Paulus suatu kali menyatakan sebesar apa pentingnya kasih itu. "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:1-3).
Semua yang disebutkan Paulus adalah hal-hal besar yang bisa membuat kita menjadi manusia super atau manusia paling beruntung di dunia. Bayangkan kalau kita menguasai semua bahasa yang ada di dunia bahkan bahasa malaikat. Bayangkan kalau kita mengetahui segala rahasia kehidupan, menguasai segala ilmu pengetahuan, tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bayangkan kalau kita memiliki iman yang sempurna yang bisa memindahkan gunung. Tanpa kasih semua itu tidak ada gunanya sama sekali. Di sisi lain, tidak peduli seberapa hebatnya kita merasa sudah melayani, bekerja bahkan berkorban demi Tuhan, tanpa kasih semua itu akan sia-sia saja alias tidak berarti apa-apa. Apa yang disampaikan Paulus jelas. Kasih adalah hal yang paling mendasar, paling utama dan terutama dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Kita bisa menjadi orang terpintar, terkaya, terhebat dan sebagainya, tapi tanpa kasih, semuanya tidak akan berguna atau memberi manfaat apapun.
Jika tidak dijaga kehangatannya dan hanya dibiarkan, kasih bisa menjadi dingin. Meskipun kita melakukan berbagai perbuatan baik, tapi jika tidak disertai dengan dasar yang benar yaitu kasih, maka semua itu tidaklah berarti apa-apa. Ada begitu banyak penyesatan dimana-mana, baik yang nyata-nyata kelihatan maupun yang samar-samar atau terselubung lewat berbagai bentuk yang bisa sangat menipu. Orang menjadi semakin individualis, penuh rasa curiga dalam memandang sesamanya, dan paham-paham yang terus tumbuh semakin mengarahkan kita seperti itu. Itu akan menelan kasih yang seharusnya ada dalam diri kita sampai lama-lama tidak lagi ada disana.
Yesus mengatakan bahwa apa yang menyebabkan kasih menjadi bertambah dingin adalah bertambahnya kedurhakaan. Kejahatan, kesesatan, itu membuat manusia semakin jauh berpaling meninggalkan Tuhan. Melawan eksistensi Tuhan, menentang kebenaranNya. Melakukan laranganNya dan tidak lagi mau mendengarNya. Kalau itu dilakukan dengan sadar, maka konsekuensi yang datang tentu harus siap ditanggung. Bagaimana kalau kita tidak sadar, mengira bahwa kita masih hidup dengan kasih tetapi sebenarnya kasih sudah dingin membeku dalam hati kita? Tentu tidak satupun dari kita orang percaya yang mau itu terjadi.
Oleh karena itulah dalam menghadapi hidup di jaman yang sulit ini kita harus tetap memastikan bahwa kasih tetap hidup dalam diri kita dan menjadi dasar dari segala perbuatan baik yang kita lakukan. Kita harus terus menjaga agar kasih jangan sampai menjadi dingin tapi tetap hangat. Dan caranya adalah dengan tetap menghidupi sebuah kehidupan berdasarkan kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, dan menjaga diri kita agar tidak terkontaminasi oleh berbagai bentuk kedurhakaan, kesesatan dan pengaruh-pengaruh negatif lainnya.
Selanjutnya perhatikan pula bahwa pengenalan yang baik akan Tuhan merupakan kunci utama untuk membuat kasih ini tidak menjadi dingin. Yohanes mengingatkan hal itu. "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Kasih bukan saja menjadi sifat Allah, tapi kasih itu sejatinya adalah pribadiNya sendiri. Allah adalah kasih. Karena itulah ketika kita mengenal Allah, yang tidak lain adalah kasih, kita pun dengan sendirinya akan terus memiliki kasih yang menyala-nyala dalam diri kita. Ketika Allah yang adalah kasih tinggal di dalam diri kita, maka hidup kita pun akan senantiasa memiliki kasih.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment