Sunday, December 17, 2017

Pelita Tuhan (1)

Ayat bacaan: Amsal 20:27
=====================
"Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya."

Beberapa waktu lalu ada seorang tetangga saya yang meminta tolong untuk memeriksa jalur airnya karena air tidak mengalir sejak sore. Tetangga saya ini adalah seorang ibu janda yang tinggal sendirian. Karena ia meminta tolong di malam hari, saya pun harus mempergunakan senter untuk memeriksa jalur pipa airnya mulai dari bak air yang letaknya sekitar 50 meter terus sampai ke rumahnya. Saya menelusuri perlahan terutama pada setiap sambungan. Setelah beberapa waktu, saya menemukan letak permasalahannya, yaitu adanya kebocoran di salah satu bagian yang tertimpa semak dan pecahan batu sehingga sulit dilihat kalau hanya sepintas. Setelah diperbaiki, air pun kembali mengalir dengan lancar ke rumah ibu tetangga saya itu.

Sepasang mata yang diberikan Tuhan akan berfungsi baik dengan adanya terang. Jika mata kita berada dalam kegelapan, maka kedua mata kita akan sulit bekerja, sehingga dalam situasi seperti itu kita membutuhkan alat bantu penerangan Lampu, pelita, senter, lilin, korek api atau cahaya apapun akan sangat membantu agar kita tidak mengalami masalah, seperti terjatuh karena tidak bisa melihat jalan misalnya, juga agar kita bisa melakukan kegiatan di malam hari, seperti kasus ibu tetangga saya di atas. Tanpa bantuan senter, saya tidak akan bisa membantunya karena selain sulit menemukan letak permasalahannya, akan sangat sulit pula untuk memperbaiki kerusakan pada pipa tersebut.

Setelah membahas banyak hal tentang 'hati' dalam renungan-renungan terdahulu, sebuah pertanyaan penting pun hadir. Bagaimana kita bisa mengetahui dengan pasti seperti apa kondisi hati kita saat ini dan apa saja isinya? Apakah kasih, kemurahan, empati atau belas kasihan yang disertai kerinduan untuk melakukan sesuatu, atau kepahitan, kekecewaan, kebencian, iri, dengki, dendam, kemarahan, ketidakpedulian dan sejenisnya? Masih lumayan kalau kita menyadari masalah yang tengah mencemari hati kita karena dengan demikian kita bisa mulai membenahinya. Tapi bagaimana dengan masalah yang tersembunyi sehingga luput dari perhatian kita? Sikap-sikap hati yang sebenarnya buruk tapi kita anggap biasa karena sudah dihidupi selama bertahun-tahun? Hati yang sudah terlanjur diisi kegelapan membuat kita sulit untuk melihat apa isinya terutama yang tersembunyi. Hati kita juga butuh cahaya penerangan supaya kita bisa meneliti isinya dan memastikan agar jangan ada kecemaran hingga ke sudut-sudut terkecil dan terdalam di hati kita.

Hati pun ada matanya. Mata hati yang berfungsi baik harus memiliki terang yang berasal dari Tuhan. Itulah yang akan membuat mata hati kita mampu memahami nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam firman Tuhan, mampu mengingatkan kita untuk menjauhi berbagai bentuk kejahatan dan mengingatkan/menjaga kita agar tidak terjebak pada berbagai perbuatan yang berpaling dari Tuhan.

Seperti halnya sepasang mata fisik kita, mata hati inipun sulit melihat apabila berada dalam kegelapan rohani. Jika Tuhan mengatakan bahwa hati ini harus kita jaga dengan segala kewaspadaan karena dari situlah kehidupan itu terpancar seperti yang disebutkan dalam Amsal 4:23, itu artinya kita harus benar-benar serius menyikapi pentingnya menjaga hati. Kita tidak boleh membiarkan hati nurani kita beku sehingga kita tidak lagi peka terhadap peringatan Tuhan. Sebuah hati yang gelap dan sudah membeku akan membuat kita jauh dari kebenaran, mudah melakukan kejahatan dan tidak lagi memancarkan sebuah kehidupan seperti yang diinginkan Sang Pencipta.

Jadi kita tahu bahwa Tuhan menganggap penting hati dan kerap mengingatkan kita lewat itu. Pertanyaannya, apakah Tuhan memberikan lampu atau pelita agar hati kita tetap terang?

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...