Thursday, July 6, 2017

Untuk Apa Kita Hidup? (1)

Ayat bacaan: Filipi 1:22a
====================
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."

Untuk apa sih kita hidup? Jawaban orang bisa jadi berbeda-beda. Suatu kali saya melakukan perenungan akan hal ini. Saya ingin memastikan apa yang menjadi panggilan saya, apa hal positif yang sudah saya buat dan apa yang belum. Saya kemudian sampai pada kesimpulan bahwa saya ingin agar apapun yang saya kerjakan bisa dinikmati atau bermanfaat bagi orang lain lebih lama dari umur saya. Saya ingin hasil kerja saya baik dalam profesi, sharing maupun pelayanan yang ternyata dua-duanya berhubung dengan menulis tetap bisa diakses lama setelah saya sudah menyelesaikan perjalanan saya di dunia ini. Itu yang saya rindukan sehubungan dengan panggilan yang diberikan Tuhan pada saya. Simply put, I wish to leave valuable legacy when I still have the chance.

Karena terus memandang monitor komputer dalam menulis (mengetik), mata saya lumayan jadi korban. Kalau dulu masih optional, sekarang kacamata menjadi benda wajib agar saya bisa meneruskan pekerjaan saya. Tapi tidak apa-apa, karena saya tahu bahwa selalu ada harga yang harus dibayar dalam mengerjakan apapun jika ingin maksimal didalamnya. Kembali kepada perenungan saya di atas, saya sampai pada kesimpulan justru sebelum saya bertemu dengan sebuah ayat yang ditulis Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Filipi yang saya jadikan ayat bacaan hari ini. Ayat ini kemudian meneguhkan perenungan saya dan dengan sendirinya menjadi salah satu ayat emas dalam hidup saya.

Paulus mengatakan: "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a). Ini sama seperti pohon buah, yang harus berjuang keras agar akarnya bisa menembus lapisan tanah yang keras agar bisa mendapat air. Untuk apa pohon itu hidup dan tumbuh? Pada akhirnya sebuah pohon buah harus bisa menghasilkan buah agar bisa dinikmati dan menyehatkan orang yang memakannya. Jika anda membeli pohon mangga tapi tidak kunjung tumbuh, anda tentu kecewa bukan? Pohon tersebut akan sia-sia hidupnya, karena tidak menghasilkan buah.

Mari kita lihat sekilas tentang saat Paulus menulis surat ini. Tidak ada catatan pasti dimana dan kapan Paulus menulisnya. Tapi yang pasti adalah Paulus menulisnya saat berada di dalam penjara dan sewaktu-waktu harus siap menghadapi hukuman mati. Ada yang memperkirakan bahwa saat menulis surat untuk jemaat dari gereja yang ia dirikan sendiri ini, Paulus sudah berusia sekitar 60 tahun, yang artinya ia sudah berada dalam pelayanan sekitar 30 tahunan. Segala suka dan duka sudah ia lalui.

Meski ia menjadi duta Kerajaan yang aktif dan berani mewartakan kabar gembira tentang Kristus, ia tetap masih harus bekerja sendiri mencukupi pelayanannya, dan tidak jarang ia harus menghadapi tekanan bahkan siksaan dalam perjalanannya. Dipenjara, dipukuli, dipasung, diusir, itu biasa ia alami dan terbukti tidak melemahkan langkahnya sedikitpun. Jika Paulus kalah dalam menghadapi beratnya melayani, bayangkan jadi seperti apa Alkitab kita, dan berapa banyak kita akan kehilangan Firman yang diilhamkan Tuhan, terutama mengenai sendi-sendi dasar dan standar kehidupan Kekristenan. Bayangkan pula apa jadinya penyebaran kabar gembira ini tanpa Paulus, karena ia sanggup mencapai Asia Kecil (sekarang kira-kira di Turki bagian Asia) dan Yunani. Jarak tempuhnya tidak kurang dari 25 ribu kilometer. Menariknya, Paulus bukanlah orang yang terlahir sebagai Kristen. Pada mulanya ia justru seorang penganiaya orang Kristen yang juga keturunan orang Farisi. Tapi dalam Kisah Para Rasul kita bisa menemukan cerita pertobatannya yang luar biasa. Sejak saat itu kehidupannya berubah drastis menjadi hamba Tuhan yang kuat, radikal dan setia sampai akhir hidupnya.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...