Saturday, September 30, 2017

Profesi/Pekerjaan : Sekuler atau Rohani? (3)

(sambungan)

2. Kenali berkat Tuhan yang ada pada kita dan mengucap syukurlah atasnya

Banyak orang yang sangat sulit puas dengan apa yang mereka punya. Mereka terus melihat apa yang ada pada orang dan masih belum ada pada mereka, kemudian menginginkannya. Kalau belum atau tidak bisa, maka rasa iri hati mulai muncul. Ada yang sangat panik berkompetisi sehingga mereka bukan cuma menjalankan profesinya dengan maksimal tapi juga berusaha menghancurkan kompetitornya dengan cara-cara kasar dan kotor. Kalau semua ini masih menjadi hal-hal yang mendominasi hati dan pikiran kita, maka kita tidak akan pernah bisa mengenali berkat-berkat Tuhan yang sudah ada pada kita, apalagi mengucap syukur atasnya. Kita hanya akan disibuki mengejar apa yang belum ada pada kita tanpa mengingat betapa besar dan banyaknya berkat Tuhan saat ini yang ada pada kita.

Kita tidak bisa mengucap syukur atas berkat Tuhan tanpa terlebih dahulu mengenali apa saja yang sudah diperbuat dan diberikan Tuhan pada kita. Apakah kita sudah melihat dan mengenali satu persatu atau kita masih belum menyadarinya? Apakah kita sudah menyadari bahwa profesi kita yang mungkin kita anggap belum apa-apa sebagai sebuah berkat besar dari Tuhan dan bisa menghasilkan hal-hal besar saat kita lakukan dengan benar bersama-sama denganNya? Tanpa menyadari hal ini kita akan sulit menjadikan profesi sebagai sumber berkat dan sarana memuliakan Tuhan.

3. Jadilah pengelola berkat yang baik dan benar

Ada yang sibuk terus merasa kekurangan dan minta tambah tanpa mensyukuri pencapaian saat ini. Padahal, seharusnya sebelum minta tambah kita harus pastikan terlebih dahulu sudah menjadi pengelola berkat Tuhan yang baik.

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30 dengan jelas menyatakan hal tersebut. Ada tiga hamba yang memperoleh talenta dengan jumlah berbeda. Perbedaan jumlah dikatakan didasarkan oleh kesanggupan masing-masing (ay 15). Dua hamba dengan talenta lima dan dua talenta sama-sama berhasil menjawab titipan yang dipercayakan kepada mereka dengan melipatgandakannya. Perhatikan bahwa meski perolehannya berbeda, respon dari tuannya persis sama untuk kedua hamba ini. Tuannya bilang bahwa perbuatan mereka baik sekali, mereka dua-duanya dianggap setia terhadap perkara kecil dan Tuhan akan memberikan tanggungjawab lebih besar lagi. Dan keduanya pun diajak masuk ke dalam kebahagiaan tuannya.

Tidak peduli berapapun yang ada pada kita hari ini, itu tetap merupakan berkat Tuhan yang harus kita syukuri dan kelola dengan baik. Pada saatnya nanti, Tuhan akan percayakan tanggungjawab yang lebih besar lagi. Sebab, kalau kita tidak setia dalam mengelola apa yang menjadi tanggungjawab kita, siapa yang mau percayakan yang lebih besar lagi? Bagaimana mungkin kita berani meminta Tuhan percayakan berkat lebih besar bagi kita? Karenanya, sebelum menuntut lebih, alangkah baiknya jika kita memastikan terlebih dahulu untuk menjadi pengelola yang baik dan bersyukur. Pekerjaan apapun yang saat ini kita kerjakan, berapa pun penghasilannya, itu semua merupakan berkat Tuhan yang lebih dari layak untuk kita ucapkan syukur atasnya. Pastikan diri kita bukan menjadi orang pengeluh yang terus komplain sama Tuhan tetapi orang yang bersyukur dan tahu bagaimana melipatgandakannya dengan benar.

(bersambung)


Friday, September 29, 2017

Profesi/Pekerjaan : Sekuler atau Rohani? (2)

(sambungan)

Ada begitu banyak contoh dari orang-orang yang bekerja di dunia sekuler yang ternyata bisa melakukan perbuatan-perbuatan besar yang menyenangkan Tuhan yang tercatat sepanjang masa di Alkitab. Selain Daud yang merupakan peternak/gembala dan kemudian raja, ada beberapa pengusaha diantaranya Abraham, Yusuf dan Ayub. Kemudian Lukas adalah seorang dokter dan diperkirakan juga seorang ahli/spesialis bedah. Paulus adalah seorang pembuat tenda yang kalau di jaman sekarang mungkin pengusaha properti, dan punya rekanan pelayanan yang juga berprofesi sama di bidang properti yaitu Priskila dan Akwila. Sementara Ester tadinya adalah ibu rumah tangga, dan Rut adalah seorang janda. Petrus, Andreas, dan dua anak Zebedeus yaitu Yohanes dan Yakobus berprofesi sebagai nelayan. Nuh punya kebun anggur dan tempat pengolahan seperti pabrik yang membuat anggur jadi minuman. Semua tokoh besar ini punya profesi dan status di dunia sekuler yang ternyata dipakai Tuhan untuk menjadi pengerjaNya. Ada yang kemudian meninggalkan pekerjaan untuk menerima panggilan Tuhan, ada yang tetap menjalankan profesinya sebagai bagian dari panggilan.

Jadi kita bisa melihat dengan jelas bahwa dunia sekuler seharusnya tidaklah dipisahkan dengan rohani. Tidak semua orang punya panggilan untuk menjadi pendeta atau full timer di gereja, dan jelas, kita tidak harus terlebih dahulu menjadi seperti itu untuk bisa berkenan di hadapan Tuhan. Setiap orang punya panggilan sendiri-sendiri dimana Tuhan sudah punya rencana besar yang sudah Dia canangkan jauh sebelum kita dilahirkan. Karenanya, sudah seharusnya kita memperhatikan untuk bisa memberkati dan menyatakan Tuhan lewat profesi kita masing-masing, yang tentu saja tidak akan pernah bisa kita lakukan selama kita masih memisahkan profesi diluar hal-hal rohani.
Kita harus menyeriusi panggilan dan menjaga setiap langkah di dalamnya untuk tidak keluar dari rencana Tuhan.

Selanjutnya, apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan bahkan menjangkau jiwa lewat profesi kita? Apa hal-hal yang harus kita ingat supaya kita bisa maksimal menjalankan profesi sebagai bagian penting dari kehidupan kerohanian kita? Secara umum ada beberapa hal penting diantaranya:

1. Lakukan profesi dengan sepenuh hati dalam kebenaran seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal renungan ini, Firman Tuhan mengatakan "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apapun juga yang kamu perbuat, itu kata Firman ini. Itu artinya bukan cuma soal ke gereja, saat teduh, berdoa, tapi apapun yang kita lakukan hendaknya dijalankan dengan serius, dengan sepenuh hati, dengan sungguh-sungguh.  Karena kita diharuskan melakukannya untuk Tuhan, tentu itu artinya kita tidak boleh melakukan hal-hal yang melanggar hukum Tuhan saat menjalankan profesi. Kita harus menjaga agar pekerjaan kita menjadi lahan bagi kita untuk menjadi pelaku-pelaku Firman, sehingga kita bisa kedapatan sebagai orang benar yang sedang melakukan pekerjaan dengan benar, sesuai kebenaran. Dengan mengeluarkan Tuhan dari profesi dan bagian-bagian hidup kita lainnya, kita sesungguhnya sedang keluar dari rencana Tuhan dan membuka pintu bagi bencana yang bisa berakibat fatal bagi masa depan kita yang kekal.

(bersambung)


Thursday, September 28, 2017

Profesi/Pekerjaan : Sekuler atau Rohani? (1)

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 13:36
========================
"Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya..."

Ada teman yang menanyakan, apakah untuk melayani Tuhan ia harus melayani di gereja? Pertanyaannya saya rasa mewakili begitu banyak orang yang bingung mengenai hal yang sama.

Di satu sisi, seperti yang saya sampaikan beberapa waktu lalu kita memang seharusnya bisa memberi manfaat kembali kepada tempat dimana kita ditanam, berakar dan tumbuh, seperti apa yang disampaikan di dalam Mazmur 92. Sebuah pohon ketika ditanam di sebuah tempat akan menyerap nutrisi dan air dari tanah tempatnya tertanam. Itulah yang akan membuatnya bisa hidup, bertunas, tumbuh dan berbuah. Tapi sebuah pohon tidak hanya mengambil kebutuhannya dari tempatnya tertanam, pohon juga akan memberi kontribusi kepada tempat dan lingkungan sekitarnya. Tempat itu tentu akan lebih nyaman, ada oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis sehingga udaranya juga pasti lebih segar. Proses fotosintesis memerlukan karbondioksida dan menggantikannya dengan oksigen. Semakin banyak CO2 atau karbondioksida dipakai pohon, semakin banyak oksigen yang dihasilkan dan semakin berkurang pula kerusakan efek rumah kaca yang akan membahayakan kelangsungan hidup di bumi. Tanah tempat pohon ditanam pun akan menjadi lebih subur sekaligus mampu mengurangi resiko erosi pada saat hujan.

Jadi, tentu yang seharusnya dilakukan oleh jemaat di sebuah gereja adalah berkontribusi kepada gerejanya. Melihat apa kebutuhan gereja untuk melayani dan menjangkau jiwa, lalu memikirkan apa yang bisa dilakukan sebagai bagian terintegrasi dari tempat dimana si jemaat tertanam. Tidak harus menjadi anggota tim musik, diaken, pengerja dan sebagainya, tetapi cobalah cari tahu apa yang bisa anda lakukan disana agar akan ada lebih banyak orang lagi yang bisa tumbuh dalam imannya seperti anda.

Di sisi lain, jangan memandang melayani Tuhan itu dengan terlalu sempit. Ada banyak orang yang memisahkan rohani dengan sekuler. Mereka berpikir bahwa rohani hanyalah urusan hari Minggu ke gereja, atau pada saat teduh saja. Selebihnya, kehidupan sekuler dijalankan sama sekali berbeda. Tidak ada Tuhan dilibatkan disana, cara yang dijalankan pun sepenuhnya cara dunia. Sikat dulu sebelum keburu disikat orang, tipu dulu sebelum ditipu, serang dulu sebelum diserang, makan dulu sebelum dimakan. Pendeknya, Tuhan hanyalah satu bagian dari kehidupan yang hanya dapat porsi kecil saja. Nanti kalau ada perlu baru dihubungi lewat doa, kalau ada permintaan nanti baru datangi dan bawa daftarnya. Di gereja syalom kiri kanan dan sebar kata puji Tuhan, tapi begitu selesai langsung switch mode kembali pada cara dunia. Ada sebuah kantor tempat teman saya bekerja selalu berdoa bersama sebelum bekerja, tapi pada saat kerja melakukan begitu banyak hal buruk. Melakukan mark up, sogok sana sini, menghancurkan pesaing barulah sebagian dari cara mereka menjalankan roda perusahaan. Rohani, rohani, sekuler, sekuler. Itu dua sisi berbeda.

Pemikiran seperti ini sangatlah keliru karena Tuhan sesungguhnya tinggal berdiam di dalam diri kita, dan apapun yang seharusnya kita lakukan seharusnya mencerminkan kebenaran. Itulah gaya atau cara hidup yang seharusnya dimiliki oleh orang percaya. Melakukan Firman secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam profesi. Kita harus sadar bahwa kita sesungguhnya adalah surat Kristus (2 Korintus 3:3), lalu bukankah kita sudah diharuskan untuk melakukan segala sesuatu dengan segenap hati, dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan dan bukan untuk orang lain atau manusia (Kolose 3:23)? If that's the case, even in our works we should reflect God's love and principal. 

Pertanyaannya, apakah tokoh-tokoh besar di dalam Alkitab semuanya hamba Tuhan penuh waktu atau full-timer? Kenyataannya, sebagian besar justru merupakan orang-orang yang berprofesi di bidang sekuler. Ada raja, pemimpin, pejabat, pengusaha, dokter, pegawai, ibu rumah tangga, nelayan, peternak bahkan janda. Daud sejak kecil bekerja di dunia sekuler. Ia peternak yang dipakai menggembalakan kambing domba milik ayahnya yang jumlahnya kecil saja, lalu kemudian jadi raja. Hidupnya ada di dunia sekuler. Ia bukan pendeta. Tapi lihatlah apa yang dikatakan tentang Daud dalam Kisah Para Rasul 13:36: "Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya..." He completed the work God sent to him.

