Monday, February 26, 2018

Kasih Butuh Objek (1)

Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:19-21
=======================
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."

Ada dua orang, sebut saja A dan B. Si A peduli terhadap orang lain. Ia ringan tangan membantu, meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari miliknya kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Sedangkan si B tidak peduli terhadap kesulitan orang-orang di sekitarnya. Ia memalingkan muka, menghindar dari kewajiban untuk membantu sesamanya yang membutuhkan dengan berbagai macam dalih. Antara si A dan B, yang manakah menurut anda orang yang punya kasih? Saya yakin semua orang akan memilih A.

Kita tidak bisa mengaku memiliki kasih tapi tidak melakukan apapun pada orang lain. Bukan cuma bicara soal sumbangan atau membantu dari segi finansial, tetapi dalam banyak hal seperti perhatian, bantuan moril, tenaga dan sebagainya. Mengorbankan waktu luang demi orang lain, kerelaan untuk mendengar, semua ini seringkali menjadi kebutuhan banyak orang selain kesulitan ekonomi. Sebaliknya, orang yang mau melakukan itu ditengah-tengah kesibukan sehari-hari tidak perlu bersuara bahwa ia punya kasih, orang akan bisa melihat dan merasakan langsung bagaimana kasih itu bekerja dalam dirinya dan mengalir menyentuh banyak orang.

Hari ini saya masih ingin melanjutkan tentang kasih. Kasih adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi kerap tidak mudah dilakukan atau diterapkan. Mungkin mudah kalau kita menyatakan kasih kepada pasangan atau keluarga, tapi akan sulit saat itu berhubungan dengan orang lain, terlebih yang pernah menyakiti, mengecewakan atau orang-orang yang tabiatnya memang sulit dan cenderung provokatif. Kalau kita berhadapan dengan tipe orang seperti itu, tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah merupakan keberhasilan besar bagi kita. Bagaimana mau mengasihi mereka yang bersikap jahat pada kita? Enak saja. Itu reaksi normal kebanyakan orang. Kalau harus mengasihi, tentu sulit sekali, atau malah hampir-hampir tidak mungkin.

Padahal kasih merupakan dasar dari kekristenan yang seharusnya dimiliki atau dihidupi oleh orang-orang percaya. Ada juga yang seolah peduli, tetapi bukan karena mereka mengasihi melainkan karena motivasi-motivasi atau agenda yang bisa mendatangkan keuntungan pribadi, misalnya ingin mendapat pujian, ingin terlihat hebat, ingin seperti pahlawan rohani atau ketika mengincar jabatan atau kursi seperti yang selalu dengan mudah kita lihat setiap ada pemilihan kepala daerah, anggota dewan dan sebagainya. Ada yang tampaknya memaafkan, tapi di dalam hati masih menyimpan benci dan masih menantikan saat seterunya jatuh. Hal-hal seperti ini belumlah menggambarkan seperti apa bentuk kasih yang sebenarnya seperti yang Tuhan mau kita miliki.

Dua perintah yang terutama dari Yesus berkaitan dengan kasih, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, lalu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40). Lebih lanjut kita justru diperintahkan untuk meningkatkan level kasih kita, tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga berkata: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13). Tingkatan seperti itulah yang Tuhan sampaikan dan sudah Dia contohkan sendiri. Bisakah kita melakukan itu, apalagi kalau kepada orang lain yang bermasalah dengan kita? Berat, itu pasti. Tetapi kalau kita bicara soal kasih dalam standar Kerajaan Surga, kita harus terus meningkatkan kekuatan otot kasih dalam hati kita agar setapak demi setapak bisa mencapai standar tersebut.


(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...