Wednesday, December 27, 2017

Kembali pada Esensi Natal (3)

(sambungan)

Apa yang harus kita lakukan adalah: "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (ay 2). Lebih dari apa yang menyenangkan diri kita pribadi, kita harus bisa mengesampingkannya demi mencari apa yang bisa menyenangkan sesama kita, apa yang bisa kita buat untuk menolong atau meringankan beban mereka. Tidak sebatas memberi kesenangan saja karena itu bisa mengarah kepada pemberian-pemberian yang tidak mendidik atau malah menyesatkan, tapi Firman Tuhan berkata bahwa kita wajib membantu untuk kebaikan mereka.

Demikianlah keteladanan yang kita peroleh dari Kristus. "Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri." (Ay 3). Jauh dari kesenangan atau kenyamanan, Yesus menghabiskan waktu demi orang lain, lalu Dia pun rela menderita menanggung siksaan luar biasa keji hingga akhirnya mati di kayu salib. Tanpa itu, entah apa nasib kita hari ini. Penebusan dan pemulihan hubungan dengan Allah yang lama terputus akibat dosa diberikan pada kita lewat kematian dan kebangkitanNya. Jadi kita bisa melihat betapa besarnya kepedulian Kristus terhadap manusia lebih dari kepentingan diriNya sendiri.

Jika Tuhan saja demikian, sudah sepantasnya kita pun demikian. Setidaknya kita bisa memakai momentum Natal tahun ini untuk mulai belajar melakukan itu dimulai dari hal-hal yang sederhana, lalu terus melatih kepekaan kita terhadap penderitaan sesama, sehingga pada suatu ketika kita bisa "satu hati dan satu suara memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus" bersama-sama mereka. (ay 6).

Jika kita bersyukur atas anugerah keselamatan dari Tuhan lewat kelahiran Kristus ke dunia, berarti sudah pada tempatnya kita berpikir untuk melakukan sesuatu sebagai ucapan syukur kita. Apa yang harus kita lakukan? Yesus berkata bahwa "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40) Itu pesan pentingnya, dan dalam memperingati Natal pun sudah seharusnya kita memikirkan untuk melakukannya. Ingatlah bahwa kita hidup untuk memuliakan Tuhan. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).

Hidup ini berasal dari Tuhan, berpusat pada Tuhan, menjalani bersama Tuhan dan berakhir untuk Tuhan. Itulah kehidupan kekristenan sejati. Jika demikian, kita tidak pantas untuk mementingkan kepentingan diri sendiri saja, sibuk membuat pesta dengan segala kemewahan dan kemeriahannya sementara di sekeliling kita masih banyak orang yang berjuang mati-matian untuk sekedar bertahan hidup.

Mengejar perayaan agar terlihat hebat di mata orang bukanlah gambaran yang benar dari hamba Kristus. Dan itu sudah disampaikan pula oleh Paulus. Ingatlah pesan Tuhan berbunyi "Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10). Pesta besar tentu akan berkenan kepada manusia, pujian dan pujaan mungkin hadir buat kita, nama dan popularitas mungkin meningkat, tapi itu tidaklah berkenan bagi Kristus sebelum kita terlebih dahulu mengulurkan tangan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Seorang hamba Kristus akan rela melepas atribut dan hak dalam melakukan segala yang dikehendaki Tuhan dalam hidupnya.

Jangan lupa pula bahwa seperti yang saya sampaikan dalam renungan sebelum ini, pesan Tuhan untuk Natal tahun ini adalah agar kita menjaga betul kemurnian hati kita, dimana seluruh kehidupan itu terpancar. Hati yang tercemar akan menghasilkan kualitas hidup yang juga penuh kecemaran. Itu akan sangat buruk buat kita dan akan pula buruk buat siapapun yang ada di sekitar kita. Buah kebencian dari hati yang dicemari kebencian bukan saja membuat kita jauh dari sukacita dan damai sejahtera tapi juga bisa merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang kita lihat beberapa waktu ini.

Celakanya, kebencian hanyalah satu dari begitu banyak produk buruk dari hati yang tercemar. Tidak ada kasih yang bisa hidup disana, apalagi kasih yang bersifat universal, menembus sekat dan batas primordial alias pandangan atau paham baik mengenai tradisi, adat, kepercayaan dan lain-lain, kasih yang berisi pengampunan yang lebih besar dari ukuran dunia, kasih yang sanggup menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang nyata buat orang lain tanpa memandang latar belakangnya, bukan seperti sistim sempit yang dianut orang di luar sana. Sedikit kecemaran saja sudah bisa membuat hati kita menghasilkan produk-produk buruk yang terpancar keluar dari kehidupan kita.

Tuhan menyediakan pelitaNya lewat roh kita untuk menyelidiki sisi-sisi terdalam pada hati kita agar kita bisa memastikan apakah hati kita sudah murni atau masih mengandung kecemaran. Dan karena itu disediakan lewat roh, maka kita harus memastikan agar roh kita kuat dan memegang kendali atas hidup kita, bukan kedagingan. Lalu kita harus menyerahkan atau menundukkan pikiran dan perasaan kita agar selaras dengan pikiran dan perasaan Yesus. We think the way He thinks, we feel the way He feels. Tanpa ini semua, kita akan hidup dengan bahaya kecemaran menuju pada kehancuran.

Sebagai bentuk ucapan syukur kita atas anugerah Tuhan dalam memperingati Natal, hendaklah kita sama-sama merenungkan kembali semua ini. Miliki hati yang murni dalam Tuhan yang menghasilkan produk-produk dimana kasihNya tercermin dan terasa disana. Tidak ada perayaan Natal apabila Tuhan tidak digerakkan oleh kasih memutuskan untuk menebus kita. Tidak ada Natal apabila Yesus tidak datang ke dunia, melepas semua atribut ke-IlahianNya dan mengorbankan diriNya demi kita semua. Mari rayakan Natal tahun ini dengan kembali pada esensinya. Mengerti, menyikapi benar dan mensyukuri, kemudian meneladani dan mengaplikasikan. Jangan jadikan semua yang dilakukan Tuhan sia-sia. Let's make this Christmas as a start of something good. Merry Christmas, God bless you!

We may love the Christmas season, but do we love Christ? 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...