Dan perhatikan apa yang Tuhan bilang tentang Daud. "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (ay 22). Itu artinya, kita tidak harus menjadi pendeta atau pengerja penuh waktu untuk bisa melakukan segala kehendak Tuhan sehingga Tuhan berkenan kepada kita dan kehidupan yang kita bangun. Profesi kita, jika dijalani dengan takut akan Tuhan, diisi dengan ketaatan pada kebenaran, maka suatu saat nanti Tuhan akan bilang bahwa kita berkenan dihatiNya dan telah melakukan kehendakNya pada jamannya. Dari Daud kita bisa belajar banyak akan hal itu.

(bersambung)


Wednesday, September 27, 2017

Bodoh bagi Dunia, Berharga di Mata Tuhan (4)

(sambungan)

Dalam versi New International Version (NIV) dikatakan: "But God chose the foolish things of the world to shame the wise; God chose the weak things of the world to shame the strong. God chose the lowly things of this world and the despised things--and the things that are not--to nullify the things that are, so that no one may boast before Him."

Tuhan memilih orang-orang atau hal bodoh menurut dunia untuk mempermalukan mereka yang merasa hebat. Tuhan memilih mereka yang lemah untuk mempermalukan mereka yang kuat. Tuhan memilih mereka yang dianggap rendah atau hina oleh dunia untuk meniadakan apa yang dianggap penting oleh dunia, sehingga tidak ada satupun orang yang bermegah atau menyombongkan dirinya di hadapan Allah.

Siapapun kita dan seterbatas apapun kemampuan kita, kita tidak perlu merasa rendah diri sehingga merasa tidak sanggup untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Ingatlah bahwa mereka yang dipilih Tuhan selama ini pun adalah orang-orang biasa yang sama seperti kita juga. Punya kelemahan, keterbatasan, pernah takut, pernah lemah, dan lain-lain, tetapi di tangan Tuhan mereka bisa diubahkan secara luar biasa. Seringkali pertanyaan yang diberikan Tuhan bukanlah kita bisa atau tidak, tetapi apakah kita mau atau tidak. Apakah kita memiliki ketaatan, kerendahan hati dan kesediaan untuk mau menjadi rekan sekerjaNya. Kesediaan kita diperlukan agar kuasa Tuhan bisa mengalir lewat kita, membuat kita menjadi orang terbatas yang mampu melakukan hal-hal baik melebihi batas kemampuan kita.

Maukah kita melayani Tuhan, menjadi perantara, agenNya di dunia ini, menjadi terang dan garam, memberkati orang-orang disekitar kita? Kesediaan kita, dan bukan kehebatan kita, itulah yang diinginkan Tuhan. Hendaklah kita sepikir dengan Paulus, menyadari bahwa keselamatan yang diberikan kepada kita merupakan kasih karunia Allah dan bukan karena kehebatan kita. Bersyukurlah senantiasa untuk itu dan manfaatkanlah untuk memberkati sesama.

Apa yang bisa anda lakukan hari ini? Dengarkan panggilan Tuhan bagi anda dan lakukanlah bersama-sama dengan Tuhan yang akan selalu menyertai diri anda. Ijinkan kuat dan kuasa Tuhan bekerja dalam diri anda. Jika Paulus bisa melakukannya, kita pun bisa. Karena bukan karena kehebatan kita, tetapi kasih karunia Tuhanlah yang memampukan semua itu.

God regularly uses the unlikely—people, you and me, and circumstances—to accomplish His purposes

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, September 26, 2017

Bodoh bagi Dunia, Berharga di Mata Tuhan (3)

(sambungan)

Ya, Paulus memiliki masa lalu yang sangat buruk. Tapi ia kemudian mengalami perjumpaan dengan Yesus dan kemudian bertobat. Setelah diubahkan dan dipakai Tuhan, Paulus tidak lupa diri. Ia tetap sadar akan status masa lalunya dan tetap bersyukur bahwa ia diselamatkan bahkan dipilih untuk melakukan sebuah pekerjaan mulia. Ia mengatakan "Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah." (1 Korintus 15:9). Dari pandangan manusia mungkin seperti itulah adanya. Dia tadinya adalah orang yang kejam, pelaku kejahatan terhadap orang percaya.

Dalam versi bahasa Inggris kata "menganiaya Jemaat Allah" dituliskan dengan "wronged and pursued and molested the church of God (oppressing it with cruelty and violence)." Ia orang kejam dan sadis. Tetapi kemudian ia pun diubahkan dan dipakai secara luar biasa.

Paulus lalu melanjutkan: "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (ay 10).

Paulus tahu betul bahwa jika ia menjadi siapa dia kemudian, dari orang yang kejam dan jahat lalu bertobat, berubah dan berbalik total, dari Saulus menjadi Paulus, itu bukanlah karena kehebatannya, melainkan berasal dari kasih karunia Tuhan. Kasih itu tidak akan pernah sia-sia dan akan selalu menyertai dirinya dalam menjalankan misinya. Paulus tidak akan pernah berhenti bersyukur setelah diselamatkan dan dipilih Tuhan, untuk itu dia menyerahkan seluruh sisa hidupnya untuk pekerjaan Tuhan, apapun resikonya dengan penuh sukacita.

Tuhan dengan senang hati mau pakai orang-orang biasa seperti anda dan saya untuk melakukan pekerjaanNya. Kita mungkin bukanlah superhero, bukan orang yang berpengaruh di dunia, bukan orang terkaya, mungkin pula bukan orang berpendidikan tinggi dan sebagainya. Mungkin masa lalu kita kelam, penuh dosa. Mungkin kita beranggapan kita tidak ada apa-apanya dan sama sekali bukan dalam kapasitas atau pada tempatnya untuk bisa dipakai Tuhan.

Mungkin kita berpikir bahwa kita mudah takut, penuh kelemahan dan sebagainya. Mungkin kita menganggap kita tidak punya apa-apa untuk bisa dipakai Tuhan. Ah, saya hanyalah ibu rumah tangga. Saya cuma pelajar, saya punya kelemahan atau kondisi tidak sempurna yang pasti membuat saya tidak akan bisa melakukan apa-apa. Tetapi dengarlah, Tuhan tetap bisa pakai kita. Dan Tuhan sering melakukan hal itu. Mengapa? Lihat apa kata Tuhan: "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia." (1 Korintus 1:25). Di tangan Tuhan, orang-orang biasa yang penuh kelemahan bisa diubahkan menjadi luar biasa. Sejak jaman dulu hingga hari ini kita terus melihat bagaimana firman ini dinyatakan.

Paulus punya catatan masa lalu yang suram. Tokoh-tokoh besar dalam alkitab pun sama seperti kita merupakan manusia biasa yang punya keterbatasan, kelemahan, punya rasa takut, pernah mengalami putus asa, kesepian dan lain-lain. Tapi jika Tuhan bisa mengubah dan memakai mereka secara luar biasa menjadi siapa mereka seperti yang kita kenal hari ini, mengapa kita harus ragukan hal itu?

Sebab firman Tuhan berkata "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti" (1 Korintus 1:27-28). Dan ini bertujuan "supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (ay 29).

(bersambung)


Monday, September 25, 2017

Bodoh bagi Dunia, Berharga di Mata Tuhan (2)

(sambungan)

Betapa seringnya kita melihat orang-orang yang tidak disangka-sangka kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa. Orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata, direndahkan, dianggap remeh, dianggap tidak punya kemampuan dan diperkirakan tidak punya masa depan baik, kemudian menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang. Tuhan bisa pakai orang dalam kondisi awal yang seburuk apapun. Bahkan bisa jadi mereka dulunya orang-orang jahat, pendosa dengan catatan masa lalu yang sangat kelam, yang secara logika tidak akan mungkin bisa berbalik 180 derajat dalam waktu relatif singkat. Tetapi ternyata kita terkejut melihat transformasi yang terjadi atas mereka. Bisa jadi pula mereka tadinya kita kenal sebagai orang yang penuh kelemahan. Tidak berani tampil di muka umum, tidak pandai berbicara, bukan orang yang peduli, punya inisiatif, dan sebagainya, tetapi kemudian mereka tampil melayani Tuhan dengan hebat.

Manusia memang sering mengukur dari kemampuan individu dan latar belakang mereka. Dalam dunia pekerjaan pun orang-orang yang dipilih kerja biasanya adalah orang-orang yang dianggap punya kemampuan menonjol, punya pengalaman segudang atau punya gelar bertumpuk. Tetapi anehnya Tuhan justru memilih orang-orang yang biasa, orang-orang yang mungkin tidak menonjol bahkan mungkin tidak berguna dalam pandangan manusia untuk dipakai secara luar biasa. Kita menemukan begitu banyak orang-orang seperti ini dalam alkitab, dan dari dua contoh diatas, saya tahu pasti bahwa Tuhan masih melakukan hal yang sama sampai hari ini.

Orang-orang biasa diubahkan lalu dipakai melakukan hal-hal luar biasa untuk Tuhan. Tuhan sangat suka melakukan itu. Ada banyak tokoh-tokoh yang dipakai Tuhan secara luar biasa itu bukanlah berasal dari orang-orang yang punya latar belakang hebat, bahkan tidak sedikit dari mereka justru punya kelemahan yang buat dunia dianggap penghalang kesuksesan. Lihatlah salah satu nama besar: Musa. Musa mengaku sebagai orang yang tidak pandai bicara, berat mulut dan berat lidah. (Keluaran 4:10). Tapi ia ternyata dipilih Tuhan, dan lihatlah bagaimana hebatnya ia kemudian memimpin bangsa Israel yang tegar tengkuk selama 40 tahun.

Contoh berikutnya: Daud. Daud masih meupakan anak yang masih kemerahan (1 Samuel 17:42) ketika dipilih untuk menjadi raja. Ia bahkan tidak ditampilkan di jajaran anak oleh ayahnya sendiri Isai saat Samuel diutus Tuhan memilih satu dari anak-anak Isai untuk dijadikan raja pengganti Saul. (1 Samuel 16:1-13). Adalah Daud pula yang tampil untuk melawan Goliat, raksasa dengan perlengkapan perang lengkap padahal ia bukanlah prajurit yang ahli dan berpenglaman dalam perang. Ia tidak bertubuh sama besarnya dari Goliat, bahkan ia jauh lebih kecil dibanding prajurit-prajurit terlatih Israel. (1 Samuel 17).

Lantas Yefta adalah anak pelacur (Hakim Hakim 1:11), seorang anak yang berasal dari keluarga broken home yang terbuang dari keluarga dan masyarakat. Tapi kemudian ia bisa dipakai Tuhan sebagai pahlawan.

Yesus ternyata lebih memilih nelayan dan pemungut cukai untuk menjadi muridNya ketimbang para ahli kitab, orator ulung, orang berpangkat, kaya atau berpengaruh.

Dan tentu saja, jangan lupakan pula sosok Paulus yang tadinya dikenal sebagai pembantai orang kristen kemudian bisa berubah menjadi tokoh yang dikenal sangat radikal dan total dalam menyampaikan firman Tuhan hingga ke Asia kecil, menjadi rasul bagi bangsa-bangsa non Yahudi. Lihat pula betapa banyak surat yang ia tulis dalam Perjanjian Baru yang menyampaikan begitu banyak prinsip kebenaran kepada manusia dari satu generasi kepada generasi selanjutnya sampai hari ini.

(bersambung)


Sunday, September 24, 2017

Bodoh bagi Dunia, Berharga di Mata Tuhan (1)

Ayat bacaan: 1 Korintus 1:27-29
=======================
"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."

Ada seorang pianis yang saya kenal dengan sangat baik sudah aktif melayani selama lebih dari 10 tahun lewat permainan dan aransemennya yang tinggi kualitasnya. Pada awalnya ia sulit untuk bisa menjadi pianis karena struktur tangan dan jarinya memang agak aneh bentuknya. Ia pun sering mendengar bahwa ia tidak akan bisa sukses jika memaksakan jadi pianis. Tapi ia terus belajar otodidak. Menurutnya, pada waktu itu ia masih belum mengerti apa-apa soal panggilan. "Tapi yang saya tahu, saya seperti terdorong untuk terus belajar dan berusaha untuk menjadi pemain piano." katanya. Ternyata Tuhan memang mau pakai dia sejak masih muda. Ia mulai melayani sejak masih kuliah. Hari ini ia menjadi salah satu hamba Tuhan di bidang musik yang terdepan di kotanya. Ia dipakai bukan hanya di gereja tempatnya bertumbuh tapi juga di gereja lain bahkan di luar. Karirnya di musik sekuler pun terbilang sukses. "Kalau ingat apa yang dikatakan orang dulu tentang saya, rasanya menyakitkan.. tapi saya senang bahwa saya berhasil membuktikan sebaliknya, dan itu semua karena Tuhan dan rencanaNya jauh sebelum saya mengerti tentang panggilan." katanya.

