(sambungan)
Seperti seorang ayah yang sayang anaknya, Tuhan tidak henti-hentinya mengingatkan anak-anakNya jika melenceng keluar jalur. Tapi seringkali kita bandel dan menganggap Tuhan terlalu mengekang, terlalu banyak aturan atau bahkan menuduhNya tidak suka melihat kita senang. Ketika masalah muncul karena kita terus bandel, mengeraskan hati dan kepala, kita baru tersadar. Adalah baik jika masalah itu tidak terlalu berat dan langsung membawa kita ke dalam pertobatan, tapi bagaimana kalau penyesalan itu datang terlambat? Seharusnya kita tidak perlu mengalami semua itu jika saja kita tidak membangkang sejak awal. Tapi kalau kita terus bandel, akan ada waktu dimana kita harus diingatkan lewat pelajaran berat, atau bahkan menerima hukuman atas pelanggaran yang kita lakukan.
Bicara soal keras kepala, kita bisa melihat contoh teguran Tuhan kepada bangsa Israel dalam banyak kesempatan. Salah satunya tercatat di dalam Mazmur 81. Di sini Tuhan memberi peringatan tegas kepada mereka. "Dengarlah hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku!" (Mazmur 81:9). Lihatlah bahwa Tuhan tidak membiarkan umatNya tersesat. Tuhan peduli. Dia memberi peringatan bukan demi kepentinganNya melainkan demi kebaikan kita sendiri. Di sisi lain Tuhan pun menghargai kehendak bebas yang Dia berikan pada kita, karena Dia ingin kita menjadi pribadi merdeka yang bisa mengatur diri sendiri lewat akal budi dan hati yang peka mendengarNya, bukan robot. Tuhan bilang, "Dengarlah kalau mau"
Apa yang diingatkan Tuhan kepada bangsa Israel pada waktu itu adalah agar bangsa Israel berhenti menyembah allah-allah asing. "Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing. Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh." (ay 10-11). Bergantunglah sepenuhnya pada Tuhan, jangan cari kepenuhan di luar sana lewat allah-allah asing. Apapun yang kalian butuh Aku yang akan sediakan. Sudah begitu jelas seruan Tuhan ini.
Tapi pertanyaannya, patuhkah mereka? Nyatanya tidak. Dan itu bisa kita lihat dalam ayat berikutnya: "Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku." (ay 12). Bangsa Israel tampaknya lupa dan menganggap remeh pengalaman mereka sendiri bahwa adalah Tuhan sendiri yang menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan untuk menuju tanah terjanji. Bukannya patuh tapi malah membandel dan menolak Allah apa yang ditulis dalam ayat 12 tadi. Mereka menganggap Tuhan sebagai Pribadi yang egois dan penuntut. Kebandelan itu pun kemudian membuat Tuhan kemudian membiarkan mereka dengan pilihannya! "Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!" (ay 13).
Kalau kita terus bandel, Tuhan pada suatu ketika akan membiarkan kita dalam kedegilan kita. Firaun pada masa Musa mengalami hal yang sama. Berkali-kali Tuhan menghadirkan tulah lewat Musa dimana ia bisa menyaksikan langsung kuasa Tuhan dan besarnya hukuman atas kekerasan hatinya, tetapi berulang kali pula raja satu ini tetap membandel. Dan pada akhirnya Tuhan menghukumnya dengan mengeraskan hatinya benar-benar. Kelak Paulus mengangkat kembali kisah ini sebagai peringatan penting agar jangan satupun dari kita jatuh pada perilaku yang sama. "Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi. Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya." (Roma 9:17-18).
Apa yang kita mau terima dari Tuhan? Belas kasihan atau membiarkan kita dalam kekerasan hati dan kepala, bahkan menegarkan/mematenkan itu sekalian saja? Kalau yang kita inginkan belas kasihanNya, jangan keras kepala dan keras hati. Patuhlah kepadaNya dengan sepenuh hati.
Kembali kepada bangsa Israel di atas, kita tahu selanjutnya bahwa sejarah mencatat bahwa keputusan Israel itu kemudian membuat mereka terpuruk. Mereka harus menerima konsekuensi buruk atas perbuatannya. Mereka dijajah musuh, luluh lantak dibasmi musuh, dan itu sangat berlawanan dari apa yang sebenarnya telah disediakan Tuhan bagi mereka. Seandainya saja mereka mau mendengar, lihatlah apa yang disediakan Tuhan itu. "Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku. Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya." (ay 14-17).
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment