Saturday, January 13, 2018

Menjadi Pribadi yang Lemah Lembut (1)

Ayat bacaan: Matius 5:5
======================
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."  

Ada seorang teman saya yang sikapnya sangat lemah lembut. Omongannya halus, pembawaannya kalem dan murah senyum. Tidak heran kalau orang suka berada di dekatnya. Suatu kali iseng-iseng saya bertanya apakah hidupnya selalu dalam keadaan baik sehingga bisa bersikap seperti itu? Sambil tersenyum ia menjawab bahwa seperti kebanyakan orang, ia pun mengalami bermacam masalah. Hanya saja ia tidak mau membiarkan dirinya larut dalam perasaan kalut atau susah. Menurutnya, perasaan negatif tidak memperbaiki keadaan tapi malah membuat tambah buruk. Tersenyum dan tetap happy itu menurutnya menjadi terapi yang bisa menjaga agar dirinya tetap dalam keadaan baik meski mungkin kondisi yang dialami sedang kurang baik.

Bagi saya itu adalah sebuah sikap yang sangat baik. Apa yang ia katakan benar, dan memang, Yesus sendiri sudah mengingatkan kita bahwa tidak ada sesuatu yang baik yang bisa kita dapat dari membiarkan diri kita dikuasai perasaan negatif seperti kuatir. "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tentu saja, kuatir tidak akan menambahkan umur kita tapi malah bisa jadi memperpendek. Itu berlaku sama bagi berbagai perasaan atau sikap negatif lainnya seperti mudah marah, gampang tersinggung, dan seperti yang kita bahas kemarin, keras hati dan keras kepala pun kerap merugikan kita, apalagi kalau kekerasan hati dan kepala ini menyangkut hal-hal mengenai Tuhan dan FirmanNya.

Kalau kita membiarkan kondisi hati kita keras dan/atau panas, itu jelas bisa membuka kesempatan bagi iblis untuk menjerumuskan kita ke dalam berbagai kejahatan. Sebaliknya, memiliki hati yang lembut akan membawa dampak yang positif bagi kita dan perjalanan hidup kita hingga kelak di kehidupan yang kekal.

Kelemah lembutan merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan iman kita. Begitu pentingnya, Tuhan Yesus bahkan berkata: "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Pesan penting yang disampaikan Yesus ini hadir sebagai adalah satu dari rangkaian ucapan bahagia yang diucapkan Yesus dalam kotbahNya di atas bukit. Lemah lembut seperti apa yang Yesus maksudkan? Kita bisa mendapatkan penjelasan yang lebih detail dalam versi bahasa Inggrisnya, yaitu "the mild, patient, long suffering" alias "lembut, sabar dan tabah". Orang yang memiliki sikap seperti inilah yang dikatakan Yesus akan memiliki bumi. These are the kind of people who would inherit the earth! Tuhan akan memberikan bumi kepada orang-orang sabar, tabah dan lemah lembut, bukan kepada orang yang pendek kesabarannya, cepat emosi, kasar, cepat mengeluh, lekas panas dan keras hati serta kepalanya.

Dalam Perjanjian Lama ada ayat yang menyatakan bahwa Musa itu memiliki kelembutan hati melebihi manusia lain di muka bumi. "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3).

Seperti apa lembut hatinya Musa? Bayangkanlah seberat apa tugas yang dibebankan Tuhan kepadanya. Musa harus memimpin sebuah bangsa besar keluar dari perbudakan bangsa Mesir menuju tanah terjanji. Prosesnya berlangsung tidak tanggung-tanggung, bukan cuma beberapa bulan atau satu dua tahun, tapi berlangsung selama 40 tahun. Masih mending kalau bangsa yang dipimpin berisi orang-orang yang penurut dan tenang. Bangsa Israel yang harus ia pimpin adalah bangsa yang dikatakan tegar tengkuk alias keras kepala. Bangsa Israel sebenarnya beruntung karena sudah mengalami berbagai bentuk mukjizat Tuhan. Itu seharusnya bisa membuat mereka menjadi orang-orang terdepan mengenai masalah kesabaran, ketenangan, penyerahan diri dan bagian-bagian lain dari iman. Tapi sayangnya bukan itu yang ada pada mereka. Bangsa pilihan Tuhan ini tetaplah bangsa yang terus sulit berterimakasih. Bukannya bersyukur atas berbagai campur tangan Tuhan yang melindungi mereka selama masa perjalanan, mereka lebih suka untuk terus bersungut-sungut, berkeluh kesah, protes, mengolok-olok, menyudutkan, menyindir, sinis dan sangat mudah marah.

Dan itulah yang harus dihadapi seorang Musa selama hampir setengah abad. Bisa kita bayangkan bagaimana lelahnya mental dan emosi Musa menghadapi sebuah bangsa seperti itu yang harus ia pimpin sesuai dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya. Mungkin kalau kita ada di posisi Musa, bisa bertahan seminggu saja sudah prestasi besar. Tapi Musa sanggup mengendalikan emosinya dan terus mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan untuk ia perbuat.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...