Satu contoh lagi, ada musisi yang memainkan instrumen lain. Ia sempat diminta keluar dari sekolah musik tempat ia belajar karena dianggap tidak berbakat. Bayangkan, sudah bayar uang sekolah (bukan gratisan) dan rajin, ia ditolak belajar disana, dan itu terjadi masih di tahun pertama. Ia sempat kecewa dan menggudangkan instrumennya selama 2 tahun. Tapi pada suatu hari ia merasa ada sesuatu di dalam hatinya yang menyuruh untuk kembali aktif memainkan alat musiknya. Ia memilih untuk menurut. Alat musik itu ia keluarkan lagi dari gudang, ia latihan sendiri, dan luar biasa, tidak lama setelah itu ia mendapat beasiswa untuk belajar di luar negeri. Disana ia bersinar menjadi murid yang berprestasi, mendapat kesempatan untuk bermain di pentas bersama gurunya dan nama-nama besar. Hari ini ia sudah kembali ke Indonesia dan aktif sebagai pemain profesional, guru dan sangat aktif juga melayani. Apakah ia sakit hati terhadap sekolah yang mengeluarkannya dulu? "Tidak. Saya memaafkan mereka. Itu saya jadikan motivasi dan pelajaran agar saya tidak melakukan hal yang sama terhadap siswa saya." katanya. Ia belajar untuk melihat potensi dan panggilan lebih daripada kondisi fisik atau kemampuan. Disamping sukses di bidang pelayanan dan karir, ia juga sukses mencetak banyak pemain berkualitas yang juga sudah berhasil dalam karir mereka.

Saya sendiri bukanlah orang yang terlahir Kristen. Masa lalu saya juga penuh dengan hal-hal yang buruk. Lewat pengalaman pribadi bertemu dengan Yesus, saya kemudian bertobat, dan beberapa tahun kemudian menuruti perintah Tuhan untuk menyediakan renungan harian ini. Saya tidak pernah sekolah Alkitab, saya tidak tahu banyak pada mulanya. Saya juga bukan penulis. Lalu bagaimana mungkin saya harus menulis sesuatu tiap hari? Tapi Tuhan bilang, bukan bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Saya memutuskan untuk patuh. Saat ini sudah 10 tahun saya mengisi renungan ini disamping juga aktif di gereja dimana saya bertumbuh. Buat saya pribadi, ini sangat luar biasa, karena setiap hari saya bisa merasakan Tuhan bekerja lewat jari-jari saya. Mengisi pikiran dan hati saya dengan kebenaranNya untuk disampaikan lewat tulisan, yang kemudian juga menjadi sumber pelajaran buat saya untuk terus lebih banyak mengenali Firman Tuhan. Saya merasa bersyukur bahwa pada waktu diminta saya menurut, saya bersyukur karena Tuhan ternyata mau pilih saya yang pada waktu itu belum tahu apa-apa dan tidak punya dasar kemampuan yang cukup untuk melakukan sesuatu. Saya senang sekali bisa menyampaikan pesan Tuhan lewat tulisan setiap harinya.

Kedua contoh teman musisi di atas adalah nyata berdasarkan pengalaman dua musisi yang benar-benar ada. Saya pikir, apabila mereka patah arang di awal, dunia musik dan pelayanan tentu akan kehilangan dua sosok luar biasa ini. Keduanya sama-sama mendapati panggilan mereka sejak muda, dua-duanya mulai melayani sejak muda juga, dan keduanya bersinar keluar dari keterbatasan atau kekurangannya. Keduanya dianggap tidak akan berhasil oleh dunia, tapi berhasil membuktikan sebaliknya. Hal ini jelas membuktikan dua hal, yaitu bahwa:
1. Setiap orang punya panggilan yang kalau dilakukan akan mendatangkan keberhasilan, kebahagiaan dan juga membawa berkat buat orang lain
2. Tuhan bisa pakai siapapun, bahkan yang dipandang sebelah mata, atau malah dianggap bodoh oleh dunia untuk menjadi hambaNya yang luar biasa

(bersambung)


Saturday, September 23, 2017

Dipakai Tuhan di Masa Tua

Ayat bacaan: Mazmur 92:15-16
========================
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya" 

Gelar merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kerja di Indonesia. Hampir semua perusahaan mendasarkan pencarian dari gelar sarjana. Tak peduli mau dapat dari mana gelarnya, itu dianggap menjamin kualitas pelamar, yang lainnya dianggap hanya sebagai tambahan. Mau ketrampilannya bagus, punya kemampuan tapi kalau tidak sarjana maka jangan coba-coba ngelamar. Integritas, good attitude, itu sangat jarang menjadi pertimbangan utama. Belum lagi masalah kolusi dan nepotisme, faktor primordial, itu bisa membutakan mereka untuk mencari orang yang terbaik. Ada seorang anak muda yang saya kenal sebagai orang yang ulet, ramah, trustable alias bisa dipercaya, pintar dan hidupnya lurus. Sayangnya ia hanya sanggup sekolah sampai SMP. Ia mencoba melamar kemana-mana tapi sulit untuk mendapat pekerjaan. Seringkali ia bahkan sudah disuruh pulang sebelum diwawancara. Untungnya ia bukan orang yang mudah patah semangat. Ia berkata bahwa ia memilih untuk tetap optimis. Kenapa? "Karena saya yakin Tuhan akan buka jalan mas. Saya tidak ragu sedikitpun. Saya terus menjaga diri saya untuk tetap menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan dan terus belajar menambah ilmu dan pengetahuan. Kalau saya sudah hidup benar, saya percaya semua hanya soal waktu saja." katanya.

Anak muda ini mengingatkan saya pada ayat dalam Mazmur 92 yang berisi pesan Tuhan kepada orang-orang yang memilih atau memutuskan untuk hidup benar. Dunia mungkin tidak menganggap penting orang yang hidupnya benar, setidaknya diletakkan pada prioritas dibawah gelar sarjana dan hal lainnya, tetapi bagi Tuhan tidaklah demikian. Di mata Tuhan, orang-orang yang hidupnya benar sangatlah penting. Tidak saja orang benar akan dilayakkan untuk menerima kasih karunia keselamatan yang kekal, tapi juga akan Dia bawa untuk melangkah secara luar biasa dalam hidup, mengalami pertumbuhan dan terus menghasilkan buah hingga masa tua sekalipun. Selain dari Mazmur 92 yang saya jadikan bahasan selama seminggu terakhir, ada begitu banyak lagi janji Tuhan yang hebat bagi orang benar misalnya dalam Mazmur 37:23-24 "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;", Amsal 20:7 "Orang benar yang bersih kelakuannya--berbahagialah keturunannya.", dan tentu saja sebuah ayat yang sudah sangat tidak asing lagi bagi kita "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Ini barulah sebagian dari begitu banyaknya janji Tuhan yang diberikan kepada orang yang memutuskan untuk hidup sesuai kebenaranNya.

Mari kita lanjutkan pembahasan Mazmur 92. Jika kemarin kita sudah melihat bahwa pada masa tua orang benar akan terus atau masih menghasilkan buah dalam keadaan sehat dan segar, hari ini dalam ayat selanjutnya kita bisa melihat kenapa Tuhan menginginkan orang-orang benar seperti itu. Jika Tuhan ingin orang benar tetap berbuah sampai masa tua, maka itu artinya Tuhan tetap memiliki rencana bagi anak-anakNya meski sudah di usia lanjut. Tuhan tetap mau pakai kita tanpa melihat umur dan kemampuan kita. Tuhan ingin kita terus menghasilkan buah dalam kesegaran yang tak lekang dimakan usia.

Saat menurut dunia orang tua harusnya pensiun dan duduk diam saja menunggu waktu, Tuhan bilang Dia mau terus pakai mereka. Tuhan mau mereka terus berbuah dan tetap segar, karena tanpa itu maka mereka tidak akan bisa berfungsi apa-apa lagi seperti keinginan Tuhan. Pertanyaanya, mengapa Tuhan tetap mau pakai orang-orang yang sudah tua atau sudah dianggap 'habis' oleh dunia? Bukankah lebih mudah pakai orang-orang yang pintar, masih kuat atau cari yang punya gelar sarjana saja seperti yang dianggap terbaik oleh banyak perusahaan di negara kita hari ini?

Mengacu kepada Mazmur 92 ketika firman Tuhan berkata "pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15), ayat selanjutnya menyatakan alasannya secara jelas, yaitu "untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." (ay 16) Kuasa Tuhan akan tampak secara nyata di mata dunia ketika orang-orang yang bagi dunia dianggap sudah habis ternyata masih mampu berbuah subur, tetap segar dan bersemangat berbuat yang terbaik dalam hidupnya. Lewat orang-orang tua yang masih saja berbuah gemuk (sehat) dan subur, dunia akan mampu melihat bahwa Tuhan benar ada dan kemuliaanNya nyata. Ternyata, Tuhan justru suka memakai orang-orang yang tidak lagi dianggap apa-apa oleh dunia untuk menyatakan atau bahkan membuktikan keberadaanNya. Bukankah itu luar biasa?

Tuhan sangat mengasihi kita sejak kelahiran kita hingga akhir hidup kita, bahkan sampai selama-lamanya. Kasihnya tidak akan pernah berkurang dan berubah. Kasih setiaNya kekal sepanjang masa. Tuhan menyatakan langsung bahwa pada kenyataannya Dia sudah mendukung kita sejak dari kandungan, sudah menjunjung kita sejak dari rahim ibu (Yesaya 46:3), dan Dia akan tetap menggendong dan mendukung kita hingga masa tua kita nanti. Dengan penyertaan seperti itu, mengapa kita harus kuatir dan merasa tidak lagi mampu berbuat apa-apa? Pembuka kitab Mazmur sudah menyatakan "Berbahagialah orang yang.. kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).  Ini janji Tuhan terhadap orang-orang benar yang selalu berakar dalam Tuhan.

Berapapun umur kita, bagaimanapun tenaga kita, seperti apapun keahlian kita, Tuhan selalu rindu untuk memakai kita. Tuhan selalu ingin kuasa dan kasihNya bisa terlihat nyata oleh orang-orang lewat diri kita. Bahkan sampai di usia yang sudah sangat lanjut sekalipun, sebagai orang benar kita seharusnya tetap bisa menjadi terang dan garam yang bukan saja bisa memberkati sesama tapi juga menyatakan keberadaan Tuhan secara nyata. Ingatlah bahwa kita adalah surat Kristus seperti yang disampaikan Paulus dalam 2 Korintus 3:3, dimana seharusnya orang akan bisa membaca dan merasakan bahkan melihat Yesus lewat diri kita.

Bagi yang sudah berusia lanjut, Tuhan secara khusus sudah menyatakan bahwa Dia mau pakai mereka untuk membuktikan bahwa Tuhan benar adanya, keadilan dan kasihNya nyata dan bisa dirasakan. Tuhan mau pakai, tapi agar bisa dipakai kita haruslah tetap menjadi orang benar yang terus berbuah dengan segar dan sehat hingga di masa tua. Tidak ada batasan usia untuk bisa dipakai Tuhan. Apakah anda sudah berada di usia bahagia dan tidak dianggap produktif lagi oleh dunia? Tuhan akan dengan senang hati terus memakai anda untuk menyatakan kemuliaanNya. Jangan biarkan diri anda lemah, jangan berhenti berbuah. Tetap semangat, tetap bertumbuh dalam kebenaran, dan dengan sukacita, tetaplah menjadi kesaksian bahwa Tuhan itu benar ada, tidak pernah menipu dan kasih setiaNya besar kepada ciptaanNya yang teristimewa.

Usia lanjut bukan halangan untuk tetap melayani dan menyatakan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, September 22, 2017

Tetap Segar dan Berbuah Sampai Masa Tua (2)

(sambungan)

Dalam Alkitab kita bisa melihat banyak contoh bahwa Tuhan tidak melupakan orang berusia lanjut untuk dipakaiNya. Banyak tokoh yang dipakai hingga tua, malah ada pula yang dipakai justru setelah tua dan dianggap 'habis oleh dunia. Abraham misalnya. Ia menerima semua janji Tuhan di usia senja, dimana bagi dunia ia mungkin tidak lagi berarti apa-apa. Tapi Alkitab mencatat dengan jelas: "Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal." (Kejadian 24:1). Pada kondisi Abraham yang telah tua inilah ia justru menerima janji akan keturunan. Uniknya janji itu tidak serta merta digenapi saat itu juga, tetapi ia masih harus menunggu beberapa puluh tahun kemudian ketika usianya yang sudah sangat lanjut. Berbagai ujian yang menguji imannya ia lewati dengan luar biasa di usia sangat tua, dimana ia pun digelari Bapa orang beriman. Seperti pohon korma, Abraham sebagai orang benar membuktikan bahwa ia masih terus berbuah, menjadi gemuk dan segar pada sebuah usia lanjut yang jauh di atas usia produktif menurut pandangan manusia.

