Tuesday, February 27, 2018

Kasih Butuh Objek (2)

(sambungan)

Dalam renungan hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah, yaitu dari sisi hubungan antara kasih dan objeknya. Sebelum kita masuk kesana, mari kita lihat dahulu ayat berikut ini. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).

Ayat ini sangat sederhana dan tidak asing lagi bagi kita, tetapi sesungguhnya berbicara sangat dalam dan mendasar mengenai hubungan antara mengasihi orang lain bahkan musuh sekalipun dengan pengenalan kita akan pribadi Allah. Artinya, seberapa besar kita mengasihi sesama kita akan mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah, yang bukan cuma sumber kasih tapi juga merupakan Kasih itu sendiri.

Dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian sampai-sampai itu dikaitkan dengan seberapa jauh pengenalan dan kedekatan kita dengan Allah sendiri. Menariknya, apa yang disampaikan ayat ini bukan hanya sebatas Tuhan sebagai Pribadi yang Maha Pengasih, tetapi Tuhan adalah kasih itu sendiri. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena PribadiNya adalah kasih.

Sekarang mari kita lihat kasih dari sudut objeknya. Tuhan mempunyai banyak sifat seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan seterusnya. Menariknya, sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita alias sebenarnya tidak butuh objek. Maksud saya, Tuhan tidak perlu kita, manusia, untuk menjadi Yang Maha Kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi Maha Adil, Maha Besar dan sebagainya. Tapi pribadiNya sebagai Kasih itu berbeda. Kasih tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita ada sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Logikanya, kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dan saat kedua pihak saling mengasihi, maka kasih itu akan menjadi luar biasa indahnya. Singkatnya, kasih butuh objek.

Tidak terhitung banyaknya ayat yang mencatat betapa Tuhan mengasihi kita. Kita dikatakan sebagai ciptaan yang dahsyat dan ajaib. Tuhan membentuk setiap bagian tubuh kita, menenun kita langsung dalam rahim ibu kita (Mazmur 139:13-14), kita dilukiskan Tuhan dalam telapak tanganNya dan terukir di ruang mataNya (Yesaya 39:16), dan lain-lain. Bahkan begitu besar Tuhan mengasihi kita sehingga Kristus pun Dia berikan agar kita semua selamat dari maut. (Yohanes 3:16). Semua kisah kasih Tuhan terhadap manusia yang penuh dosa ini begitu menggugah hati, sehingga seharusnya jika kita mengenal pribadiNya yang kasih, kita pun sudah pada tempatnya senantiasa termotivasi untuk mengasihi orang lain pula.

Tuhan sangat menantikan eratnya hubungan dengan anak-anakNya yang khusus diciptakan segambar dan serupa dengan Dia, yang dapat Dia kasihi. Tuhan menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan begitu istimewa, dalam gambarNya sendiri, karena Dia menginginkan kita sebagai sosok untuk berbagi kasih.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...