Sunday, February 11, 2018

The Man of Integrity (1)

Ayat bacaan: 1 Raja Raja 3:6
===================
"Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini." 

Dalam Pertandingan Golf US Open tahun 1925 di Worcester Country Club dekat Boston, USA, sebuah sejarah yang menginspirasi terjadi dan diingat orang sampai sekarang. Saat itu, seorang pesertanya, Bobby Jones bersiap untuk mengayunkan tongkat golfnya di tempat dengan rumput lumayan tebal karena bolanya sedikit keluar jalur. Saat hendak mengambil posisi ayun, tanpa sengaja kepala club nya tergeser rumput dan mengenai bola, menyebabkan bolanya bergeser sedikit. Hanya ia yang tahu kejadian itu karena posisinya ada di rumput tebal. Ia bisa saja diam dan melanjutkan, apalagi bola hanya tersenggol sedikit saja yang berarti tidak akan menguntungkannya sama sekali.

Tapi hebatnya, Bobby yang juga berprofesi sebagai pengacara merasa bahwa mau ada yang lihat atau tidak, sebuah peraturan tetaplah peraturan. Ia kemudian meminta dirinya dikenakan penalti yang berdampak pada kegagalannya menjuarai turnamen. Orang pun segera menyampaikan ucapan selamat dan hormat terhadap integritas dan sportivitasnya. Apa tanggapan Bobby James? Responnya menjadi quote yang diingat banyak orang sampai hari ini.  "You might as well praise me for not robbing banks." Kata Bobby James, kalau ia harus dipuji karena meminta penalti tersebut, ia juga harus dipuji karena tidak merampok bank. Itu artinya ia menganggap apa yang ia lakukan bukanlah sesuatu yang istimewa sehingga harus mendapat pujian. Itu adalah hal biasa yang memang harus ia lakukan.

Mengingat profesinya sebagai pengacara, Bobby tentu tahu hukum. Dan sebagai orang yang tahu hukum, ia sadar bahwa ia harus menjadi orang pertama yang taat hukum dan menjadi teladan. Tanpa banyak berpikir, meski keputusannya membuatnya gagal memenangkan turnamen pada tahun itu, Bobby memilih untuk jujur. Sebuah keputusan yang sangat menginspirasi ini kemudian membuat Bobby James dikenang orang sebagai pria sportif yang menjunjung tinggi integritas. Belakangan dalam sebuah wawancara ia berkata: "Karakter seseorang adalah apa yang mereka lakukan ketika tidak ada yang melihat."

Orang berintegritas menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kehormatan, kepercayaan, apa yang benar dan baik, diatas segala yang bisa menguntungkan dirinya secara pribadi. Sayangnya manusia rata-rata menganggap integritas hanyalah sebuah pilihan atau bersifat opsional ketimbang menjadikannya sebagai gaya hidup. Integritas hanya dilakukan apabila menguntungkan atau setidaknya tidak merugikan secara pribadi, atau ketika itu bisa membuat orang kagum. Bobby Jones menunjukkan sebuah keputusan hidup yang menjunjung tinggi nilai integritas, yang justru akan terlihat saat tidak ada yang melihat. Integritas sejati merupakan sebuah pertanggungjawaban antara manusia dengan Tuhan, yang tentu dilandasi rasa hormat pada Tuhan. Tidak peduli apakah ada manusia atau tidak yang mengetahui atau melihat, kejujuran dan prinsip-prinsip kebenaran harus tetap dipegang teguh karena pertanggungjawaban sesungguhnya akan siapa kita adalah kepada Tuhan bukan orang lain.

Akan halnya Bobby, meski tahun 1925 ia harus gagal memenangkan turnamen, ia mencetak sejarah 5 tahun berikutnya dengan menjuarai Grand Slam yang artinya memenangkan seluruh kejuaraan besar pada tahun yang sama di Amerika dan Eropa. Namanya harum sampai hari ini, meski ia sudah dipanggil pulang hampir 50 tahun lalu.

Orang yang berintegritas sering digambarkan sebagai orang-orang yang perbuatannya sesuai perkataan, bertindak konsisten dengan menjunjung nilai-nilai luhur, mampu mengemban tanggung jawab, mengamalkan kebenaran tanpa syarat dan berbagai nilai moral lainnya. Ada yang menyebutkan integritas sebagai keterpaduan antara kesempurnaan dan ketulusan. Dalam sebuah kamus integritas didefinisikan sebagai 'the quality of being honest and having strong moral principles; moral uprightness', yang artinya punya kualitas untuk hidup jujur, memiliki prinsip moralitas dengan standar tinggi dan lurus.

Begitu banyak nilai baik yang terkandung dari sebuah pribadi berintegritas yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diadopsi dari prinsip dunia dalam memandang kebahagiaan saat ini, sehingga sulit sekali mencari orang yang masih memilikinya di tengah kehidupan global yang semakin jauh dari akhlak mulia dan budi pekerti.

Alasan harus memenuhi kebutuhan atau beban hidup yang semakin meningkat, takut kehilangan kesempatan dan sebagainya akan dengan mudah menggeser prinsip-prinsip moral untuk menyerah kepada sikap-sikap oportunis, cari aman dan keuntungan sendiri, berpusat pada diri pribadi bahkan tega mengorbankan orang lain untuk itu. Berbohong menjadi sesuatu yang wajar, berbohong itu biasa. Banyak orang bermimpi untuk menikmati dunia yang lebih baik, lebih damai dan lebih bersahabat, tapi lucunya tidak menyadari bahwa tanpa membangun pribadi-pribadi yang berintegritas itu akan sangat sulit diwujudkan. Hanya berakhir sebagai sebuah pilihan atau bersifat opsional, atau malah hanya jadi sebatas utopia saja.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...