Lalu ada juga Nuh yang dipakai pada usia senja. Pada kasus Nuh, ia bahkan harus bekerja keras membangun bahtera. Sudah tua masih harus bertukang membangun kapal dengan ukuran luar biasa besar dan secara pikiran manusia amat tak masuk akal. Apakah Nuh marah atau kecewa? Apakah Nuh berkata: "Ah yang benar saja, cari yang lebih muda dong.. masa saya yang sudah renta?" Nuh sama sekali tidak berkata seperti itu. Ia setia dan terus melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Membangun kapal besar, mengumpulkan seluruh hewan sepasang-sepasang. Itu sama sekali tidak gampang, apalagi harus dilakukan ketika secara fisik kondisi tubuh sudah sangat menurun. Kita yang muda saja rasanya tidak sanggup, tapi Nuh sanggup. Kembali kita melihat bukti nyata bagaimana orang benar mampu terus berbuah dalam keadaan tetap segar di usia lanjut sehingga ia sanggup melakukan hal yang bagi dunia akan terlihat sangat mustahil.

Untuk contoh lainnya kita bisa melihat hidup Kaleb. Lihat apa katanya ketika ia hendak menuai janji Tuhan. "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:10-11). Kita tentu heran bagaimana orang berusia 85 tahun masih sanggup berkata seperti itu, siap untuk berperang dengan semangat yang masih menyala seperti anak muda? Tapi Kaleb punya sikap seperti itu. Ia masih bersemangat, ia masih kuat, karena ia menyadari dan merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya.

Dari ketiga tokoh ini kita bisa melihat betapa luar biasanya ketika kita menjadi orang-orang yang mendasarkan hidup sepenuhnya pada kebenaran. Tidak ada kata layu, tidak ada kata habis, malah semakin gemuk dan segar menghasilkan buah-buah yang matang.

Berapapun usia kita saat ini, mau masih dianggap dunia produktif atau tidak, di mata Tuhan sebagai orang benar kita tetap berbuah menjadi gemuk (sehat) dan segar. Itu yang akan dialami orang benar menurut kehendak Tuhan. Tapi jangan lupa bahwa kita harus menjaga hidup kita untuk tetap baik sejak dini. Karena kita tidak akan bisa menggenapi kehendak Tuhan ini jika kita mebiarkan hidup kita tercemari hal-hal yang merusak sejak muda. Apabila kita menghayati benar Firman Tuhan bahwa tubuh kita merupakan bait Allah seperti yang disebutkan dalam 1 Korintus 3:16 dan 1 Korintus 6:19-20, kita tentu akan menjaga kesucian atau kekudusan tubuh kita dengan penuh rasa hormat. Jika itu yang kita jadikan prinsip sebagai bagian dari kehidupan orang benar maka kehendak Tuhan akan orang benar ini akan kita genapi waktu tiba saatnya. Terutama bagi teman-teman yang masih belia, tumbuhlah besar di masa muda anda, bertunas dan teruslah berbuah sampai masa tua.


Hiduplah sebagai orang benar dan tertanam di Bait Allah, anda akan berbuah hingga masa tua


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, September 21, 2017

Tetap Segar dan Berbuah Sampai Masa Tua (1)

Ayat bacaan: Mazmur 92:15
=====================
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar"

Pemazmur tidak sembarangan mengambil contoh pohon korma dalam menggambarkan bentuk kehidupan orang benar dalam Mazmur 92. Kita sudah melihat dalam renungan-renungan terdahulu keistimewaan pohon dan buah korma ini. Yang belum saya sampaikan adalah berapa lama setelah ditanam pohon ini akan menghasilkan buah dan berapa lama usia produktifnya.

Dari sisi ini pun pohon korma sangat istimewa. Pohon korma secara umum memerlukan 4 sampai 7 tahun untuk bisa berbuah, dan biasanya mencapai kualitas unggulan pada usia sekitar 10 tahun. Luar biasanya, seperti pohon aras, pohon korma ini termasuk pohon yang sangat panjang umurnya yaitu bisa mencapai lebih 100 tahun. Dan yang lebih hebat lagi, pohon ini masih menghasilkan buah di usia seperti itu. Satu pohon korma bisa melahirkan 80 hingga 120 kilogram buah pada masa tuai. Seperti yang anda bisa lihat dalam gambar di samping, satu pohon bisa menghasilkan sebegitu banyak buah yang punya kandungan nutrisi sangat baik dan berkhasiat tinggi. Keistimewaan yang dimiliki korma tampaknya sudah lama diketahui manusia. Budidaya korma menurut penelitian sudah dilakukan orang sekitar 3700 tahun Sebelum Masehi, jauh sebelum masa Pemazmur menuliskan pasal 92.

Kalau bicara soal usia, dunia membatasi usia produktif terbilang sangat singkat. Jika usia produktif menurut peraturan sekitar 15 sampai 64 tahun, bagi pegawai negeri lebih singkat karena mereka rata-rata harus pensiun pada usia sekitar 58 sampai maksimal 60 tahun. Tamat kuliah sekitar 25, lalu 58 tahun pensiun. Belum lagi kalau melihat lowongan di koran-koran, ada banyak pekerjaan yang membatasi usia untuk diterima jauh dibawah itu. Ada yang cuma dibawah 30 tahun, bahkan dibawah 25 tahun. Menyedihkan memang kalau dibandingkan diluar sana, orang akan tetap dianggap masih produktif selama mereka masih bisa bekerja dengan baik.

Mari lupakan sistem perhitungan usia produktif diatas. Dunia mungkin memberi batas untuk kita bisa berusaha dan menghasilkan buah, tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Berapapun umur kita, Tuhan tetap menjanjikan kasih dan kesempatan untuk terus berbuah. Tuhan akan tetap bisa memakai anda secara luar biasa tanpa melihat berapapun umur anda sekarang. Tidak pernah ada kata terlambat selagi kesempatan hidup masih dibukakan.

Sekarang mari fokus pada seperti apa sebenarnya orang benar itu dalam hal menghasilkan buah dengan dikaitkan pada pohon korma yang diambil Pemazmur sebagai contoh. Dalam renungan kemarin kita melihat bahwa orang benar ditanam dan bertunas di pelataran bait Allah (ayat 14). Ini menunjukkan peran orang benar sebagai bagian dari kebangunan rohani bersama dengan gereja dimana mereka ditanam dan bertumbuh. Tunas-tunas yang dihasilkan seharusnya dipakai untuk memberkati orang lain, menjadi perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi ini dalam menyatakan kasih. Seperti pohon, jika orang benar mendapatkan nutrisi di tempat ia tertanam, orang benar pun seharusnya memberikan kontribusi atau manfaat kembali kepada tempatnya ditanam sesuai pertumbuhannya.

Jadi, "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." (Mazmur 92:13-14). Pertanyaannya, sampai kapan? Adakah batas usia untuk kita bertunas dan bertumbuh lantas berbuah? Apakah seperti batas usia produktif menurut dunia atau lapangan kerja di atas? Firman Tuhan ternyata berkata tidak ada, karena ayat selanjutnya berkata: "Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15). Hingga masa tua sekalipun, kata firman Tuhan, orang-orang benar ini akan terus bertumbuh subur, malah dikatakan masih sanggup berbuah, bertambah gemuk dan segar. Kalau kata gemuk dirasa seperti mengacu pada bentuk fisik, versi lainnya mengatakan "pohon yang masih berbuah di masa tua, tetap hijau dan segar" (BIS). Tetap hijau dan segar, tetap awet muda dan sehat.

Pada masa tua masih berbuah, tetap segar? Mungkin ini terdengar tidak masuk akal dan melawan hukum alam. Mungkin ada yang berkata, "sudah keriput bro, tenaga pun sudah tidak seperti dulu lagi." Benar, tenaga manusia memang akan menurun, demikian pula kemampuan. Jadi keriput pun sesuatu yang alamiah. Kita memang tidak bisa melawan hukum alam mengenai kondisi fisik manusia sejalan dengan usia. Tapi kata firman Tuhan itu bukan berarti kita harus pula berhenti berbuah.

Bagaimana mungkin? Kenapa tidak mungkin? Pohon korma saja bisa. Kita yang diciptakan secara istimewa oleh Tuhan mendapatkan begitu banyak kasih karunia. Kita terus dijaga, dipelihara bahkan digendongNya sampai tua. Firman Tuhan mengatakan: "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Kekuatan kita terbatas dan akan menurun, tetapi kekuatan Tuhan yang tidak pernah berkuranglah yang akan membuat kita bisa tetap berbuah dengan sehat dan segarnya. Tuhan menyatakan siap menggendong dan memikul serta menyelamatkan kita sampai seluruh rambut kita putih sekalipun. Ini janji Tuhan. Artinya jelas, Tuhan tetap memiliki rencana bagi kita bahkan ketika kita sudah tua dan lemah. Tuhan tetap mau pakai kita tanpa melihat umur dan kemampuan kita. Tuhan ingin kita terus menghasilkan buah dalam kesegaran yang tak lekang dimakan usia. Seperti itulah harusnya orang benar.

(bersambung)


Wednesday, September 20, 2017

Ditanam dan Bertunas di Bait Tuhan (2)

(sambungan)

Bayangkan sebuah gereja yang jemaatnya kompak, bersatu dan sejalan dengan gembala dan para pemimpinnya, bekerja bersama-sama. Bukankah itu luar biasa? Sebaliknya, bayangkan gereja yang isinya sekumpulan orang yang jalan sendiri-sendiri. Tidak mau diatur, tidak terima masukan, tidak peduli. Mau sehebat apapun pemimpinnya, semua rencana atau program yang disusun bakal terbengkalai berantakan. Itu sama saja bagaikan pohon yang hanya menyerap segala yang dimiliki tanah tanpa memberikan kontribusi apa-apa. Tanah akan habis sarinya, kering, retak-retak dan tidak akan kehilangan fungsinya. Kalau cuma menyerap atau menghisap tanpa memberi apa-apa kembali, itu vampir atau drakula namanya.

Mari kita lihat lagi contoh pohon aras dalam ayat 13. Pohon aras itu berukuran besar dan sangat kuat, tahan terhadap goncangan angin badai. Jadi orang benar seharusnya tidak mudah goyah karena terpaan angin masalah. Kalau sudah kuat, bukankah akan sangat baik jika kekuatan itu dipakai untuk melakukan sesuatu dalam pelayanan bersama gereja dimana kita tertanam? Faktanya kayu dari pohon aras ini dipakai dalam pembangunan bait Allahnya Salomo. "Ia mendirikan gedung "Hutan Libanon", seratus hasta panjangnya dan lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya, disangga oleh tiga jajar tiang kayu aras dengan ganja kayu aras di atas tiang itu. Gedung itu ditutup dari atas dengan langit-langit kayu aras, di atas balok-balok melintang yang disangga oleh tiang-tiang itu, empat puluh lima jumlahnya, yakni lima belas sejajar." (1 Raja Raja 7:2-3)  Dipakainya kayu pohon aras untuk membangun bait Allah oleh Salomo punya makna bahwa orang benar yang kuat daya tahannya seharusnya bisa dipakai dalam pembangunan tubuh Kristus.

Have you done something to your church? Kalau sudah, puji Tuhan. Tetaplah dan tingkatkan terus agar gereja semakin besar fungsinya dan bisa dirasakan lebih lagi oleh masyarakat luas. Kalau belum, ini saatnya untuk memikirkan serius akan hal ini. Tidak ada pohon yang hanya menyerap tanpa memberi apa-apa kepada tempatnya tertanam, apalagi pohon korma dan pohon aras. Apapun panggilan anda, saya yakin ada departemen atau bidang di gereja yang bisa menampung panggilan anda tersebut. Anda sudah tertanam dengan baik, akar anda sudah kuat berpaut disana, langkah selanjutnya adalah memikirkan kontribusi apa yang bisa anda beri bagi gereja dimana anda tertanam, supaya tunas yang anda hasilkan bisa tumbuh dan mendatangkan manfaat disana.

