Ayat bacaan: Mazmur 12:6
================
"Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya."
Kebebasan menyuarakan pendapat di alam demokrasi seharusnya disambut dengan baik dan dewasa. Namun sayangnya, yang kerap terjadi adalah kebebasan yang kebablasan. Kebebasan disikapi keliru dengan mengira bahwa warga negara bisa berbuat seenaknya atas nama kebebasan, atas nama demokrasi. Boleh menghakimi seenaknya, boleh bikin rusuh seenaknya, boleh mengganggu ketentraman umum, boleh menindas dan menimbulkan gejolak pada bangsa. Merasa paling benar lantas merasa berhak menghalangi hak-hak asasi orang lain yang berbeda. Pakai atribut-atribut tertentu sebagai alasan pembenaran, hati dikuasai kebencian dan kepicikan diteriakkan dengan lantang dengan dalih ini alam demokrasi yang melindungi kebebasan bersuara. Masih ada begitu banyak pekerjaan rumah bangsa ini kalau mau maju, dan kita melihat begitu banyak orang terus mencederai kemerdekaan yang sudah susah payah diperjuangkan oleh para pejuang dan pendiri bangsa ini. Orang di luar sana sudah sampai ke bulan, kita masih ribut terhadap hal-hal yang sangat tidak perlu diributkan. Apa yang seharusnya jadi kekuatan malah jadi titik lemah dan sumber kehancuran.
Pemerintah terbelenggu oleh peraturan yang dibuatnya sendiri sehingga sulit melakukan apa-apa. Sementara sekelompok orang yang dipenuhi amarah dan kebencian terus menyobek-nyobek sendi kehidupan bangsa, ekonomi yang terpuruk, harga barang yang fluktuatif dan cenderung terus naik bukan cuma masih tidak terselesaikan, tapi bertambah buruk dengan berbagai gejolak, ketidakstabilan buah karya orang-orang yang ingin mengubah dasar dan filosofi negara. Tingkat kejahatan terus memburuk terutama karena dua hal: kesulitan ekonomi dan kebanggaan memupuk kebencian. Lembaga tinggi negara seringkali bukan berusaha mencari solusi tapi malah ikut memperkeruh dengan memanfaatkan situasi demi kepentingan kelompoknya. Hanya mengejar kekuasaan, popularitas, keuntungan golongan, lantas mengorbankan bangsa. Itulah demokrasi menurut mereka, sebuah demokrasi yang kebablasan.
Setiap memasuki tahun baru kita berharap adanya perubahan ke arah yang lebih baik, tapi setiap tahun baru kita pun dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa bangsa ini bukannya bertambah maju tapi malah bertambah mundur dengan jumlah masalah yang bertambah sangat signifikan. Meski berat, meski sulit, meski secara logika sejauh mata memandang kita seakan tak kunjung melihat sesuatu yang positif terjadi di tahun baru ini, dan kita pun harus siap untuk kembali berdarah-darah menghadapi suhu politik yang bakal makin panas menjelang Pilpres dan Pilkada di beberapa daerah, sebagai orang percaya kita tidak boleh putus ada dan kehilangan harapan. Kita harus yakin bahwa tidak ada satupun kesulitan, kejahatan, ketidakadilan dan masalah sebesar apapun yang sanggup menghalangi berkat dan mukjizat Tuhan turun atas kita. Keadaan sulit seringkali justru menjadi lahan subur bagi Tuhan untuk melakukan keajaiban. Tidak ada satupun hal yang lebih besar dari kuasa Tuhan. Bukankah kalau hari ini kita masih hidup dan masih bisa makan, bisa berusaha ditengah ketidakpastian dan berbagai ancaman, itu pun karena kuasaNya?
Bentuk kejahatan dan ketidakadilan di muka bumi ini bukanlah cuma produk di jaman ini saja. Jauh sebelumnya kejahatan pun sudah terjadi dimana-mana dengan kadar atau tingkatnya sendiri-sendiri, termasuk pada jaman Daud. Pada suatu kali Daud memandang dunia dan merasa cemas atau terganggu dengan apa yang dilihatnya. Mungkin seperti yang kita lihat, baca dan dengar saat ini baik lewat berbagai pemberitaan di media massa atau melihat langsung di depan mata kita, he saw evil on earth.
Dalam Mazmur 12 kita bisa melihat keprihatinannya akan kejahatan dan penderitaan yang melanda bumi. Dia memandang sekelilingnya dan mendapati bahwa orang-orang yang saleh atau kudus hidupnya semakin lama semakin sedikit. Dia menyadari bahwa orang yang setia seakan lenyap. Dalam dunia menurut pandangannya, ditengah-tengah kehidupannya, ia melihat hanya orang-orang yang "..berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang." (Mazmur 12:3). Penindasan terhadap orang lemah, pemijakan hak-hak asasi orang lain, ketidak-adilan, orang miskin mengaduh, itu semua terjadi bukan saja hari ini tetapi Daud melihat hal yang sama pada masanya. Apakah yang kita saksikan hari ini lebih parah dari sebelumnya? Entahlah. Saya tidak tahu seperti apa keburukan yang ia lihat saat itu, but one thing for sure, at least he showed us that evil is not a modern day's innovation. Iblis dengan segala bentuk kejahatannya lewat siapapun yang bisa ditelan dan dikuasainya bukanlah produk modern masa kini saja melainkan sudah ada sejak dahulu kala.
Bagaimana cara Daud menyikapi hal ini? Lihatlah apa yang ia lakukan. Daud tidak merasa putus asa melihat segala ketidakadilan dan perbuatan-perbuatan iblis di muka bumi ini. Ia memilih untuk berseru kepada Tuhan."Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia." (ay 2). Orang-orang jahat mungkin merasa jumawa dan bisa berkata: "Kami berkuasa dengan lidah kami! Apa saja dapat kami katakan, dan tak ada yang bisa menghalangi!" (ay 5:BIS).
Ingatlah bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam. Itu bisa kita lihat dari reaksi Tuhan atas seruan Daud. "Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya." (ay 6).
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment