Wednesday, February 7, 2018

Hidup dalam Kebenaran di Market Place (3)

(sambungan)

Selain kecurangan, kebiasaan berbohong juga menunjukkan perbuatan melanggar kejujuran. Seringkali bermula dari kebohongan-kebohongan kecil, tetapi itu bisa menjadi kebiasaan yang pada suatu ketika sudah menjadi sulit untuk diubah. Yesus berkata "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Kejujuran dalam berbicara atau berkata-kata juga sangat penting untuk kita perhatikan. Orang jujur bukan saja membawa manfaat baik pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain bahkan punya kekuatan untuk mendatangkan berkat bagi kotanya. Dalam Amsal kita bisa membaca sebuah ayat yang berbunyi "Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya." (Amsal 11:11).

Banyaknya ayat dalam Alkitab yang menyerukan panggilan untuk hidup jujur jelas menunjukkan betapa pentingnya prinsip perilaku ini di mata Allah. Pandangan dunia mungkin akan mengatakan bahwa semakin anda pintar menipu maka keuntungan akan semakin besar, tetapi selain perbuatan itu bisa membuat kita rugi sendiri, Tuhan pun sangat tidak suka terhadap bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh orang bermental penipu. Bahkan dalam sebuah ayat Tuhan dikatakan jijik melihat penipu. (Mazmur 5:7). Paulus berseru: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10)

Sadarilah bahwa dunia tidak akan pernah bisa menjamin kebahagiaan kita. Tidak peduli seberapa besarpun harta kekayaan yang kita miliki, kebahagiaan sejati hanyalah berasal dari Tuhan. Kalau kita salah langkah, mengejar kekayaan tanpa memperhatikan hidup benar, semua itu pada akhirnya hanya akan sia-sia bahkan bisa mendatangkan kehancuran yang berbanding terbalik dengan apa yang dituju, yaitu bahagia. Oleh karena itulah kita harus mulai menerapkan sikap hati yang tulus untuk memilih bersikap jujur.

Sikap hati yang tulus, itulah yang menjadi awal dari datangnya kejujuran. Firman Tuhan berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Tuhan tidak akan pernah menutup mata dan mengabaikan anak-anakNya yang mau memilih untuk jujur, itu haruslah kita sadari sepenuhnya dan pegang teguh sebagai prinsip hidup.

Dunia mungkin memandang kejujuran sebagai kerugian, dunia mungkin menertawakannya. Mungkin mereka akan melihat orang jujur itu bodoh, sok suci dan sebagainya, tetapi yakinlah bahwa itu adalah sebuah bagian dari integritas yang bernilai tinggi di mata Tuhan.

Bayangkan sebuah hidup yang diisi dengan kejujuran, dan didalamnya penuh limpahan berkat Allah. Bukankah itu luar biasa? Semua itu bisa menjadi bagian dari hidup kita kalau kita mau memutuskan untuk hidup jujur tanpa syarat. Kitalah yang bisa membuktikan bahwa kejujuran bukan mendatangkan kerugian malah bisa mendatangkan keuntungan baik di dunia ini maupun dalam kehidupan selanjutnya kelak. Dan itu bisa membuka mata orang banyak terhadap Tuhan dan prinsip kebenaranNya yang tetap relevan di sepanjang jaman. Mari kita belajar untuk memelihara sikap jujur dan jadilah orang-orang yang berintegritas dalam segala aspek kehidupan.

"He who walks uprightly walks securely" (Amsal 10:9, English Amp)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

1 comment:

Andy Tantono said...

Artikel yang keduanya kok ga ada, Pak?

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...