Sejak jaman dahulu jumlah pengerja jauh lebih sedikit dari tuaian. Bahkan Yesus saja mengatakan: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Lukas 10:2a). Hari ini pun sama, kalau tidak lebih kekurangan lagi. Ada begitu banyak gereja yang kekurangan pengerja dan harus meminta bantuan dari luar. Ada yang harus merangkap banyak pekerjaan. Padahal seandainya saja jemaatnya tanggap dan mengerti bahwa mereka hakekatnya adalah pohon dan bukan vampir, tentu masing-masing gereja itu akan lebih maksimal dalam menjadi berkat buat tempat dimana ia berada bahkan bisa lebih dari itu.

Karenanya, cari tahu apa yang bisa anda lakukan, cari tahu apa yang gereja butuhkan. Terus serap nutrisi agar iman bisa mengalami pertumbuhan secara sehat, tapi jangan lupakan memberikan kembali kontribusi dalam hubungan timbal-balik yang sehat.

Don't just take but do give back. You are a tree not a vampire

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, September 19, 2017

Ditanam dan Bertunas di Bait Tuhan (1)

Ayat bacaan: Mazmur 92:14
=================
"mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita."

Beberapa hari kemarin kita sudah melihat seperti apa orang benar akan menjadi menurut Firman Tuhan. Secara luar biasa Pemazmur menggambarkan 'the fate' atau 'destiny' dari orang benar lewat contoh pohon korma dan pohon aras yang tumbuh di Libanon. Kedua pohon ini tumbuh di habitat yang keras dan berat. Kebanyakan pohon akan menyerah jika ditempatkan disana, tetapi kedua jenis ini bisa tumbuh dan menghasilkan begitu banyak manfaat baik dari buah, kayu hingga getah. Kalau pohon korma menghasilkan buah yang bernutrisi tinggi dan lezat rasanya, pohon aras membuktikan kehebatannya dengan tetap tumbuh dan berbuah hingga ratusan tahun. Batangnya dipakai untuk membangun terutama untuk bangunan-bangunan penting seperti istana dan bait Allah karena kekuatan dan daya tahannya yang luar biasa. Kedua pohon ini sangatlah tepat dalam menerangkan seperti apa seharusnya orang benar itu hidup. Meski dalam habitat yang sulit bahkan meski melewati fase padang gurun, orang benar akan tetap bertunas, tumbuh lebat dan berbuah serta mendatangkan manfaat bagi sesama, dan itu akan menjadikan orang-orang benar garda terdepan untuk mengenalkan / membuktikan eksistensi Tuhan kepada orang lain.

Ijinkan saya memberi satu contoh tentang pohon dan tempat dimana ia ditanam. Misalnya anda menanam sebuah pohon di salah satu sisi pekarangan anda. Agar pohon itu bisa hidup, pohon akan berusaha membuat akarnya kokoh supaya bisa menembus lapisan tanah yang keras hingga menemukan air dan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan. Itu kemudian akan membuat proses fotosintesis pada daun bisa berjalan lancar sehingga pohon bisa mendapatkan segala zat makanan yang dibutuhkan untuk tumbuh sehat, subur dan menghasilkan buah. Jadi intinya, pohon menyerap kebutuhannya untuk hidup dan tumbuh dari tanah dimana ia ditanam. Itu poin pertama.

Apakah pohon itu hanya menyerap dan terus menyerap tanpa memberikan kembali apa-apa kepada tanah dan tempat dimana ia ditanam alias hanya sepihak saja? Tentu saja tidak. Lantas kalau tidak, apa yang diberikan pohon kepada tempatnya ditanam? Ada banyak sekali. Yang paling sederhana, pohon akan membuat area disekitarnya sejuk dan asri. Pohon bisa menjadi tempat berteduh dari panas dan hujan. Bicara soal hujan, pohon bisa menahan laju air dan akarnya akan mencegah erosi tanah. Selain itu, pohon bisa meningkatkan daya serap air dalam tanah sehingga akan meningkatkan cadangan air tanah dan kesuburan tanah. Saat fotosintesis berlangsung, tanaman menghisap CO2 dan menghasilkan oksigen dan gula. Tidaklah mengherankan apabila kita biasanya merasa nyaman dibawah pohon terutama pada siang hari yang panas. Tanpa adanya pohon, CO2 dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan efek rumah kaca yang akan sangat membahayakan generasi selanjutnya maupun bumi. Selain menyerap CO2, pohon juga bisa mengurangi zat-zat pencemar udara lainnya. Banyak sekali bukan manfaat yang diberikan kembali oleh pohon? Jadi, pohon memberikan kembali manfaat kepada tanah dan tempat dimana ia ditanam. Itu poin kedua.

Jadi jelas ada hubungan timbal balik yang saling memberi manfaat antara pohon dengan tanah tempatnya tertanam.

Ketika Pemazmur menerangkan bahwa orang benar sejatinya akan bertunas seperti pohon korma dan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon, ia kemudian melanjutkan dengan kalimat "mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." Perhatikanlah ada kata ditanam dan bertunas. Ditanam dan bertunas dimana? Di bait Tuhan, di pelataran Allah kita.

Pertanyaanya, sebagai orang-orang yang sejatinya harus benar, dimana kita tertanam saat ini? Dimana kerohanian kita saat ini memperoleh asupan nutrisi agar bisa hidup dan bertumbuh? Dan pertanyaan terpenting: seperti pohon, apakah kita sudah memberikan kontribusi kembali kepada gereja dimana kita menyerap makanan rohani? Apakah kita sudah melakukannya, pernah memikirkannya atau hanya menyerap dan makan tanpa memberikan apa-apa?

Kita tahu bahwa kita semua punya kewajiban untuk melakukan Amanat Agung. Kita tahu bahwa kita menerima berkat bukan untuk dipakai sendiri untuk memperkaya diri melainkan untuk memberkati orang lain. We have to do something to extend God's kingdom on earth. Apakah harus di gereja? Tentu tidak. Masing-masing dari kita punya panggilan yang alangkah baiknya dipakai sebagai sarana pelayanan kita. Tapi apakah itu berarti bahwa kita bisa melupakan saja pentingnya untuk berkontribusi bersama saudara-saudari seiman lainnya dimana kita bertumbuh? Tentu tidak juga kan? Apakah tidak ada sedikitpun waktu, tenaga, usaha atau apapun yang bisa kita baktikan agar gereja bisa lebih maksimal dalam menjangkau dan menyelamatkan jiwa?

(bersambung)


Monday, September 18, 2017

Karakter Orang Benar: Tumbuh Subur Seperti Pohon Aras (2)

(sambungan)

Kembali Pemazmur dengan cerdas mengambil contoh yang mudah dimengerti dan sangat tepat untuk menggambarkan karakter dan hidup orang benar. Dari contoh pohon aras kita bisa melihat bahwa orang benar itu:

1. Mampu mengatasi hambatan untuk terus mengalami pertumbuhan, bahkan di medan atau habitat berat seperti gurun tandus.
2. Punya kekuatan daya tahan luar biasa dalam menghadapi segala bentuk kondisi. Bahkan 'badai besar' di 'padang gurun' pun tidak mampu menggoyahkannya.
3. Akan terus bertumbuh tanpa mengenal usia, bahkan sampai usia lanjut
4. Mendatangkan banyak manfaat dari kehidupannya. Kekuatan, ketabahan dan daya tahannya hingga bisa terus tumbuh sampai ratusan tahun. Seperti halnya pohon aras yang batangnya yang kuat dan mengeluarkan getah wangi, kehidupan orang benar seharusnya bisa mendatangkan banyak manfaat atau keuntungan bagi sesama. Kekuatannya seharusnya bisa menopang yang lemah dan menginspirasi orang lain, perbuatan dan gaya hidup yang keluar dari orang benar seharusnya bisa bagai getah yang harum buat siapapun yang ada disekitarnya.
5. Berakar kuat dalam Kristus agar bisa memperoleh 'air hidup' untuk bisa terus tumbuh selama jangka waktu sangat panjang dan mendatangkan banyak berkat.

Bukanlah sebuah kebetulan bahwa Pemazmur mengambil contoh pohon aras untuk menggambarkan karakter atau ciri orang benar. Seperti halnya pohon aras, seringkali orang benar pun berada di habitat yang keras. Akan ada terjangan badai dan berbagai ancaman lainnya, tapi seperti pohon aras, orang benar akan tetap tumbuh subur untuk waktu yang lama. Kekuatan, daya tahan dan manfaat dari pohon aras sudah terbukti selama berabad-abad. Itu akan menjadi bagian hidup dari orang-orang benar.

Dengan tetap hidup sebagai orang benar, kita akan dilayakkan untuk menerima kasih karunia Tuhan akan keselamatan lewat Kristus. Itu benar. Tapi bukan berarti bahwa dalam hidup di dunia kita hanya melulu mengalami penderitaan. Bagi orang benar, Tuhan sudah menunjukkan bahwa meski berada dalam padang gurun sekalipun akan selalu ada pertumbuhan yang akan terus menghasilkan buah atau manfaat baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.

Seperti halnya Yusuf, orang benar akan terus berjalan dari satu keberhasilan kepada keberhasilan berikutnya meski sedang berada dalam kesukaran. Secara logika mungkin sulit dipahami, tetapi bukankah pohon korma dan pohon aras sudah membuktikan bahwa itu mungkin? Hal yang sama juga berlaku bagi kita. Meski dalam kondisi sulit dimana yang lain menjadi sulit tumbuh apalagi berbuah, orang benar akan terus bertunas, bertumbuh, bertambah kuat dan terus berbuah hingga tua. Anda ingin seperti itu? Jadilah orang benar.

Karakter dan keistimewaan pohon aras menjadi wujud dari kehidupan orang benar

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, September 17, 2017

Karakter Orang Benar: Tumbuh Subur Seperti Pohon Aras (1)

Ayat bacaan: Mazmur 92:13
==================
"Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;"

Kemarin kita sudah melihat sebuah karakteristik orang benar yang digambarkan bertunas seperti pohon korma. Pohon korma memang unik. Pohon ini tumbuh bukan di tanah subur tetapi justru di medan yang keras, yaitu di padang gurun. Tidak banyak tanaman yang bisa tumbuh di tempat seperti itu, nyatanya pohon korma bukan hanya sekedar hidup tapi justru menghasilkan buah dengan kandungan nutrisi sangat tinggi dari sana.

Sangatlah menarik apabila Pemazmur mengambil contoh pohon korma dalam menggambarkan orang benar. Pada kenyataannya, orang benar pada suatu titik bisa mengalami kesulitan dalam hidup, dimusuhi dan diperlakukan tidak adil bahkan ditindas saat prinsip hidup benar bertubrukan dengan prinsip atau gaya/cara hidup dunia. Pohon korma menjadi contoh nyata tentang seperti apa orang benar itu seharusnya. Orang benar akan tetap hidup meski berada di 'padang gurun'. Bukan cuma hidup, tetapi seharusnya mampu terus tumbuh dan berbuah lebat dalam jangka waktu panjang.

Lihatlah ada begitu banyak tokoh Alkitab yang terlebih dahulu harus melewati fase padang gurun sebelum mereka akhirnya melakukan hal-hal besar. Musa, Daud, Yusuf bahkan Yesus sekalipun harus menempuh fase ini dalam perjalanan hidup mereka yang luar biasa. Apa yang akan terjadi pada orang benar dalam fase padang gurun? Mereka bertunas, tumbuh dan berbuah. Ditengah penindasan, berbagai kesulitan karena memilih hidup berbeda dengan pakem dunia, orang benar akan tetap bertunas, tumbuh dan berbuah. Alkitab sudah menyatakan seperti itu, contoh nyata dari banyak tokoh telah membuktikan kebenarannya.

Hari ini mari kita bahas satu karakteristik lagi dari ayat yang sama, yaitu pohon aras yang tumbuh subur di Libanon. Pohon aras ini adalah salah satu dari family Pinaceae (Pine). Tingginya bisa mencapai sekitar 25 meter dengan dahan-dahan panjang dan tebal yang menjulur panjang ke sisi-sisinya. Bicara soal usia, pohon ini secara luar biasa bisa terus tumbuh hingga ratusan tahun. Pohon aras punya akar-akar yang kuat sehingga mampu jauh menembus tanah untuk mendapatkan air. Pohon aras dikenal sangat kuat, tidak mudah lapuk atau busuk, bahkan semakin tua maka kayunya pun semakin kuat. Tidaklah heran bila pohon ini dianggap orang melambangkan kekuatan dan daya tahan. Selain dari segi kekuatan dan usia, pohon ini juga dikenal punya getah wangi dan kayunya sangat kuat dengan daya tahan yang hebat.

