Tuesday, December 5, 2017

Bersih Tangannya, Murni Hatinya (1)

Ayat bacaan: Mazmur 24:4-5
=======================
"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."

Dulu kalau mau minum kita harus merebus air terlebih dahulu hingga mendidih. Kalau mau dingin, air yang sudah direbus tinggal dimasukkan ke kulkas. Sebab kalau diminum langsung dari keran kita bisa sakit perut. Yang menyebabkannya banyak. Selain kotoran-kotoran yang ada pada air, ada berbagai jenis mineral pula yang bisa menimbulkan masalah atau bahaya bagi kesehatan kita.

Hari ini ada banyak sekali air minum dalam kemasan dengan berbagai merek. Banyak orang mengenalnya sebagai air mineral, yang baru muncul di Indonesia sekitar awal tahun 70an. Saya masih ingat waktu kecil dulu saya sempat heran melihat kenapa air putih bisa dijual sebegitu mahal sampai hampir dua kali lipat harga bensin. Saya belum mengerti soal kandungan dan kesehatan yang ditawarkan karena berpikir bahwa air putih cukup direbus saja biar bersih dan kemudian diminum. Menjadi mahal karena ada proses produksi yang harus ditempuh agar air tersebut punya tingkat kemurnian yang sudah sesuai dengan standar yang dikeluarkan WHO atau pemerintah yang nilainya berbeda.

Pada awal kemunculannya di Indonesia, air minum dalam kemasan ini belumlah dijual bebas di kios-kios. Biasanya yang mengkonsumsi pun kalangan terbatas, terutama pelancong atau tamu dari luar negeri yang seringkali masih mengalami masalah pada perut mereka saat mengkonsumsi air yang sekalipun sudah direbus mendidih. Sepertinya air di negara kita mengandung beberapa jenis mineral yang tidak hilang saat dimasak/direbus sehingga orang dari luar yang belum terbiasa dengan kandungan itu bisa mengalami masalah.

Belakangan kita melihat bahwa selain air mineral, ada juga air demineral alias air murni. Konsumen kemudian belajar bahwa ada perbedaan besar antara kedua jenis air minum ini, meski keduanya layak minum dan disebutkan bisa memberi manfaat baik bagi kehidupan. Air demineral yang juga dikenal sebagai air murni melalui proses penyaringan seperti distilasi, deionisasi dan sebagainya, yang bukan hanya membuat air layak minum tapi juga bebas dari mineral. Air murni dikatakan bebas dari semua kotoran, mineral logam, kuman, virus, kandungan kimia beracun dan unsur-unsur radioaktif. Ada juga yang membuat saringannya sendiri dengan mempergunakan unsur-unsur alam secara berlapis seperti batu, kerikil, pasir, ijuk, arang dan sebagainya. Sistem ini pun diklaim mampu memurnikan air dengan cara yang murah dan mudah.

Air murni ini dipercaya bisa memperlancar sistem penyerapan makanan pada tubuh bahkan melarutkan mineral anorganik yang ada pada tubuh. Karena itulah air murni secara ilmiah terbukti punya peran penting dalam kesehatan, pengobatan atau usaha preventif untuk menghindarkan kita dari sakit. Anda pilih air minum yang cukup dimasak, yang punya kandungan mineral tidak berbahaya dan baik bagi tubuh, atau yang benar-benar murni tanpa kandungan mineral apapun, semua tergantung pilihan sendiri.

Saya memulai renungan hari ini dengan ilustrasi tentang air murni sebagai awal untuk menggambarkan seruan Firman Tuhan untuk memperhatikan pentingnya kemurnian hati. Mencari orang yang punya gelar gampang. Minimal SMA, sarjana, itu sudah bisa menjadi bekal untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Ijazah bahkan sekarang bisa dibeli. Tapi bagaimana dengan nilai-nilai atau kualitas seseorang seperti integritas, kesetiaan, ketulusan, kejujuran dan sejenisnya? Bagaimana dengan orang dengan hati yang murni, bebas dari 'mineral-mineral' yang bisa mendatangkan kecemaran dan masalah lainnya? Hal ini sering luput dari perhatian orang dalam melakukan recruitment maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan secara luas.

Hari ini kualitas hati yang murni semakin langka dan semakin jarang dianggap penting. Tidaklah heran jika moral manusia semakin buruk. Korupsi, kolusi, penipuan, sikap eksklusif, sikap memandang perbedaan sebagai dasar permusuhan, penyebaran kebencian dan sebagainya semakin menguasai kehidupan manusia. Kalau kehidupan manusia itu dikatakan Firman Tuhan terpancar dari hati, maka masalahnya berarti ada disana. Sikap, kondisi atau keadaan hati, suasana hati akan menentukan produk yang dihasilkan.

Seperti dalam beberapa renungan terdahulu, hati jika diibaratkan taman bisa dirusak bahkan oleh penyelusup-penyelusup kecil yang secara umum seolah tidak berbahaya. Sedang kalau diibaratkan kerajaan, siapa yang memerintah dan berkuasa di hati kita akan menentukan hal-hal seperti apa yang terpancar dari kehidupan kita.

Ironisnya cara dunia memandang pun menjadi terbalik. Jaman sekarang orang yang jujur dan tulus justru dipandang aneh atau malah dianggap cerminan kebodohan. Orang semakin cenderung berpikir pendek dan mementingkan urusan duniawi, orang yang pintar memanfaatkan keadaan untuk melakukan banyak kecurangan, orang yang pintar memanipulasi situasi demi kepentingannya dan kelompoknya, itulah orang-orang yang dianggap pintar.

(bersambung)


No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...