Ayat bacaan: Amos 3:3 (BIS)
==================
"Dua orang tidak akan berjalan bersama kecuali mereka telah sepakat."
Kalau anda janji ketemuan dengan seseorang, anda tentu harus terlebih dahulu menentukan waktu dan tempat. Sebelum ketemu waktu dan tempat yang tepat, anda tidak akan bisa ketemuan. Satu datang sore, satu datang pagi. Satu di A, satu di B. Mau bagaimanapun tidak akan bisa ketemu. Suatu kali saya janjian untuk pergi bareng ke luar kota bersama teman. Supaya tidak repot, saya minta dijemput di sebuah mini market yang tidak jauh dari pintu tol. Karena ada beberapa mini market dengan nama yang sama di sepanjang jalan menuju ke pintu tol, teman saya ternyata berhenti menunggu di yang satunya, sedang saya di satunya lagi. Saya menunggu, dia menunggu. Dua-duanya tepat waktu, sudah sesuai janji, tapi ternyata keliru dalam melaksanakan. Jadinya kita tidak bisa segera berangkat sebelum menata ulang tempat bertemu secara benar.
Kemarin kita sudah melihat bahwa ada 'MoU' antara kita dengan Tuhan yang disebut dengan covenant. Dalam menyusun MoU alias Memorandum of Understanding bersama rekan bisnis, kedua pihak harus terlebih dahulu sepakat atas pasal-pasal yang di atur di dalamnya. Kalau sudah sama-sama sepakat atas poin-poin yang dicantumkan baru bisa tanda tangan, dan surat perjanjian pun akan aktif dilindungi hukum. Kata kunci agar sebuah perjanjian bisa diadakan adalah 'sepakat'. Kalau sepakat artinya setuju atas apa yang mau dilakukan bersama-sama. Tidak lagi berjalan sendiri-sendiri melainkan seia sekata dalam menjalankan kewajiban agar hak masing-masing bisa terpenuhi.
Sadar atau tidak, kesepakatan merupakan hal penting dalam berbagai aspek hidup kita. Penting, tapi banyak yang tidak menyadari hal itu, baik dalam keluarga, pekerjaan, belajar maupun dalam beribadah. Mereka lebih suka berjalan sendiri tanpa mempedulikan yang lain. Atau, mereka lebih suka berlaku sesukanya tanpa memikirkan yang lain. Kita mengucapkan janji nikah, tapi setelah menikah sekian lama atau jangan-jangan segera setelah menikah, masing-masing melakukan banyak hal sesuka hati dan melanggar janji nikah mereka, yang padahal dimateraikan langsung oleh Tuhan. Suami istri tidak sepakat dalam pengambilan keputusan dan banyak hal, kemudian antar orang tua dan anak juga kakak dan adik. Sudah tidak sepakat satu sama lain, tidak juga sepakat dengan Tuhan. Tidak heran kalau ada begitu banyak keluarga yang dingin bahkan hancur.
Di gereja, tidak peduli sehebat apa programnya, kalau para pemimpin atau pengerja tidak sepakat, bukan kegerakan berdampak besar yang terjadi tapi gereja hanya akan sibuk bertahan dan mengurusi perselisihan, pertengkaran hingga perpecahan. Atau, kalau jemaatnya tidak sepakat mendukung visi gereja, bisakah kita mengharapkan pertumbuhan iman yang melahirkan buah-buah nyata di lingkungan di mana para jemaat ini tinggal dan bekerja? Perusahaan yang tidak menetapkan visi yang disepakati akan bingung mau jalan kemana yang akan berdampak pada kecilnya pertumbuhan. Dapatkah sebuah tujuan dicapai jika semua yang terlibat berjalan sendiri tanpa ada kordinasi? Adakah hal besar yang bisa dicapai tanpa adanya kesepakatan?
Dalam Amos pasal 3 kita bisa melihat teguran keras Tuhan untuk bangsa Israel yang disampaikan lewat nabi Amos. Amos mengatakan "Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?" (ay 8). Dalam dunia rimba, auman singa akan menggentarkan seisi hutan. Kalau Tuhan dikatakan bagaikan singa telah mengaum, itu berarti ada berita-berita keras dan mengejutkan yang seharusnya segera diindahkan oleh bangsa Israel. Lantas lihatlah ayat 3. Disana dikatakan: "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3). Bisakah dua orang berjalan bersama ke arah yang sama tanpa membuat perjanjian atau persetujuan terlebih dahulu?
Supaya lebih jelas, mari kita lihat versi BIS nya: "Dua orang tidak akan berjalan bersama kecuali mereka telah sepakat." Dan ini adalah alasan dari jatuhnya hukuman atas Israel. Dalam banyak kesempatan kita tahu bahwa Tuhan kerap menganggap covenant atau ikatan perjanjian antara Dirinya dan umatNya seperti sebuah pernikahan. Dan Israel sebagai mempelai wanita pada saat itu memang sudah keterlaluan. Mereka 'selingkuh' dengan menyembah dewa-dewa atau ilah lain. Kita mungkin dengan ringan berkata bahwa kita tidak menyembah berhala atau dewa lain, tapi apakah kita sadar bahwa ada berbagai hal di dunia ini yang buat kita lebih penting daripada Tuhan? Kenyataannya, banyak orang mendahulukan kerja, bisnis, hobi, hiburan dan sebagainya ketimbang meluangkan waktu untuk membangun hubungan erat dengan Tuhan. Banyak orang lebih memilih mendengarkan dirinya sendiri ketimbang mendengarkan Tuhan.
Sementara Yesus sudah mengingatkan: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21, Lukas 12:34). Apa yang paling penting bagi kita, disanalah hati kita berada. Apakah hati kita sudah mengarah sepenuhnya pada Tuhan atau masih memuja hal-hal lain? Itu sama saja dengan menyembah yang lain selain Tuhan. Dan lihatlah, meski yang dilakukan hal-hal baik tapi kalau bobotnya sudah mengambil alih porsi sesuai covenant, maka kita pun berselingkuh dan melanggar covenant. Israel bukan cuma keterlaluan karena 'selingkuh', tapi juga rusak moral dengan melakukan banyak tindakan tercela yang jelas melanggar perjanjian seperti menjual orang benar hanya karena uang dan melanggar kekudusan dengan melakukan dosa-dosa seksual. Semua itu bisa kita lihat dalam Amos 2 ayat 4 juga 6 sampai 8. Ikatan perjanjian dilanggar. Kesepakatan dilanggar. Dan Tuhan pun marah dengan menegur mereka dengan sangat keras. Ancaman besar ada di depan mata kalau mereka masih terus melakukan hal-hal buruk, tercela dan amoral tersebut.
Perhatikan bagaimana pentingnya kesepakatan di mata Tuhan lewat apa yang diajarkan Yesus. "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19). Tuhan mengajarkan kita untuk bersepakat dalam berdoa dan meminta sesuatu daripadaNya. Artinya Tuhan menganggap sebuah kesepakatan itu penting. Dan Yesus pun mengatakan "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (ay 20). Dua atau tiga orang berkumpul, bersepakat dalam NamaNya, Dia pun akan hadir ditengah-tengah. Bukankah ini menunjukkan tingginya sebuah nilai kesepakatan bagi Tuhan?
(bersambung)
Thursday, September 7, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment