Friday, July 7, 2017

Untuk Apa Kita Hidup? (2)

(sambungan)

Melihat garis besar hidup Paulus di atas, saya rasa kita harus belajar banyak dari dia. Sudah melayani Tuhan, sudah harus membiayai sendiri masih harus merasakan tekanan dan siksaan hingga akhirnya mendekam di penjara menunggu waktu eksekusi. Bagaimana ia bisa tetap memiliki iman yang tidak tergoyahkan sedikitpun? Ada banyak orang yang aktif dalam pelayanan berharap mereka mendapat keistimewaan di mata Tuhan. Bisnisnya jadi diberkati, masalah dijauhkan. Kalau yang terjadi sebaliknya, mereka akan segera cabut dari pelayanan karena kecewa pada Tuhan bahkan dengan berani mempertanyakan keadilan Tuhan. Padahal apa yang mereka alami belumlah seujung kuku dari apa yang harus dilalui Paulus dalam hidupnya.

Banyak orang yang berpikir bisa menyogok Tuhan kalau melayani. Aku sudah bekerja untukMu kan? Sekarang gantian, limpahi aku dengan apapun yang aku minta! Terdengar bodoh? Kenyataannya ada banyak orang yang berpikiran seperti ini. Atau, melayani karena ingin terlihat hebat, mencari pujian, pamor dan popularitas di mata orang dan keuntungan-keuntungan lainnya. Mereka ini adalah contoh orang yang masih memiliki motivasi sangat keliru akan hakekatnya menjadi rekan sekerja Tuhan. Mereka mengira bahwa dengan melayani artinya mereka akan mendapat keistimewaan dan keuntungan. Tidaklah mengherankan apabila ada banyak orang yang mudah kecewa pada Tuhan. Apa jadinya kalau mereka ada di posisi Paulus? Untung itu Paulus, bukan mereka. Kalau tidak entah bagaimana jadinya kebangunan jemaat mula-mula.

Ada begitu banyak ayat di dalam surat Filipi yang menunjukkan sekuat dan seteguh apa iman Paulus. Gambarkan sosok pria berusia sekitar 60 tahun sedang duduk di dalam penjara yang gelap, pengap dan lembab. Ia tengah menanti hukuman mati dengan cara sadis, atas apa? Atas kerja kerasnya melayani Tuhan selama puluhan tahun. Dan ia tengah menulis beberapa surat untuk jemaat di beberapa tempat dalam keadaan seperti itu. Surat-surat seperti apa yang ia tulis? Surat berisi kebencian? Kekecewaan? Kesedihan? Hebatnya, surat Filipi merupakan suatu 'surat sukacita' (misalnya 4:4 yang mengingatkan "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" diantara banyak lagi ungkapan dan seruan sukacita dalam surat Filipi). Selain itu ada banyak hal esensial yang bisa menjadi pondasi kokoh buat kita. Misalnya seruan untuk jangan kuatir (4:6), kekuatan dari Tuhan akan memampukan kita menanggung segala perkara (4:13), bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan hingga bagaimana seharusnya seorang pengikut Kristus itu hidup: sehati, sepikir, sejiwa, satu tujuan, hidup dalam kasih, memiliki belas kasih, rendah hati dan meneladani Kristus menjadi seorang hamba yang melayani (pasal 2). Bukan main besarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari Paulus pada saat-saat akhir hidupnya.

Satu lagi tulisannya yang sangat penting yang bisa dijadikan esensi dari kehidupan orang percaya adalah ayat bacaan kita hari ini. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (1:22a). Paulus bilang: kalau ia masih diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini, itu artinya ia harus berbuah. Dalam keadaan jauh dari baik seperti itu, ia masih bisa mengingatkan hakekat dari hidup. Tujuan, arti dari hidup.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...