Tuesday, April 17, 2018

Be an Example like Paul (2)

(sambungan)

Banyak juga orang yang mengira bahwa untuk menjadi teladan itu berat karena harus menginspirasi banyak orang. Padahal kita bisa memulainya dari hal kecil, dalam komunitas terkecil kita seperti keluarga. Banyak orang tua yang sudah terlalu letih akibat kesibukan bekerja sehingga mereka merasa tidak lagi punya waktu untuk menanamkan nilai-nilai luhur akan kebenaran kepada anak-anaknya. Mereka hanya segera memarahi anak-anaknya tanpa memeriksa terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi, lebih kepada memberi hukuman ketimbang mendidik.

Maka anak-anak banyak yang tidak mengerti kenapa mereka dimarahi atau dihukum. Pengajaran hanya satu arah dan otoriter, kalau salah, hajar saja sepuasnya supaya kapok, tanpa diberi penjelasan dimana letak salahnya dan kenapa itu salah. Di satu sisi mereka melarang, tapi di sisi lain mereka melanggar sendiri peraturan yang mereka buat. Mereka melarang anaknya merokok, tapi mereka santai merokok di depan anaknya. Mereka melarang anaknya pulang larut malam, mereka pulang seenaknya tanpa memberi penjelasan apa-apa pada anaknya. Mereka menganggap bahwa sebagai orang tua mereka punya kekuasaan absolut yang bisa dipakai seenaknya. Saya orang tua, kamu anak. Jadi pokoknya harus menurut. Titik.

Ini bukanlah sikap orang menurut standar kekristenan karena hanya memerintah tanpa mencontohkan. Hanya menuntut tanpa memberi teladan. Anak pun akan sulit belajar tentang kebenaran jika berada dalam bentuk keluarga otoriter yang tidak menganggap penting proses mendidik dan keteladanan seperti itu. Dan kita tidak akan bisa berharap bisa menjadi teladan secara luas kalau dalam lingkungan terkecil saja kita gagal untuk itu.

Agar bisa menjadi teladan itu berat. Artinya, kita harus terlebih dahulu melakukan sebelum kita mengajarkannya. Kalau kita mengajarkan bahwa tidak baik untuk cepat marah, kita harus terlebih dahulu menunjukkan kesabaran, bukan malah menunjukkan betapa pendeknya sumbu kesabaran anda. Kalau maumengajarkan harus hidup jujur dan bersih, maka kita harus terlebih dahulu melakukannya. Kalau kita mengajarkan harus rajin membangun hubungan dengan Tuhan, kita harus mencontohkannya dan bukan hanya menyuruh tapi sendirinya malas dengan dalih tidak lagi punya cukup waktu untuk itu. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang pintar mengajarkan tentang yang baik dan benar tapi kita  tidak mau memberi keteladanan. Atau malah sehari-hari perilaku masih buruk dan secara transparan dilihat oleh orang lain.

Ada begitu banyak tokoh dalam Alkitab yang sangat baik untuk dijadikan teladan karena cara hidup mereka yang sangat mencerminkan kesetiaan dan iman yang bertahan hingga akhir. Salah satunya adalah Paulus. Pada suatu kali Paulus berkata dengan penuh percaya diri kepada jemaat Korintus: "Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!" (1 Korintus 4:16). Kalimat ini sangat singkat dan sederhana, tapi sungguh tidak main-main. Paulus tidak mungkin berani berkata seperti itu apabila ia tidak atau belum mencontohkan apapun yang ia sampaikan mengenai kebenaran Firman Tuhan. Bukan cuma mendengar apa yang ia sampaikan, tapi ia pun menasihatkan orang untuk menuruti keteladanan yang sudah ia contohkan secara langsung. Artinya, Paulus bukan hanya mengajar, tapi juga pasti memberi contoh langsung terhadap apa yang ia ajarkan. Ia tahu cara termudah bagi orang untuk memahami apa yang ia ajarkan adalah dengan melihat keteladanannya, dan ia pun mengingatkan pentingnya hal tersebut kepada para jemaat Korintus dan siapapun yang membaca ayat ini sepanjang masa.

Kita tahu seperti apa sejarah hidup Paulus. Ia mengalami perubahan hidup 180 derajat dalam waktu relatif singkat, dari seorang yang jahat dan kejam, ia berubah menjadi orang yang sangat radikal dan berani dalam menyebarkan Injil keselamatan. Ia mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk pergi ke berbagai pelosok dalam menjalankan misinya bahkan hingga mencapai Yunani dan Asia kecil. Tidak ada pesawat waktu itu yang mampu mengantar orang dalam waktu singkat, tidak ada pula sarana internet yang memungkinkan orang bisa berhubungan tatap muka secara langsung meski berada jauh satu sama lain seperti chatting, teleconference dan sebagainya. Alat transpor yang lumayan membantu tentu saja kapal, tapi kapal tidak bisa banyak membantu dalam perjalanan darat dan disamping itu harganya pun lumayan mahal.


(bersambung)


Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...