Friday, January 19, 2018

Belajar dari Cara Hidup/Etos Kerja Petani (2)

(sambungan)

Ketiga: semak duri. "Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (ay 22). Benih jatuh di tanah, harusnya bisa bertumbuh tapi terhimpit oleh semak duri yang tumbuh bersama-sama dengan benih-benih tersebut. Tumbuh sih, tapi tidak signifikan karena terhimpit duri-duri dan akibatnya tidak menghasilkan buah. Ini menggambarkan orang-orang yang mendengar Firman, tapi mereka terhimpit oleh kekuatiran dunia dan segala hal yang dianggap dunia bisa menjamin kebahagiaan seperti kekayaan/harta, popularitas atau jabatan. Firmannya didengar, pada awalnya mulai menghasilkan perubahan, tetapi kemudian dikalahkan oleh hal-hal duniawi sehingga kemudian gagal mempertahankan imannya sampai akhir.

Dan terakhir, di tanah yang baik. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (ay 23). Tanah yang baik, tanah yang subur, disanalah benih akan bisa bertumbuh baik. Akar kuat, menghasilkan buah berlipat ganda.

Kegiatan menabur berkaitan dengan kegiatan petani. Mari kita lihat beberapa hal yang berkaitan dengan keimanan dari kacamata gugus kerja petani.

1. Tidak ada hasil panen tanpa ada yang ditanam

Mungkinkah ada panen jika tidak ada benih yang ditanam? Tentu saja tidak. Petani bisa memiliki sawah berukuran besar, tapi tidak akan ada yang tumbuh tanpa ada benih yang ditabur.

Firman Tuhan merupakan benih yang hidup, berkuasa dan kekal. Masalahnya adalah, apakah kita mau menaburkan benih Firman pada hati kita? Apakah kita terus rindu untuk mengisi hidup kita dengan Firman, atau kita tidak peduli akan hal itu? Kalau kita malas membaca Alkitab, mendengar kotbah, dan hal-hal lainnya dimana benih Firman itu tersedia, kita tidak mungkin mengharapkan pertumbuhan yang menghasilkan buah. Tidak ada panen tanpa ada benih yang ditanam. Kalaupun ada yang tumbuh, itu ilalang atau rumput liar, bukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan kita. Dan ilalang hanya akan berakhir dibakar.

2. Benih tidak akan tumbuh subur jika berada pada media tanam yang baik

Jika mengharapkan hasil yang baik, seorang petani harus memastikan terlebih dahulu kondisi tanah atau media tanam dimana ia hendak menabur. Kalau tanahnya belum gembur, maka terlebih dahulu seorang petani harus mencangkul, menggemburkan tanah terlebih dahulu sebelum menabur benih agar bisa tumbuh dengan baik.

Mendapatkan akses pada Firman adalah satu hal. Dan kita harus bersyukur bahwa hingga hari ini kita masih mudah mendapatkannya di negara ini. Tapi memastikan media tanamnya baik adalah hal lain. Apakah kita mau mempersiapkan hati kita agar sudah gembur saat benih Firman ditabur?  Jika tidak ada yang ditanam tentu tidak akan ada yang tumbuh. Akan tetapi apabila kita mau menabur benih tapi tidak memperhatikan tanahnya, maka benih akan sulit bertumbuh apalagi berbuah. Mungkin pada mulanya dengan susah payah bisa tumbuh tapi akan segera mati.

Hanya benih yang kita taburkan di tempat baiklah yang akan mampu menghasilkan buah berlipat ganda. Semua tergantung bagaimana keputusan kita. Satu hal yang pasti, Tuhan Yesus mengatakan: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bukan hanya bekerja keras agar bisa memenuhi kebutuhan saja yang penting, tetapi lebih daripada semua itu kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa hidup tanpa adanya Firman yang keluar dari Allah sendiri.

Jadi kita harus memperhatikan betul pentingnya tanah yang baik agar benih firman yang ditabur bisa bertumbuh subur dan menghasilkan buah berlipat ganda.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...