Ayat bacaan: Filipi 2:5
==============
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"
Ada sebuah film yang pernah saya tonton menceritakan tentang seorang pria yang kehilangan ingatannya. Film fiksi ini kemudian menunjukkan beberapa ahli mencoba mengembalikan lagi dengan menggali alam bawah sadarnya dengan memasang beberapa alat dan lewat kabel-kabel apa yang ada pada memorinya bisa terlihat secara visual pada layar. Penggalian memori ternyata membuat emosinya bergejolak. Ia terlihat gelisah, wajahnya mulai berkerut menampilkan kesedihan terutama saat ia melihat istri dan anaknya. Meski ini adalah sebuah film fiksi, kita bisa melihat adanya keterkaitan antara pikiran dan perasaan. Pada lain kesempatan ada banyak pula film yang menampilkan keterkaitan ini saat seseorang dibawah hipnotis oleh psikiater tengah digali alam bawah sadarnya. Saat terapi ini dijalankan, pasien biasanya juga akan mengalami gejolak emosi pada sisi perasaannya.
Antara pikiran dan perasaan meski seringkali terkait satu sama lain, terdapat perbedaan antara keduanya. Pikiran berisi hal-hal tentang logika, ilmu pengetahuan, akal juga imajinasi atau proyeksi rekaman otak. Sedang perasaan merupakan perkara 'sensasi rasa' yang hanya bisa diakses melalui jiwa dan hati. Rasa senang, bahagia, sedih, kecewa, kesal, marah, takut, semua itu merupakan produk perasaan yang tentu akan berhubungan dengan pikiran. Rasa takut muncul dalam hati saat orang berpikir akan sesuatu yang menyeramkan, itu salah satu contohnya. Atau saat kita berpikir tentang sebuah perpisahan dengan orang yang kita sayangi, perasaan kita pun menjadi sedih. Pikiran dan perasaan dimiliki oleh orang yang normal. Tanpa keduanya kita akan sulit dikatakan sebagai manusia, dan seringkali kedua hal inilah yang menentukan langkah-langkah pengambilan keputusan dan proses lainnya dalam hidup.
Lantas, sadarkah kita bahwa pikiran atau perasaan bisa sangat menentukan tingkat keimanan kita? Salah satunya bisa mengganggu pertumbuhan iman, atau malah dua-duanya saling berkomplimen untuk menekan pertumbuhan iman kita. Mari kita ambil contoh. Pikiran anda mengetahui Firman Tuhan berkata jangan takut, tapi perasaan anda masih sering diliputi rasa cemas, khawatir, dihantui ketakutan bahkan atas hal yang sepele. Dalam kaitannya dengan hati nurani yang saya jadikan topik pembahasan dalam renungan terdahulu, perasaan anda mungkin sudah mengingatkan lewat hati nurani akan sesuatu hal, tetapi pikiran anda meyakinkan bahwa sebuah langkah harus diambil karena secara logika manusia terlihat menjanjikan keuntungan. Ini dua contoh dari bagaimana pikiran dan perasaan dalam hubungannya dengan kondisi iman kita. Yang parah kalau pikiran dan perasaan masih belum ditundukkan dalam Tuhan. Bayangkan pikiran dan perasaan seperti apa yang bisa timbul dari orang yang belum mengenal Tuhan, kepribadianNya, kasihNya, janjiNya dan kasih karuniaNya. Itu bisa mendatangkan banyak masalah.
Dari pengalaman saya ketemu banyak orang maupun pengalaman pribadi, saya mengambil kesimpulan bahwa pikiran dan perasaan, baik salah satu maupun keduanya bisa menjadi celah bagi si jahat untuk merusak kehidupan iman kita. Jadi kita tentu sepakat bahwa antara perasaan dan pikiran harus sinkron, tersambung dengan baik untuk mengacu kepada kebenaran. Bagaimana caranya dan kemana?
Ayat hari ini secara jelas memberi jawabannya. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Ayat ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan lewat Paulus sudah memberi peringatan mengenai pentingnya mengawal atau memperhatikan pikiran dan perasaan dengan serius. Firman Tuhan ini menyerukan bahwa kita harus menaruh pikiran dan perasaan seperti Kristus. Dengan kata lain, adalah penting bagi kita untuk menggali, menyelidiki dan kemudian mempedomani cara pikir dan perasaan Yesus agar selaras dengan pikiran dan perasaan kita. Itulah yang akan memampukan kita untuk bisa mensinkronkan pikiran dan perasaan kita agar keduanya mengacu kepada kebenaran Allah yang akan mencegah kita dari banyak kesesatan maupun pelanggaran yang bisa berakibat buruk bagi kita.
Selanjutnya kita juga perlu mengetahui bahwa apa yang bisa memelihara hati (perasaan) dan pikiran kita dalam Yesus tidak lain adalah damai sejahtera Allah. Hal ini disebutkan dalam Filipi 4:7, "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Ayat ini didahului dengan pesan bagaimana seharusnya kita bereaksi saat menghadapi masalah. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (ay 6).
Kita diingatkan agar jangan khawatir terhadap segala perihal yang menyusahkan hidup kita, tetapi bawakanlah semuanya kepada Allah dengan disertai doa dan ucapan syukur. Lalu ayat berikutnya setelah ayat 7 mengingatkan kita untuk tetap mendasarkan pikiran kita terhadap segala sesuatu "yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji" (ay 8), lalu kita diminta pula untuk mempelajari apa yang sudah kita terima baik lewat pendengaran atau penglihatan. Dan disanalah damai sejahtera Allah akan ada beserta kita. (ay 9).
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment