Ayat bacaan: Maleakhi 2:5
====================
"Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku."
Dalam bisnis sebuah ikatan perjanjian terulis atau sering juga disebut dengan memorandum of understanding sangatlah penting. Sangat dianjurkan untuk menyusun dahulu MoU sebelum mengikat kerjasama atau berbagai bentuk deal agar tidak bermasalah dikemudian hari. Memorandum of Understanding biasanya berisi apa saja hak dan kewajiban dari kedua pihak, baik pihak pertama maupun pihak kedua. Di dalamnya juga biasanya disampaikan apa langkah yang disepakati apabila dikemudian hari salah satu pihak melanggar perjanjian. Begitu ditandatangani maka MoU ini pun sah. Tidak ada pihak yang bisa meng-claim belum membaca, belum mengerti atau belum sepakat kalau sudah tandatangan. Kedua pihak pun harus segera mulai menjalankan kewajibannya dan memastikan hak-haknya terpenuhi oleh pihak yang lain.
Coba bayangkan apabila ada pihak yang dengan seenaknya melanggar perjanjian tertulis atau MoU, tapi tidak mau dituntut. Hanya ingin dan terus menuntut hak tapi tidak mau melakukan kewajiban. Kalau haknya tidak terpenuhi marah, tapi kalau dituntut soal janji melakukan kewajiban, seribu satu alasan dikemukakan atau malah marah karena dianggap mengganggu kesenangan. Itu tentu aneh bukan? Saya rasa tidak ada pebisnis atau perusahaan yang mau dengan sengaja melanggar perjanjian karena mereka tahu ada hukumnya.
Kita akan segera merasa aneh jika ada orang bersikap seperti di atas. Tapi sadarkah kita bahwa ada banyak orang percaya yang berlaku seperti itu? Dan yang saya maksud bukan kepada sesama manusia melainkan kepada Tuhan. Lihatlah ada banyak orang yang dengan mudahnya menuntut Tuhan untuk memenuhi segala keinginannya. Kalau Tuhan dirasa tidak menjawab atau menolong sesuai waktu yang kita inginkan/tentukan, maka kita pun akan kecewa bahkan marah menuduh yang tidak-tidak. Padahal kalau mau jujur, mereka hidup seenaknya tanpa peduli pada Tuhan. Jangankan mengasihi, peduli pun tidak. Mereka bersenang-senang atau sibuk mencari segala sesuatu yang dianggap dunia bisa mendatangkan kebahagiaan, kesuksesan dan kepenuhan. Mereka berani melakukan hal-hal yang buruk, tidak menunjukkan sikap hormat atau takut akan Tuhan dalam hidup. Giliran ada masalah, baru datang sama Tuhan. Datang bawa daftar permintaan yang menurut mereka wajib dikabulkan Tuhan, sesegera mungkin, atau kalau tidak Tuhan akan dituduh bohong, tidak peduli, tidak adil atau bahkan diragukan keberadaannya.
Orang lupa bahwa Tuhan mau melakukan dan memberi semua itu, termasuk pengampunan yang mendatangkan keselamatan lewat mengorbankan AnakNya sendiri, sebagai bentuk anugerah kasih karunia bukan karena kehebatan atau jasa manusia. Manusia dipandang Tuhan sebagai ciptaan yang istimewa bukan berarti kita lebih tinggi dari Tuhan sehingga berani menuntut hak tanpa peduli kewajiban.
Pertanyaan: apakah Tuhan senang ingkar janji? Apakah Tuhan hanya memberikan janji kosong yang asal-asalan saja? Tentu saja tidak demikian. Tuhan selalu menepati janjinya, meskipun mungkin saja janji itu datang segera seperti waktu yang kita inginkan. Tapi pada waktunya, pada waktu yang terbaik menurutNya, segala janji itu akan selalu ditepati. Itu berlaku dahulu, sekarang dan selamanya. Tapi banyak pula yang lupa bahwa ada ikatan perjanjian atau covenant antara kita dengan Tuhan, yang juga berlaku seperti halnya MoU. Selayaknya sebuah ikatan perjanjian, ada hal-hal yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ada kewajiban yang harus kita laksanakan sebelum kita menerima apa yang menjadi hak kita. Tentu tidaklah benar jika kita hanya terus menuntut hak kita, tanpa memperdulikan kewajiban, bukan?
Kalau kita melanggar perjanjian, maka pihak satunya tentu berhak menuntut. Kita melihat turunnya murka Tuhan kepada para imam yang melanggar atau tidak setia pada perjanjian antara Tuhan dengan Israel dalam kitab terakhir Perjanjian Lama, yaitu Maleakhi. Dalam salah satu bagian, Tuhan menjelaskan bagaimana bentuk ikatan perjanjian itu. Demikian bunyi ayatnya: "Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya--pada pihak lain ketakutan--dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku." (Maleakhi 2:5).
Dari ayat ini kita bisa melihat bentuk MoU nya. Tuhan menjanjikan kehidupan yang sejahtera, penuh berkat melimpah. Tetapi, yang orang sering lupa, janji ini tidaklah berlaku sepihak saja. Di pihak lain, sebagai manusia tentu ada bagian yang harus kita lakukan. Yaitu bahwa kita harus senantiasa hidup dengan memiliki rasa takut akan Allah dan gentar terhadap diriNya. Takut akan Tuhan adalah sikap hormat dan segan kepada Tuhan. Takut akan Tuhan adalah sebuah sikap hati untuk sepenuhnya tunduk pada kehendak Tuhan. Takut akan Tuhan adalah kerinduan untuk tidak melakukan dosa melawan Tuhan karena kita mengasihiNya dan sadar betul betapa besar kasih setiaNya pada kita. Itu sama artinya dengan membenci dosa.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment