Monday, December 25, 2017

Kembali pada Esensi Natal (1)

Ayat bacaan: Yohanes 3:16
======================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Ada seorang teman yang bukan Kristen tapi berkata bahwa season atau musim, atau perayaan favoritnya justru Natal. Kenapa? "Karena lagu-lagunya yang kebanyakan ngejazz, karena dekorasinya indah dengan pohon yang dihias." katanya. Kalau di negara kita saja nuansa perayaan yang dihadirkan lewat dekorasi, lagu atau kostum dan berbagai acara khusus sudah terasa semarak, di luar sana biasanya suasana perayaan Natal akan berpadu dengan nuansa putih dari salju. Di Eropa dan beberapa bagian Amerika lamanya terang sangat singkat pada musim dingin atau winter. Jadi saat bulan Desember seperti sekarang langit sudah gelap pada sore hari. Salju yang putih seperti berkilau saat berpadu dengan kerlap kerlip lampu pada pohon terang dan beberap rumah yang merayakannya dengan memasang lampu warna warni pada halaman atau dinding/atap rumahnya.

Saya pernah berada di sebuah negara di belahan utara Eropa bertepatan pada musim Natal sekian tahun lalu. Suasana dan pemandangannya memang sangat berbeda. Paduan salju, udara dingin dan lampu yang menghiasi rumah dengan pohon-pohon cemara didekorasi dengan hiasan dan lampu warna warni membuat sebuah kesan berbeda dengan apa yang biasanya saya lihat di negara sendiri. Anak-anak membuat boneka salju, ada yang tidur terlentang dan mengibaskan tangan dan kakinya naik turun untuk membuat kesan kupu-kupu.

Di rumah tempat saya menginap, orang tua dan anak saling bertukar hadiah yang diletakkan di bawah pohon Natal. Kemudian makan malamnya pun istimewa pada malam tanggal 24. Ada kalkun, kentang kukus dengan saus, salad dan wine. Wah, meriah dan istimewa. Tapi sayangnya, semua hanya sebatas perayaan atau pestanya saja. Ketika saya tanyakan apakah tidak ke gereja merayakan Natal, mereka tertawa dan mengatakan bahwa gereja disana hanyalah untuk sebagian orang tua saja. Sepi, dan bakal aneh kalau ada anak atau remaja yang datang kesana.

So for them, Christmas is just a celebration of the season. A lifestyle, a party. But that's it. Bagaimana dengan para tunawisma yang untuk menghindari dingin harus mengais rejeki dan tidur di lorong-lorong kereta api bawah tanah (subway)? Siapa yang bertukar hadiah dengan mereka, siapa yang peduli dan mendoakan mereka? Tidak jauh dari sana ada subway dengan beberapa tunawisma, yang saya kira akan sangat bahagia jika sebagian dari makanan yang berlebih ini dibagikan kepada mereka.

Itu dalam hubungan dengan sesama yang didasari kasih. Bagaimana dengan hubungan dengan Tuhan saat merayakan Natal? Saat pestanya dinikmati, suasana semaraknya menyenangkan hati, bukankah makin lama manusia makin kehilangan makna Natal yang sebenarnya? Itu seperti ada orang yang ulang tahun kemudian membuat perayaan, lantas banyak orang datang dan menikmati sajian sepuasnya tapi tidak mengucapkan apa-apa kepada yang ulang tahun. Bahkan mereka tidak tahu dan tidak peduli siapa yang sudah menyediakan semua itu secara berkelimpahan.

Kalau ini dilakukan oleh orang percaya yang katanya beriman pada Kristus, bukankah itu adalah hal yang menyedihkan? Saat Tuhan sudah memberi kasih karunia dan anugerahNya secara luar biasa, dan yang terbesar justru kita rayakan di hari Natal, tapi kita tidak mengetahui esensinya dan tidak peduli kepada sosok Kristus, sentral dari perayaan ini. Pergeseran makna Natal terus terjadi. yang dipentingkan adalah pesta dan kemeriahan, makin mewah makin bagus, pujian dari orang yang diundang sangat penting bagi kita, tapi kita semakin jarang merenungkan apa yang sebenarnya dirayakan lewat Natal.

Apa sebenarnya esensi dari Natal? Buat saya, Natal adalah pengingat akan kelahiran atau turunnya Allah ke dunia untuk sebuah misi yang teramat penting bagi kita manusia sebagai sebuah bentuk anugerahNya yang begitu besar. Dikatakan anugerah adalah karena itu adalah pemberian bukan atas balasa jasa melainkan atas dasar kasih untuk kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Mari kita baca dan renungkan ayat-ayat berikut.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yohanes 3:16-18).

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...