Pohon aras telah tumbuh subur di Libanon sejak dahulu hingga saat ini. Selain karakternya yang luar biasa di atas, pohon aras juga tahan terhadap perubahan cuaca. Dan seperti halnya pohon korma, pohon aras juga dapat tumbuh dengan baik di gurun tandus. Karena karakternya yang istimewa, pada masa itu pohon aras sering dipakai untuk tiang penyangga bangunan-bangunan termasuk atau terutama bangunan penting seperti istana dan Bait Allah.

Dalam kitab Raja Raja kita dapat mendapatkan gambaran mengenai pohon aras ini. Ketika Salomo membangun istananya, ia banyak menggunakan pohon aras ini yang berasal dari Libanon. Di dalam istananya, "Ia mendirikan gedung "Hutan Libanon", seratus hasta panjangnya dan lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya, disangga oleh tiga jajar tiang kayu aras dengan ganja kayu aras di atas tiang itu. Gedung itu ditutup dari atas dengan langit-langit kayu aras, di atas balok-balok melintang yang disangga oleh tiang-tiang itu, empat puluh lima jumlahnya, yakni lima belas sejajar." (1 Raja Raja 7:2-3). Adalah sebuah fakta bahwa istana Salomo yang teramat sangat megah itu ternyata disangga oleh tiang-tiang kayu aras.

(bersambung)


Saturday, September 16, 2017

Karakter Orang Benar: Bertunas Seperti Pohon Korma (2)

(sambungan)

Jadi pohon korma itu tumbuh di habitat keras yaitu gurun pasir yang panas dan tandus. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana pohon korma bisa tumbuh di gurun pasir yang tandus dan panas itu? Dari cara bertahannya, pohon korma pun sesungguhnya unik. Saat biji korma ditanam, akarnya akan terus menembus tanah untuk mencari air, bahkan hingga puluhan meter karena tumbuhnya di gurun bukan daerah tropis dengan tanah banyak mengandung air. Setelah mendapatkan air jauh dibawah, barulah korma ini mulai tumbuh.

Seperti yang saya sebut diatas, biasanya dimana pohon korma berada, disana akan terdapat oase. Karakter-karakter buah korma yang unik ini sesungguhnya sangatlah tepat dipakai Pemazmur untuk menggambarkan karakter orang benar. Kalau ia mengatakan bahwa orang benar akan bertunas seperti pohon korma, artinya orang benar akan memiliki:

1. akar yang kuat.
Akar yang membuat mereka mampu tegar berdiri ditengah berbagai hambatan, bahkan bertumbuh dan berbuah, meski kondisi faktual secara umum terlihat tidak kondusif dan sulit layaknya padang pasir.

2. tunas yang sehat
Orang benar yang bertunas seperti pohon korma akan mampu untuk terus tumbuh dan menghasilkan buah dalam kondisi sesulit apapun.

3. buah yang banyak manfaat
Layaknya buah korma yang menyegarkan dan memiliki kandungan nutrisi tinggi menyehatkan, orang-orang benar pun seharusnya bisa bermanfaat, menjadi sumber sukacita, pengharapan dan berkat bagi lingkungan yang "tandus".

Ada banyak pohon yang kesulitan tumbuh di habitat yang keras. Akarnya tidak cukup kuat untuk menembus lapisan tanah yang keras yang mengakibatkan pohon tidak mendapat air dan nutrisi yang cukup. Itu membuat pohon tidak bisa tumbuh baik, lalu tidak berbuah dan hidup segan mati tak mau, hingga pada akhirnya menyerah dan mati. Pohon korma tidaklah seperti itu. Pohon ini luar biasa karena bisa hidup dalam sebuah lingkungan sangat berat lalu terus bertumbuh. Bukan cuma sekedar tumbuh, pohonnya menghasilkan buah yang sangat besar manfaatnya dan menjadi penanda oase ditengah padang gurun tandus.

Orang benar seharusnya punya karakter seperti ini. Tidak mati dalam lingkungan berat, keras dan kasar melainkan terus bertumbuh dan berbuah lebat dalam hidupnya. Ada kalanya orang benar harus melewati masa padang gurun yang sangat berat, penuh dengan penderitaan. Tapi seperti pohon korma, orang benar seharusnya tetap bisa tumbuh dan berbuah meski berada dalam kondisi yang sangat berat seperti padang gurun. Walaupun yang dijalani berat, keberhasilan demi keberhasilan yang mengarah pada pertumbuhan menuju buah akan menjadi bagian dari kehidupan orang benar.

Kuncinya adalah satu, punya akar kuat dalam Kristus. Meski kondisi faktual keras, akar kuat dalam Kristus akan memberi nutrisi-nutrisi yang mendatangkan kekuatan agar bisa terus tumbuh hingga berbuah memberkati banyak orang.


Jadilah orang benar yang memiliki karakter pohon/buah korma

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, September 15, 2017

Karakter Orang Benar: Bertunas Seperti Pohon Korma (1)

Ayat bacaan: Mazmur 92:13
====================
"Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;"

Mudahkah menjadi orang benar? Sampai batas-batas tertentu mungkin tidak sulit. Orang benar tentu akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupannya. Mau membantu sesama, tidak melakukan hal-hal yang menyinggung, menyakiti atau merugikan orang lain. Tidak egois atau mau menang sendiri, ramah, sopan dan sebagainya. Mungkin kita pun sudah melakukannya. Tapi akan ada fase dimana menjadi orang benar itu bisa sangat sulit, yaitu saat kebenaran sesuai prinsip Surgawi berbenturan dengan cara hidup atau cara pandang orang dunia. Atau, pada saat kebenaran itu kemudian terasa mengancam sebagian orang yang hidupnya berlawanan dari itu. Di saat-saat seperti ini, orang benar bisa mengalami banyak penderitaan, ketidakadilan dan penindasan. Apalagi secara jumlah orang benar tentu jauh dibawah orang yang hidupnya jauh dari itu. Orang benar kemudian disingkirkan dengan segala cara, dimusuhi, dijauhi.

Kita melihat banyak contoh akan hal ini, bahkan mungkin kita pun sekali waktu pernah mengalaminya. Orang benar tidak akan mau berkompromi terhadap dosa dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada dosa. Kalau mau sekedar jadi orang yang terlihat baik dan disukai masyarakat umum, kita terkadang dituntut untuk mau berkompromi terhadap hal-hal yang sebenarnya berpotensi mencemarkan kita. Membiarkan terang kita disusupi kegelapan, membiarkan garam terkontaminasi kotoran dan racun. Melawan trend atau kebiasaan orang yang hidup dengan cara dunia? Siap-siap saja jadi musuh. Kalau kita tidak mau berkompromi, disanalah penderitaan menjadi orang benar mulai muncul. Sementara menjadi orang benar merupakan kewajiban dari orang percaya, yang artinya tidak boleh tidak tapi harus dijadikan gaya dan cara hidup dari para murid Kristus.

Siapa sebenarnya orang benar itu? Yang dimaksud dengan orang benar adalah orang yang hidup dalam kebenaran sesuai Firman Tuhan, mendasarkan hidupnya pada standar pribadi Allah sendiri. Orang benar adalah orang yang menjaga hidupnya untuk tetap kudus, menjauhi kejahatan dan kecemaran apapun resiko maupun harganya. Pada akhirnya orang benar yang terus setia menjaga imannya akan menerima kasih karunia keselamatan kekal yang diberikan Tuhan lewat Yesus. Tapi kita pun harus ingat bahwa Alkitab mengatakan meski mungkin harus mengalami banyak ketidakadilan dan penindasan di dunia, orang benar tetap akan merasakan sukacita yang diikuti dengan keberhasilan-keberhasilan dan berbuah lebat selama masa hidupnya di dunia.

Hari ini mari kita lihat serangkaia ayat yang menyatakan hal itu dalam Mazmur 92. Renungan ini akan saya bagi berdasarkan keempat ayat mulai dari 13-16. Mari kita baca dulu ayat-ayat ini selengkapnya.

Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; (13)
mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. (14)
Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, (15)
untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya. (16)

Untuk hari ini mari kita lihat dulu ayat 13 yang menyampaikan bahwa orang benar akan bertunas seperti dua pohon yaitu pohon korma. dan pohon aras. Mengapa kedua pohon ini yang dijadikan contoh dalam menggambarkan karakteristik orang benar? Apa yang istimewa dari keduanya? Ayo kita lihat satu persatu.

Buah korma tidaklah sulit untuk ditemukan di negara kita. Ada begitu banyak dijual di supermarket atau gerai-gerai yang lebih kecil terutama saat mendekati Lebaran, mulai dari yang impor, bermerek sampai curah. Apa istimewanya korma? Korma adalah buah yang mengandung begitu banyak nutrisi di dalamnya sehingga menjadi sebuah makanan sehat yang memberi kekuatan dan kesehatan jika dikonsumsi. Tidaklah mengherankan apabila saudara-saudara kita yang menjalankan ibadah puasa dianjurkan untuk mengkonsumsi korma agar nutrisi mereka terpenuhi dan kondisinya bisa cepat pulih setelah puasa sepanjang hari.

Sekarang mari kita lihat pohon korma itu tumbuhnya pada habitat seperti apa. Apabila anda bertanya kepada musafir atau pengembara padang pasir, anda tentu akan mendengar bahwa setiap mereka melihat pohon korma, mereka akan sangat senang. Kenapa? Selain karena mereka bisa mendapat nutrisi baik dengan rasa yang manis dan lezat, pohon korma juga sebuah penanda bahwa sebentar lagi mereka akan bertemu dengan oase atau mata air. Dalam perjalanan di gurun pasir yang panas terik menyengat, seringkali mereka melihat fatamorgana, yaitu sebuah tipuan mata yang acap kali dialami oleh para pengembara di tengah gurun. Jadi jelas mereka akan sangat lega dan bersukacita jika bertemu dengan pohon korma yang bukan fatamorgana melainkan pohon sebenarnya yang nyata.

(bersambung)


Thursday, September 14, 2017

Kasih Karunia (2)

(sambungan)

Come think of it. Apakah akan pernah ada harga yang sanggup kita bayar untuk bisa memperoleh keselamatan yang sifatnya kekal alias untuk selama-lamanya? Apakah akan pernah ada investasi yang bisa kita buat untuk bisa menerima anugerah sebesar itu sepanjang usia kita yang sungguh singkat? Tentu saja tidak. Kita tidak akan pernah sanggup membayar sesuatu sebesar itu. Karena itulah Tuhan memberikannya sebagai bentuk kasih karunia.

Di sisi lain, ada banyak orang yang kemudian berpikir bahwa mereka tidak perlu bersusah payah untuk hidup baik, benar, taat dan memberkati. Mereka berpikir, buat apa lagi kita melakukan hal-hal baik diatas? Kan sudah diberi cuma-cuma. Thank you, and that's all. Itu adalah pemikiran yang sangat sempit dan keliru. Kita wajib hidup baik, benar, taat dan memberkati. Tapi Seharusnya semua itu dipandang sebagai buah-buah dari pertumbuhan iman dan pemahaman serta penghargaan kita akan kasih karunia dari Tuhan. Perbuatan baik tidak menjamin keselamatan, melainkan sebagai buah atau hasil. Dalam Efesus 2:8-9 dikatakan "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

Dalam Efesus 2:8 itu dikatakan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia oleh iman. Iman seperti apa? Sebuah kasih karunia dianugrahkan kepada kita lewat iman akan Kristus. Yesus satu-satunya jalan agar manusia bisa memperolehnya. Kita memperoleh kasih karunia tersebut dan oleh karenanya dibenarkan dengan cuma-cuma, semua karena penebusan dalam Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Tanpa Yesus, dan hanya mengandalkan hukum-hukum agama dan tata cara peribadatan, maka itu artinya kita hidup di luar kasih karunia. "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).

Bukanlah kebetulan kalau Paulus kemudian melanjutkan inti dasar kasih karunia dalam Efesus 2:8-9 diatas dengan kalimat berikutnya: "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup didalamnya." (ay 10). Lewat kasih karunia kita diselamatkan oleh iman akan Kristus. Pekerjaan baik merupakan tugas atau tujuan hidup kita saat diciptakan Allah dalam Yesus. Lihatlah rangkaian ayat ini menunjukkan dengan jelas seperti apa sebenarnya kaitan antara kasih karunia dan perbuatan baik. Saya yakin apabila kita benar-benar memahami dan menghargai besarnya kasih karunia Tuhan ini, kita tidak akan mempergunakannya sembarangan atau memanfaatkannya. We won't take it for granted. Instead, we will make our lives the best we can, bear fruits as much as we can to glorify Him. We will make every second of our lives meaningful. Orang yang masih melakukan hal-hal buruk atau malah memanfaatkan hadiah besar yang cuma-cuma ini berarti masih belum menyadari atau menghargai pemberian Tuhan yang begitu luar biasa untuk dirinya.

