Saturday, July 8, 2017

Untuk Apa Kita Hidup? (3)

(sambungan)

Orang bisa punya alasan berbeda untuk memaknai hidupnya, tapi Paulus mengingatkan bahwa buat umat Tuhan, setiap kesempatan hidup yang masih diberikan seharusnya dimaknai dengan kesempatan untuk terus menghasilkan buah. Tidak ada waktu untuk kecewa, berlama-lama, bermalas-malasan, kuatir dan sebagainya, melainkan terus dipakai untuk berbuah. Dalam beberapa renungan terdahulu saya sudah menyampaikan pula bahwa buah adalah bukti kita berakar, dan buah juga merupakan tanda dari iman. Dari buahlah akan terlihat apakah iman kita kuat berakar dan tumbuh dalam Kristus atau tidak, dari buahlah kita bisa menunjukkan apakah kita sudah menjadi muridNya yang benar atau tidak.

Kita setiap hari berjuang, bergumul dan bersinggungan dengan segala bentuk kesulitan. Ada kalanya kita harus mengalami ketidakadilan, merasakan beratnya masalah ditengah banyaknya godaan, disamping harus struggle dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup. Ada banyak hal yang menyita pikiran, hati, tenaga, perasaan dan waktu setiap hari. Kalau tidak hati-hati, kita bisa melenceng dari alasan paling mendasar kenapa kita masih diijinkan Tuhan ada hari ini. Dan itu adalah menghasilkan buah.

Ayat bacaan kita hari ini penting untuk menyadarkan kita tentang:
- Kenapa Tuhan masih memberi kesempatan buat kita hidup, apa tujuan kita hidup.
- Apa panggilan dan tugas kita, dan buah seperti apa yang bisa kita hasilkan dari sana.

Paulus mengingatkan kita bahwa apabila Tuhan masih mengijinkan kita bernapas, itu jelas bukan dimaksudkan agar kita bisa hidup semau kita atau sekehendak hati kita. Bukan juga agar kita tetap sibuk menggejar pemenuhan kebutuhan, terus menimbun harta lantas mengabaikan tujuan terutama kita. Benar, kita memang harus terus berjuang, tetapi ingatlah bahwa diatas semua itu, apabila kita masih diberi kesempatan hidup kita harus bisa menghasilkan buah melalui profesi atau panggilan kita masing-masing. Iman yang berakar teguh akan membuat kita tidak mudah digoyang angin kencang sekalipun.

Kita bisa meneladani Paulus yang terus berbuah hingga akhir meski situasi faktual yang ia alami terlihat sangat tidak kondusif. Ia tidak kecewa, tidak kepahitan, karena ia terus mengarahkan pandangannya pada Tuhan. Ia tahu bahwa apa yang ia tuju bukanlah di dunia yang fana ini melainkan berada pada sebuah kehidupan kekal sesudah fase ini selesai. Karenanya saat akhirnya tiba, Paulus bisa dengan lantang berkata: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Hingga batas akhir tiba, Paulus membuktikan bahwa ia mencapai garis akhir sebagai pemenang. Ia telah berhasil terus memelihara iman dan ia masih terus menghasilkan buah.

Hingga hari ini dan generasi-generasi yang akan datang bisa terus belajar tentang esensi hidup seorang pengikut Kristus lewat pesan dan keteladanan Paulus. Sudahkah motivasi kita dalam bekerja dan melayani benar? Apakah kita tahu apa yang menjadi panggilan kita? Apakah kita berakar kuat di dalam Kristus dan tumbuh di atasNya? Apakah kita sudah atau masih berbuah? Kalau kita masih hidup saat ini, itu artinya kita harus berbuah. Berbuahlah dengan subur dalam bidang pekerjaan dan pelayanan anda masing-masing.

"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...