Tuesday, January 9, 2018

Keras Kepala (4)

(sambungan)

3. Melalui hukuman dahsyat

Lewat teguran mulai dari lembut hingga keras pun tidak mempan, Tuhan bisa dengan terpaksa memberi hukuman dahsyat. Ini cara yang sudah teramat keras. Contohnya bisa kita lihat dalam Wahyu. Lihatlah ketika sangkakala keenam dibunyikan (Wahyu 9:13-21). Tidak kurang dari sepertiga umat manusia dikatakan binasa lewat kehadiran dua puluh ribu laksa (sekitar dua ratus juta) tentara berkuda yang dari mulutnya keluar api, asap dan belerang. (ay 16-17). "Oleh ketiga malapetaka ini dibunuh sepertiga dari umat manusia, yaitu oleh api, dan asap dan belerang, yang keluar dari mulutnya. Sebab kuasa kuda-kuda itu terdapat di dalam mulutnya dan di dalam ekornya. Sebab ekornya sama seperti ular; mereka berkepala dan dengan kepala mereka itu mereka mendatangkan kerusakan." (ay 18-19).

Tetapi apa yang terjadi? Kapokkah manusia? Ternyata tidak juga. Ayat selanjutnya berkata: "Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian." (ay 20-21). Luar biasa bandel dan keras kepalanya bukan? Sudah sedemikian mengerikannya murka Tuhan sekalipun, ternyata manusia tetap saja melawan, mengeraskan hati dan menolak panggilan Tuhan.

Lalu apa lagi yang harus dilakukan Tuhan jika demikian? Terus terang saya tidak tahu. Saya lebih cenderung merasa sedih melihat kebandelan kita, manusia yang begitu dikasihi Tuhan ini untuk terus mengecewakan dan menyakiti hatiNya. Padahal Tuhan begitu mengasihi kita. Tidak sedikit yang Dia anugerahkan kepada kita yang tidak layak menerimanya, bahkan sampai sebuah keselamatan yang bersifat kekal pun sudah dianugerahkan kepada kita. Sayangnya masih banyak orang yang  membandel, mengeraskan hati dan kepalanya, lebih memilih berkompromi terhadap dosa, mengejar pemuasan keinginan daging, dan sebagainya. Terus menolak panggilanNya meski berbagai cara, mulai dari yang teramat halus hingga teguran keras bahkan hukuman, mulai dari suara ketukan lewat hati nurani, firman dalam alkitab, teguran lewat orang lain, melalui peristiwa atau berbagai kejadian dalam hidup, banyak yang tetap saja membangkang. Bahkan ketika suaraNya demikian jelas terdengar sekalipun masih saja banyak manusia menolak untuk taat. Lalu harus bagaimana lagi?

Oleh karena itu sebelum hukuman yang jatuh atas kita tidak lagi bisa disesali, saya mengajak teman-teman untuk bersama-sama melembutkan hati. Seperti apa yang dikatakan firman Tuhan: "..Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7). Sungguh Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita dengan begitu besar. Keselamatan kita terus ada dalam pikiran dan hati Tuhan. Dia selalu rindu menerima pertobatan menyeluruh dari kita, dan Dia selalu siap menyambut kembalinya kita, anak-anakNya yang hilang dengan penuh sukacita. Segala yang terbaik telah Dia sediakan bagi kita. Dan kebandelan kita bukan saja menyakiti dan menyedihkan Tuhan, namun juga akan berakibat fatal dengan hilangnya kesempatan kita untuk masuk ke dalam kehidupan kekal.

Janganlah sampai murka Tuhan jatuh atas diri kita. Jangan tegar tengkuk, jangan keras kepala, keras hati atau membandel. Selagi masih sempat, mari lembutkan hati jadilah penurut. Miliki hati yang peka dan pikiran yang selaras dengan kebenaran Tuhan, hari ini juga.

Jangan keras kepala dan keras hati saat berhadapan dengan Firman Tuhan agar kita tidak harus menyesal di belakang hari

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...