Jadi jelaslah bahwa sebuah kasih karunia adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan yang dianugrahkan pada kita lewat Yesus Kristus. Dan luar biasanya, Tuhan mengatakan bahwa dimana dosa dan pelanggaran bertambah banyak, disitulah kasih karunia Tuhan menjadi berlimpah-limpah. (Roma 5:20). Meski demikian, jangan manfaatkan kebaikan Tuhan itu dengan berbuat hal-hal yang jahat dimataNya karena kasih karunia bukan berarti bahwa kita boleh terus berbuat dosa. (Roma 6:1).

Seperti layaknya sebuah hadiah yang sangat berharga, tentu kita akan selalu menghargai hadiah itu, menjaganya dengan sepenuh hati sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Tuhan telah menganugrahkan sebuah hadiah yang sangat istimewa, kita menjadi orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya dan berhak memperoleh sebuah kehidupan kekal sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:7).

Tidak ada orang yang mau berakhir dalam siksaan kekal. Dan jalan untuk selamat sudah dihadiahkan Tuhan secara cuma-cuma dalam Kristus. Lewat kehendak bebas, kita bisa memilih apakah mau menerima atau menolaknya. Ketika kita menolak tawaran kasih karunia Tuhan tersebut, itu sama artinya dengan kita memilih untuk binasa selama-lamanya. Bukankah sangat menyedihkan apabila kita menyadari bahwa  Tuhan sudah menganugerahkan keselamatan sebagai sebuah anugerah atau kasih karunia tapi kita malah memilih untuk menolaknya? Pilihannya ada di tangan kita. Tuhan begitu mengasihi kita dan rindu untuk terus melimpahkan kasih karuniaNya, menginginkan tidak satupun dari kita binasa melainkan beroleh kehidupan yang kekal. Soal kita mau menerima dengan rasa syukur tak terhingga atau membiarkannya tanpa menganggap istimewa atau malah menolak, semua tergantung pilihan kita. Hendaklah kita sadar untuk memilih yang benar, mulai menata hidup dalam kasih karunia dan berbuah lebat selama kesempatan masih ada.

We are saved by grace through faith

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, September 13, 2017

Kasih Karunia (1)

Ayat bacaan: Roma 11:6
===================
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."

Semua orang ingin bisa hidup mapan. Kebutuhan primer tercukupi, kebutuhan sekunder dan tertier terpenuhi. Akan jauh lebih baik apabila masih ada sisanya untuk ditabung atau diinvestasikan untuk bisa mendapat penghasilan lebih baik lagi. Alternatifnya sekarang sudah lumayan banyak. Kalau dahulu orang yang modalnya pas-pasan memilih untuk bekerja pada orang lain atau perusahaan dengan imbalan gaji, sekarang bisa membuka online store yang tidak perlu sewa tempat, bayar karyawan atau biaya-biaya rutin lainnya seperti air, listrik bahkan uang keamanan. Cukup punya modal untuk menyediakan barang-barang sudah bisa jualan di toko virtual.

Ada banyak perusahaan yang menyediakan lebih dari gaji buat karyawan yang berprestasi dalam bentuk bonus. Hal tersebut dianggap mampu memicu kinerja pegawai untuk berada di atas normal. Atau, pilihan lembur bisa dijadikan alternatif pula untuk mendapat lebih dari standar. Buruh bangunan bekerja dengan bayaran perhari atau ada juga yang borongan. Banyak orang yang memberikan imbalan kepada orang lain atas jasa mereka. Atau juga memberi tip kepada pramusaji yang kita nilai ramah, tanggap dan cekatan. Upah, gaji, bonus, imbalan, balas jasa, tip dan sejenisnya semua merupakan hal yang kita peroleh sebagai hasil kerja kita, hasil dari tenaga, waktu, pikiran dan lain-lain yang kita pakai. Kita bekerja, kita menerima imbalan. Kita berdagang, kita beroleh laba. Semua itu hasil yang didapat dari usaha.

Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan dan menerima upah atasnya, itu merupakan sebuah hak yang kita peroleh berdasarkan kerja keras kita atau disebut juga imbal jasa. Itulah definisi upah. Paulus juga menyatakan hal yang sama. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Tentu saat anda menerima gaji sesuai kesepakatan dan menurut standar perusahaan, itu tidak disebut sebagai hadiah melainkan gaji, upah atau imbal jasa.

Dari Tuhan kita menerima sebuah anugerah besar yaitu keselamatan dalam Kristus sebagai sebuah kasih karunia. Kasih karunia bukan berbentuk seperti upah, imbalan, gaji atau bentuk imbalan atas jasa lainnya. Kasih karunia adalah sesuatu yang diberikan bukan karena jasa dan usaha melainkan cuma-cuma kepada pihak yang sebenarnya tidak layak untuk menerimanya. Tuhan memberikan keselamatan untuk memperoleh hidup yang kekal melalui dalam bentuk kasih karunia kepada manusia yang sebenarnya tidak layak mendapatkan itu.

Apakah Tuhan memberikan kasih karunia karena Dia berhutang sesuatu kepada kita kita, manusia? Tentu saja tidak. Apakah kita begitu hebat, luar biasa baiknya, sempurnanya, besarnya, sehingga Tuhan berhutang sesuatu yang sebesar keselamatan? Tentu tidak. Tuhan tidak berhutang sebuah hidup yang kekal kepada kita. Sebab kalau bentuknya bayar hutang atau balas jasa, itu bukanlah lagi kasih karunia. "Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia." (Roma 11:6). Dia memberi keselamatan untuk hidup yang kekal dan menawarkannya sebagai hadiah. Itulah bentuk kasih karunia. Belas kasih Tuhan memberikan pengampunan kepada kita orang yang tidak layak, kasih karunia yang turun kepada kita memberikan keselamatan dan menjadikan kita dibenarkan. Kita menjadi orang yang dibenarkan, dan berhak mendapat hidup yang kekal, itu semua adalah hasil kasih karunia Tuhan. Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32 bisa menjadi contoh yang sangat baik akan kasih karunia ini.

Lewat kasih karunia, Tuhan menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal secara cuma-cuma. Itu bukanlah atas hasil usaha, tapi merupakan pemberian Tuhan. Kasih karunia bukanlah seperti sebuah tiket keselamatan yang bisa dibeli, tapi murni merupakan hadiah dari Allah yang begitu mengasihi kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9).

Ada banyak orang yang keliru memandang keselamatan. Mereka berusaha 'membeli' keselamatan untuk hidup yang kekal dengan berbagai usaha. Rajin ke gereja, berdoa secara terus menerus dan rutin, melayani sebanyak mungkin, menyumbang kesana kemari dan sebagainya. Apakah semua ini salah? Tentu saja tidak. Semua itu sangat baik. Tapi perhatikan apa sebenarnya yang menjadi motivasinya. Kalau motivasinya semata-mata untuk 'membeli' keselamatan maka semuanya akan sia-sia sebab keselamatan diberikan dalam bentuk kasih karunia bukan berdasarkan imbalan atas jasa. Tuhan tidak akan pernah berhutang hidup kekal pada siapapun, sampai kapanpun.

(bersambung)


Tuesday, September 12, 2017

Rencana Manusia dan Keputusan Tuhan (2)

(sambungan)

Roll your works upon the Lord, gulungkan semua yang anda kerjakan di dalam Tuhan. Seperti apa bentuknya mempercayakan pekerjaan seperti itu? How to roll our works upon the Lord? Dari ayat ini kita bisa melihat beberapa poin yang ada di dalam tanda kurung yaitu commit and trust them wholy to Him. Serahkan dan percayakanlah pekerjaan dan rencanamu sepenuhnya kepada Tuhan. Bukan setengah-setengah, bukan kalau ingat saja. Berkomitmen dan mempercayakan semua yang kita kerjakan, lakukan, usahakan dan rencanakan pada Tuhan secara penuh, sepakat dengan rencanaNya, dan itulah yang akan membuat rencana dan pekerjaan kita terlaksana dengan sukses.

Menyerahkan sepenuhnya pekerjaan dan rencana kita pada Tuhan sepertinya sederhana tetapi sesungguhnya tidak ringan. Kalau kita menyerahkan sepenuhnya, itu artinya kita tidak lagi boleh menggantungkannya pada ego kita, ambisi atau motivasi-motivasi lain. Jika anda datang kepada seseorang dengan membawa proposal, anda harus siap untuk mengorbankan beberapa ide anda agar proposal bisa disetujui atau diterima. Seperti itu pula halnya dengan menyerahkan usaha-usaha kita kepada Tuhan. Kita harus siap ditegur, dibentuk, dinasehati, diajar dan sebagainya. Kita harus siap untuk diproses dan terkadang proses bisa jadi tidak nyaman bahkan menyakitkan.

Menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan artinya mengalahkan apa yang jadi keinginan kita dan percaya sepenuhnya pada rencana Tuhan. Akan terjadi penyesuian bahkan seringkali perubahan besar dari apa yang sudah anda rancang, tetapi perencanaan atau pekerjaan yang sudah diserahkan/dipercayakan kepada Tuhan akan membuatnya berhasil, bukan hanya secara finansial melainkan dalam banyak aspek, termasuk berhasil dalam memberkati banyak orang atau menjadi saluran berkat Tuhan buat orang lain.

Sejalan dengan ayat Amsal 16:3, dalam Mazmur kita bisa membaca Firman lain yang berkaitan dengan hal ini. "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!" (Mazmur 128:1-2). Lihat bagaimana Tuhan bisa memberkati pekerjaan yang sepakat dengan rencana Tuhan, yang dilakukan menurut jalan yang ditunjukkanNya dan dilakukan dengan dasar takut akan Tuhan. Kita akan bisa menikmati hasilnya, berbahagia atasnya dan membuat kita menjadi lebih baik.

Doa Musa yang dicatat dalam Mazmur 90 juga menggambarkan hal yang sama. "Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu." (Mazmur 90:17). Musa berdoa meminta Tuhan memberkati pekerjaannya agar berhasil. Itu artinya Musa menggantungkan pekerjaan atau segala perbuatan yang ia lakukan ke dalam Tuhan, karena ia tahu bahwa itulah yang akan menjadikannya berhasil.

Mari kita kembali pada rangkaian 9 ayat diatas. Dari rangkaian tersebut kita sesungguhnya bisa melihat kondisi-kondisi tertentu yang wajib kita patuhi agar rencana kita bisa terlaksana dan berhasil. Kita harus menyerahkan pekerjaan/usaha kita sepenuhnya kepada Tuhan (ay 3), merencanakan dan mengerjakannya dengan sikap takut/hormat/segan akan Tuhan (ay 6), pekerjaan atau rencana itu juga harus berkenan kepada Tuhan (ay 7). Lantas kita harus bekerja atau berprofesi dengan jujur, bersih dan benar, dan disanalah Tuhan akan membuat perencanaan/planning kita berjalan dan berhasil. He will make our plans be established and succeed. Tapi jangan lupa, Tuhan mengetahui isi hati, motif atau tujuan utama kita (ay 2), dan kita harus menghindari kesombongan karena jika tidak, bukan cuma rencana kita bakal hancur berantakan tapi juga kita tidak akan luput dari hukuman (ay 5). Sebaliknya kalau semua rencana kerja dan hidup kita berkenan bagi Tuhan, Dia sendiri yang akan memberkati dengan kelimpahan.

Benar kita tetap perlu bekerja keras secara serius dan sungguh-sungguh, kita perlu melakukan perencanaan matang atas segala pekerjaan yang ingin kita bangun atau rintis. Tapi jangan lupa bahwa keberhasilan tergantung dari Tuhan bukan semata-mata atas jerih payah kita sendiri saja. Sejauh kita berencana, Tuhan yang punya keputusan. Penulis Amsal bahkan berkata: "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22). We have to do our best, we have to make good plans, but the first thing we have to make sure is to roll our plans and works upon Him. Itulah yang akan menjauhkan kita dari menyia-nyiakan waktu, tenaga dan sebagainya, lantas kemudian menjadikan rencana dan segala usaha kita berhasil.

Dengan memperhatikan semua ini, hendaklah kita menjadi orang-orang yang tahu dimana kita harus menggantungkan pekerjaan, rencana bahkan harapan bukan kepada hal-hal lain selain Tuhan. Jika anda saat ini tengah mempertimbangkan untuk memulai sebuah usaha, sedang membuat rencana untuk membangun sesuatu, renungkanlah rangkaian ayat dalam Amsal 16:1-9 ini terlebih dahulu agar apa yang anda tengah rancangkan bisa sukses dalam Tuhan.

