Thursday, January 4, 2018

Hindari Keras Hati (2)

(sambungan)

Orang-orang seperti ini masih banyak yang berdiri tegak dengan bangga mempertontonkan kebodohan yang sama hingga hari ini. Mereka ada di sekitar kita, bukan saja di luar sana tapi juga banyak di kalangan orang percaya. Ada gereja-gereja yang sudah bergeser menjadi gereja padat atau sarat program sehingga tidak lagi punya ruang untuk mengikuti tuntunan Roh Kudus. Ada yang sibuk mengejar kuantitas sehingga menarik jemaat gereja lain pun dilakukan tanpa rasa segan dan merubah fungsi gereja jadi panggung pertunjukan dengan promosi artis besar yang gencar, tata lampu gemerlap dan sebagainya, gereja yang dari atas sampai bawah isinya tukang kritik tanpa pernah memotivasi atau menyampaikan pujian atas kerja keras pengerjanya, gereja yang hanya mengurusi kebutuhan jemaat inti tapi tidak peduli untuk menjangkau jiwa terhilang diluar sana. Kalau diingatkan atau ditegur Tuhan, bukannya sadar dan segera memperbaiki diri tapi malah tersinggung dan menyingkirkan orang yang menyampaikan. Bagaimana kita bisa berharap orang di luar sana bisa sadar kalau orang percaya saja masih banyak yang keblinger karena kerasnya hati mereka?

Sudah barang tentu Yesus pun merasa kecewa dan kesal dengan sikap mereka. Inilah yang terjadi kemudian. "Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? " Tetapi mereka itu diam saja." (Markus 3:4). Perhatikanlah bagian ini. Bahkan setelah ditegur Tuhan sekalipun mereka tetap diam tanpa menyadari sedikitpun kesalahan mereka. Disini kita bisa melihat bagaimana kekerasan hati itu membuat orang tidak lagi peka terhadap kebenaran, bahkan atas suara Tuhan sendiri. Kedegilan mereka dikatakan mendatangkan dukacita dan kemarahan bagi Yesus. (ay 5).

Contoh lainnya yang sangat jelas bisa kita lihat jauh sebelumnya, yaitu pada masa Musa. Dalam kitab Keluaran kita bisa melihat bagaimana kerasnya hati Firaun. Ia sudah melihat mukjizat-mukjizat yang dilakukan Tuhan lewat Musa, termasuk rangkaian tulah mengerikan, tapi ternyata ia tetap tidak bergeming. Benar, beberapa tulah di awal sempat sedikit melunakkan hatinya. Tapi sayangnya kemudian hatinya kembali mengeras.

Contoh yang sangat jelas bisa kita lihat saat tulah katak jatuh atas bangsa Mesir dalam Keluaran pasal 8. Firaun sempat meminta Musa untuk memohon ampun pada Tuhan dan berjanji untuk patuh melepas bangsa Israel dan memperbolehkan mereka mempersembahkan korban untuk Tuhan. Dan Tuhan melakukan persis seperti yang diminta. Itu adalah bentuk kemurahan Tuhan atas orang sejahat Firaun. Tapi sayangnya, saat tulah itu berhenti dan ia merasa lega, hatinya kembali keras dan tidak lagi mendengarkan Tuhan maupun Musa. Lihatlah bagaimana kekerasan hati bisa membuat orang sulit bertobat dan dengan mudah berbalik begitu keadaan menjadi lebih baik atas kemurahan Tuhan. Yang terjadi, Tuhan kemudian menambah kekerasan hati Firaun sebagai hukuman karena sejak awal Firaun terus menunjukkan kekerasan hatinya dan menentang Tuhan.

Orang Farisi melakukannya ribuan tahun yang lalu, lantas jauh sebelumnya Firaun pun melakukan kesalahan yang sama, membiarkan keras hati berkuasa atas hidupnya. Kita tahu bagaimana reaksi Tuhan terhadap sikap keras hati seperti ini. Sayangnya meski kita tahu, sikap seperti ini masih saja sering kita dapati pada orang-orang di sekitar kita, malah mungkin kita pun sekali waktu pernah melakukan hal seperti itu. Jika kita melakukannya, tanpa sadar kita akan mengulangi persis seperti orang Farisi dan Firaun, dan dengan sendirinya mendatangkan dukacita dan kemarahan Tuhan atas diri kita. Kita seringkali membiarkan hati kita terus mengeras sehingga tanpa sadar kita telah membiarkan hangatnya kasih Tuhan menjadi beku.

Ketika itu terjadi, kita pun akan dengan mudah jatuh kepada kesombongan, mementingkan diri sendiri dan tidak lagi peka terhadap persoalan yang dihadapi orang-orang di sekeliling kita. Bukannya menolong tapi malah bergunjing, mengkritik dan mengata-ngatai mereka. Kita juga akan menolak kebenaran Firman Tuhan, merasa lebih tahu dari yang menyampaikan atau bahkan lebih dari Firman Tuhan, kita menjadi berani berbohong dan menolak untuk taat kepada Tuhan. Jika itu terjadi, kita sendiri yang akan rugi besar.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...