Saturday, December 16, 2017

Hati Nurani (3)

(sambungan)

Yang ironis, seburuk-buruk orang Farisi dan ahli Taurat pada masa itu, ternyata mereka masih lebih baik daripada sebagian orang yang merasa terdepan dalam soal agama di sekitar kita hari ini. Saat itu dalam menyikapi seruan Yesus para ahli Taurat dan orang Farisi ini ternyata mau mendengar suara hati nuraninya dan kemudian pergi. Jika itu terjadi hari ini, saya rasa sebagian dari mereka malah akan dengan senang hati melempari sampai mati, sekalian Yesus dilempari, karena merasa dirinya paling suci, tanpa dosa, tanpa cela, bersih dan paling benar. Lihat bagaimana perilaku sekelompok orang yang merasa berhak menghakimi dengan jalan-jalan kekerasan dengan mengatas-namakan Tuhan. Apakah hati nuraninya sudah mati? Membeku? Atau isinya memang sudah terlalu banyak yang menyimpang? Entahlah. Hanya mereka yang tahu apa suara hati nurani mereka saat melakukan tindakan-tindakan seperti itu didasari hati yang sudah terkontaminasi dengan kebencian.

Yang pasti, kekerasan tidak akan pernah bisa menjadi solusi penyelesaian masalah. Setidaknya dalam kekristenan kita diajarkan untuk terus mengasihi, dimana di dalamnya kekerasan harus tidak boleh mendapat tempat dalam segala sisi kehidupan kita.

Dalam hal kasih, bukan hanya kita tidak boleh membenci apalagi melakukan kekerasan, Yesus justru mengharuskan kita untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Mengapa harus begitu? "Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (ay 45). Ingat pula bahwa dalam prinsip Kerajaan Allah, kasih tidak pernah gagal (1 Korintus 13:8).

Dalam surat Roma disebutkan: "Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela." (Roma 2:15). Hati nurani sesungguhnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan secara langsung untuk membekali setiap manusia sejak diciptakanNya. Semua manusia memiliki hati nurani yang dipakai Tuhan untuk berbicara kepada kita. Tidak satupun orang yang hidup tanpa hati nurani. Kita bukan diciptakan sebagai robot atau patung tanpa jiwa dan roh. Tuhan akan terus berbicara melalui hati nurani, tetapi semua tergantung kita, apakah kita mau mendengarkan atau memilih untuk mengabaikannya.

Hati nurani bisa menegur dan bahkan membuat kita merasa sebagai tertuduh apabila apa yang kita lakukan memang bertentangan dengan kebenaran. Jika ada di antara teman-teman yang saat ini sedang merasa gelisah karena sedang atau akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani anda sendiri, merasa cemas, kehilangan sukacita atau merasa tertuduh, jangan abaikan sebelum hati nurani anda semakin tumpul dan lama-lama tidak lagi berfungsi. Berdoalah dan mintalah Roh Kudus untuk menerangi hati anda. Ingatlah bahwa Firman Tuhan berkata: "Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya." (Amsal 20:27).  Kita harus serius dalam menjaga kemurnian hati nurani supaya tetap bisa berfungsi baik dalam hidup kita.  Jika anda masih mendengar suara hati nurani, dengarlah dan jangan abaikan karena itu hanya akan membawa kita kepada berbagai macam kesesatan yang pada akhirnya menuju kebinasaan.

"Conscience is the authentic voice of God to you." - Rutherford B Hayes, Presiden Amerika ke 19

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...