Manusia berencana, Tuhan memutuskan 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, September 11, 2017

Rencana Manusia dan Keputusan Tuhan (1)

Ayat bacaan: Amsal 16:3
===================
"Roll your works upon the Lord [commit and trust them wholly to Him; He will cause your thoughts to become agreeable to His will, and] so shall your plans be established and succeed."

Ada seorang teman yang berkali-kali gagal dalam hidupnya. Usianya sudah di atas 40 tapi ia masih terus sibuk gonta-ganti kerjaan. Ia sebenarnya pintar dalam hal perencanaan. Saat merencanakan sesuatu biasanya ia membuat planning sangat detail dengan semua perkiraan matang dari berbagai aspek. Tapi saat dieksekusi, berulang kali ia gagal dan harus menanggung kerugian. Hampir setiap kali saya bertemu dia, dia bercerita bahwa ia punya proyekan baru. Lantas yang lama kemana? Hilang menguap tanpa bekas.

Saya kasihan padanya, karena selain pintar, teman saya ini orangnya rajin dan ramah. Harusnya ia bisa sukses, tapi tampaknya ia tidak kunjung menemukan apa sebenarnya yang menjadi panggilan hidupnya, belum mengetahui apa yang jadi rencana Tuhan dan karenanya belum menyelaraskan setiap rencana dalam kehidupannya termasuk soal usaha pekerjaan dengan rencana Tuhan. He keeps on building blueprints that are different that God's plan. 

Bekerja serius itu wajib. Merencanakan segala sesuatu sebelum memulai itu juga penting. Tapi jangan sampai keduanya dilakukan tanpa mencari tahu apa sebenarnya yang menjadi rencana Tuhan bagi kita, kemudian menyelaraskan perencanaan dan keseriusan kita dengan keputusannya Tuhan. Kalau tidak, kita beresiko mengalami apa yang dialami teman saya di atas. Membangun, gagal, mulai lagi, bangun lagi, gagal lagi dan seterusnya. Benar, ada banyak orang yang gagal karena kemalasan atau ketidakseriusan, atau karena mereka tidak berani melangkah maju. Ada pula yang gagal karena faktor-faktor eksternal yang artinya diluar dirinya. Tapi seperti teman saya, meski kita rajin dan pintar merencanakan, kita bisa bolak balik gagal dan menyia-nyiakan banyak waktu jika kita tidak merasa perlu untuk mencari tahu apa rencana dan keputusan Tuhan dalam hidup kita lalu menyelaraskan setiap langkah kita terhadapnya.

Ada sebuah rangkaian ayat dalam Amsal pasal 16 yang sangat baik untuk menjadi pedoman kita dalam mencapai keberhasilan atas apa yang kita usahakan, rencanakan atau kerjakan. Mari kita lihat terlebih dahulu bunyi ayatnya.

Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. (1)
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.(2)
Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.(3)
TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka. (4)
Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. (5)
Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.(6)
Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.(7)
Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan. (8)
manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. (9)

Dari rangkaian ayat ini kita bisa melihat beberapa poin penting. Ijinkan saya untuk menyederhanakan poin-poin diatas agar bisa lebih mudah dimengerti.

1.Rencana adalah milik manusia, tetapi Tuhanlah yang memberi keputusan.
2 Orang menganggap segala sesuatu yang dilakukannya benar, tetapi Tuhan lah yang mengetahui atau menilai apa yang dilakukannya.
3 Serahkan/gantungkan pekerjaan kepada Tuhan sepenuhnya maka rencanamu akan berhasil.
4 Semua yang dibuat Tuhan ada tujuannya masing-masing, dan dalam rencana Tuhan orang jahat akan dibinasakan
5 Kesombongan adalah kekejian bagi Tuhan, dan mereka yang sombong tidak akan luput dari hukuman.
6 Dengan kasih dan kesetiaan kesalahan mendapat pengampunan, orang yang takut akan Tuhan jauh dari yang jahat/melakukan yang jahat
7 Kalau Tuhan berkenan pada hidup kita, bahkan musuh kita pun didamaikan dengan kita. (Musuh akan jadi kawan)
8 Lebih baik berpenghasilan sedikit tapi jujur ketimbang berpenghasilan banyak tapi diperoleh lewat kecurangan/ketidakadilan
9 Manusia boleh membuat rencana, tapi Tuhan yang menentukan jalan hidupnya.

Saya tertarik untuk masuk lebih jauh pada ayat 3: "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." Dalam versi bahasa Inggrisnya dikatakan "Roll your works upon the Lord [commit and trust them wholly to Him; He will cause your thoughts to become agreeable to His will, and] so shall your plans be established and succeed." (Amsal 16:3).

(bersambung)


Sunday, September 10, 2017

Kesepakatan dalam Keluarga yang Sepakat dalam Tuhan (2)

(sambungan)

Padahal kesepakatan dalam keluarga itu sangat penting. Begitu pentingnya sehingga Yesus sendiri mengatakan "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Sebesar itu kuasa yang bisa ditimbulkan dari yang namanya kesepakatan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Tidakkah kesepakatan itu penting jika demikian? Ini janji Tuhan. Alangkah sayangnya jika dalam sebuah rumah tangga tidak lagi ada kesepakatan, dan itu seringkali menjadi awal dari kehancuran.

Kesepakatan juga bisa diibaratkan sebagai sebuah teamwork atau kerjasama tim yang harmonis. Saling dukung, saling bantu, saling dukung. Dalam pengambilan keputusan yang penting, pasangan dilibatkan, sepakat berdoa bersama dan sepakat mengambil solusi. Suami memimpin istri dan anak-anak dalam menjaga covenant dengan Tuhan. Suami istri sama-sama memegang teguh janji nikahnya, sama-sama bertanggung jawab terhadap perkembangan moral dan spirit anak. Rajin membangun mesbah keluarga sebagai sendi yang akan memperkuat seisi keluarga dalam menghadapi beragam godaan, tipuan atau penyesatan-penyesatan yang ada di dunia. Keluarga sepakat dalam Tuhan, seirama dalam melangkah.

Mungkin perselisihan atau pertengkaran kecil bisa saja terjadi, tetapi seharusnya tidak akan membawa potensi kehancuran. Keluarga yang mendasarkan hidupnya kepada Tuhan akan kuat dan tahan goncangan. Keluarga seperti inilah yang akan bisa berdampak besar memberkati sesamanya dan bisa merasakan kehangatan penuh kasih, sukacita dan damai sejahtera di dalamnya.

Kerjasama yang baik dalam keluarga harus melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memecah belah kita, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah?

Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Ayat ini sudah tidak asing lagi, sudah sangat familiar bahkan, tetapi masih sedikit sekali orang yang menyadari betul hal tersebut dalam berkeluarga. Suami istri secara fisik memang terdiri atas dua tubuh, tapi ikatan pernikahan yang dimateraikan Tuhan secara langsung membuat mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Bukan hanya dalam satu dua hal, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam mengambil keputusan.

Ketika anda ingin komitmen untuk membangun dan merawat kehidupan keluarga seperti sebuah pertanian, ingatlah untuk membangun gaya hidup sepakat di dalamnya. Seperti halnya bertani, hasilnya tidak langsung jadi melainkan butuh proses. Jalani prosesnya dengan benar, jangan langgar covenant dengan Tuhan, pegang teguh janji nikah, bersepakatlah dalam membangun mesbah keluarga, membangun keluarga yang takut akan Tuhan. Maka anda akan merasakan keindahan sebuah keluarga seperti apa yang diinginkan Tuhan untuk kita nikmati. Keluarga yang kuat bukan lemah, keluarga yang hangat bukan dingin, keluarga yang bahagia bukan menderita. Keluarga yang bisa merasakan 'heaven on earth', bukan 'hell break loose'. Anda ingin merasakannya? Mulailah dengan membenahi hubungan dalam keluarga yang didasarkan kesepakatan untuk hidup dalam kesepakatan dengan Tuhan.

Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, September 9, 2017

Kesepakatan dalam Keluarga yang Sepakat dalam Tuhan (1)

Ayat bacaan: Matius 19:5-6a
=======================
"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu."

Suatu kali secara kebetulan saya berkenalan dengan seorang pengacara ketika sama-sama makan di sebuah tempat. Karena kami sama-sama lagi santai, kami pun ngobrol tentang banyak hal. Ia bercerita bahwa ada begitu banyak kasus perceraian saat ini, dimana kebanyakan diantaranya penuh pertikaian besar terutama dari soal harta. "Pusing pak, kadang saya heran kalau saling bencinya sampai seperti itu, kok bisa ya dulu mereka menikah.. bahkan sampai punya anak." katanya sambil tertawa kecil. Saya pun jadi ikut bingung. Apa mereka ini dulu menikah dadakan tanpa masa penjajakan dan kenalan? Atau karena dipaksa/terpaksa? Atau saking cueknya tidak pikir panjang atau anggap serius pernikahan?

Adakah pasangan Kristen diantaranya? Menurut bapak pengacara ini bukan cuma ada, tapi banyak. Padahal jelas Kekristenan tidak memperbolehkan cerai. Setiap pernikahan seharusnya sudah menempuh pendidikan pra-nikah dan kemudian saat disahkan, Tuhan sendiri yang menjadi saksi saat kita mengucapkan janji nikah. Itu jelas dikatakan dalam Maleakhi 2:14. Faktor yang terbanyak biasanya berikisar pada tidak ada kecocokan, tidak ada rasa lagi, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan dan perilaku-perilaku buruk  dari salah satu atau keduanya. Bayangkan anak-anak kemudian jadi korban, kehilangan salah satu figur penting dalam pertumbuhan mereka.

Dari apa yang saya lihat, banyak pernikahan atau keluarga hancur berawal dari pemahaman atau penetapan tujuan yang salah saat hendak membentuk keluarga. Alasan supaya hepi, dapat jaminan masa depan (biasanya finansial), atau memandang pernikahan bak peternakan alias hanya cari keturunan. Mereka tidak menyadari bahwa pernikahan adalah sesuatu yang harus terus diusahakan, dikerjakan, dirawat seperti halnya bertani. Anda tidak bisa mengharapkan panen baik kalau tidak terlebih dahulu menanam bibit kualitas baik di tanah gembur, disiram, kalau perlu diberi pupuk, anti hama dan sebagainya. Anda tidak menanam, maka tidak ada yang tumbuh kecuali semak ilalang atau rumput liar. Ditanam tapi tidak rajin disiram, tanaman akan sulit tumbuh. Disiram tapi tidak dirawat baik, bisa terserang hama. Disiram anti hama, disiram air tapi tanahnya tidak gembur, bakal sulit mengharapkan hasil baik. Bagi petani, itu adalah kegiatan setiap hari yang harus mereka lakukan agar hasil taninya bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Nanti di lain waktu saya akan membahas lebih jauh mengenai kekeliruan banyak orang memandang pernikahan sebagai peternakan dan bukan pertanian. Tapi untuk kali ini saya ingin meneruskan apa yang sudah saya bagikan kemarin mengenai kesepakatan, kali ini fokus kepada pentingnya kesepakatan dalam keluarga yang sepakat dalam Tuhan.

Jatuh cinta, pacaran, nikah. Meski saling mencintai, seringkali kehidupan berumah tangga tidak serta merta berjalan mudah. Dua orang dengan dua latar belakang, dua sifat, dua tingkah laku, dua pola pemikiran dan sebagainya seringkali membuat adanya pertentangan dalam pengambilan keputusan. Semirip-miripnya sifat dari pasangan suami istri, tentu ada saja perbedaan di antara keduanya dan apabila ini tidak disikapi dengan baik, maka perselisihan atau pertengkaran pun bisa menjadi akibatnya. Ada pula yang tidak melawan tapi di dalam merasa tertekan. Sebaliknya ada yang memberontak sehingga pertengkaran besar pun terjadi meski mungkin sumber masalahnya kecil.

Lalu ada pasangan yang sebenarnya belum siap nikah, belum siap membentuk keluarga. Belum sempat membangun pondasi kuat antara suami istri, anak sudah hadir. Fokus kesibukan berpindah. Belum lagi kesibukan kerja atau kegiatan masing-masing yang membuat komunikasi dan kedekatan antar suami istri terus bertambah jarang. Kalau sudah begini, mau bagaimana bisa sepakat? Untuk sepakat dalam hal ringan saja sudah tidak lagi, apalagi dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang seharusnya melibatkan Tuhan, bersepakat untu sepakat dalam Tuhan.

Bersepakat dalam segala hal antara suami dan istri atau kalau perlu melibatkan anak dan anggota keluarga lainnya akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini tidak jarang kita melihat suami dan istri berjalan terpisah. Suami ke kiri, istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan cepat atau lambat hal ini bisa membahayakan kelanggengan keharmonisan keluarga.

(bersambung)


Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...