bisa berpesta dalam setiap kegelisahan dan kecemasan kita, mengambil titik lemah itu untuk menjauhkan kita dari Tuhan.

Apa yang diceritakan bapak di atas mengingatkan saya akan sebuah bagian dari kisah Petrus saat melihat Yesus berjalan di atas air yang tertulis dalam Matius 14. Rasa khawatir bukan saja membuat kita tidak bisa maju, tetapi ternyata bisa pula menenggelamkan kita.

Matius 14:22-33 menceritakan kisah tersebut. Tepat setelah Yesus menggandakan 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan ribuan orang, para murid diminta untuk menyeberang mendahului Yesus, karena Yesus masih ingin naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Setelah berlayar sementara waktu, datanglah angin sakal yang membuat perahu mereka terombang ambing diterjang ombak. Menjelang subuh, Yesus pun datang menghampiri mereka. Bukan menumpang perahu lain, tapi Yesus datang dengan berjalan di atas air. Karena sedang ketakutan digoyang angin sakal, mereka terkejut dan mengira bukan Yesus yang datang tapi hantu. Yesus pun segera berkata bahwa yang datang adalah Dia. Petrus masih saja tidak percaya. Ia berkata: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." (ay 28). Yesus mengabulkan permintaan Petrus. Dia memanggil Petrus untuk turun dari perahu dan berjalan ke arahNya di atas air. Petrus melakukannya dan ia pun mulai berjalan selayaknya di darat. Tapi yang terjadi kemudian, rasa takut kembali menerpanya. Seketika itu juga ia mulai tenggelam. "Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" (ay 30). Yesus pun segera menolongnya sambil memberikan teguran. "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (ay 31). Lantas mereka kembali ke perahu, angin reda dan melanjutkan perjalanan hingga tiba di seberang.

Mari kita lihat apa yang terjadi. Pada mulanya iman Petrus membuatnya mampu melewati batas logika dan kemampuan manusia. Yesus memanggilnya, ia percaya dengan imannya dan itu membuatnya bisa berjalan di atas air. Tapi rasa takut yang muncul membuatnya mulai tenggelam. Apa yang menarik bagi saya adalah adanya keterkaitan antara takut dan bimbang. Ayat 30 mengatakan bahwa saat melihat kerasnya tiupan angin saat ia berjalan di atas air, Petrus menjadi takut. Ia pun tenggelam. Saat menyelamatkannya, Yesus menegur Petrus seperti ini: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (ay 31). Yang dituju Yesus adalah kebimbangan Petrus. Kebimbangan timbul dan merupakan produk dari kurang percaya, dan itulah yang kemudian menggagalkan Petrus mengalami kuasa Tuhan. Bermula dari rasa takut, lalu menjadi bimbang, rasa percaya menurun dan disanalah kita gagal mengalami Tuhan, tidak lagi bisa melangkah di atas masalah melainkan tenggelam.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...