Wednesday, September 6, 2017

Ikatan Perjanjian (2)

(sambungan)

Seringkali orang hanya takut pada "akibat" dosa, dan bukan takut untuk "berbuat" dosa. Orang takut pada hukuman Tuhan, takut masuk neraka jika melanggar aturan Tuhan, takut kehilangan berkat ketika kita berdosa, atau sebagian orang menggambarkannya dengan takut kena karma. Tapi sebuah hidup yang takut akan Tuhan memberi pengertian sebagai sebuah bentuk perasaan menghormati dan mengasihi Tuhan. Takut akan Tuhan bukanlah bentuk ketakutan duniawi melainkan sebuah urgensi atau kerinduan untuk mengikuti kehendakNya, menaati peraturanNya, menjalankan perintahNya karena tidak ingin mengecewakanNya, karena kita mengasihiNya lebih dari apapun.

Dalam Amsal dikatakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari hikmat. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Dalam Pengkotbah juga diingatkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat." (Pengkotbah 12:13-14). Kalau dalam perjanjian antar pribadi atau baddan, bagi yang melanggar ikatan perjanjian ada hukuman yang harus dijatuhkan sesuai undang-undang yang berlaku, demikian pula kita harus mempertanggung jawabkan pelanggaran covenant yang diikat antara kita dengan Tuhan pada suatu saat nanti.

Lantas bagaimana bentuk hidup yang sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang takut akan Dia? Mari kita baca ayat berikut ini. "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yesaya 38:18-19).

Luar biasa indah bukan? Seperti itulah besarnya janji dari Allah yang setia  yang bisa menjadi hak kita apabila kita telah melakukan apa yang menjadi kewajiban di pihak kita. Allah berjanji akan melimpahkan kehidupan dan sejahtera buat kita, hidup yang maksimal dan berlimpah untuk kita, yang seharusnya kita pergunakan bukan untuk ditimbun melainkan dipakai menjadi saluran berkat buat sesama. Kita dijanjikan untuk menerima bentuk damai sejahtera dan sukacita yang sifatnya kekal, tidak bisa dibeli dengan uang sebesar apapun. Itu bagian Tuhan. Hidup takut akan Tuhan, menghormatiNya, menjaga hidup tetap kudus, membenci dosa, patuh dan taat semua firmanNya secara penuh dan melakukan ini semua karena mengasihi Tuhan lebih di atas segalanya, itu bagian kita.

Dari pengalaman saya, anda akan segera menikmati begitu anda mulai komit kepada kewajiban dari pihak anda. Itu membuktikan bahwa Tuhan serius dalam ikatan perjanjianNya dengan kita. Meski bisa melakukan apapun, Tuhan ternyata sangat menghormati perjanjian antara Dia dengan kita. Semakin jauh anda melaksanakan kewajiban, semakin anda rasakan limpahan Tuhan secara nyata. Dan saya tidak secara sempit bicara soal berkat materi. Ada banyak berkat lainnya yang seringkali tidak terbeli dengan uang seperti berkat kesehatan, berkat kebahagiaan, berkat bisa menikmati apa yang ada pada kita, berkat rasa sukacita, damai sejahtera dan sebagainya. Mungkin hidup tidak akan serta merta tanpa masalah, tapi anda akan merasakan keberadaan Tuhan bersama anda dalam setiap langkah. Dia akan memberi kelegaan, memberi kekuatan dan membalut luka-luka kita, meletakkan air mata kita dalam kirbatNya dan menuntun kita dalam setiap langkah sampai kita bisa keluar dari apapun yang memberatkan kita. Saya sudah membuktikan sendiri hal ini.

Sebelum menuduh atau menuntut Tuhan, periksa terlebih dahulu apakah kita sudah melakukan bagian atau kewajiban kita atau belum. Jika sudah, apakah kita sudah menjalankannya dengan benar atau mungkin masih kurang atau tidak sepenuh hati. Apakah motivasi kita sudah benar atau belum, atau, apakah kita sudah mengetahui dengan benar apa saja bentuk takut akan Tuhan yang menjadi kewajiban kita atau kita malah 'have no idea' akan hal itu. Jika segala ikatan perjanjian di dunia ini kita taati dengan sangat serius, hendaklah kita sadar bahwa ada ikatan perjanjian antara kita dengan Tuhan yang seharusnya jauh lebih kita seriusi. Jangan tunggu lebih lama, mulailah seriusi sekarang juga.

Do our part and God will do His

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...