(sambungan)
Jauh lebih mudah untuk mengajar, menegur dan menasihati orang ketimbang menjadi teladan, karena sebagai teladan sikap kita haruslah sesuai dengan perkataan yang kita ajarkan. Itu artinya, sebelum kita mengajar, menegur atau menasihati orang, kita sendiri harus terlebih dahulu melakukannya. Sikap hidup yang sesuai dengan pengajaran seperti itu sudah semakin sulit saja ditemukan hari ini. Tuhan menghendaki kita semua agar tidak berhenti hanya dengan memberi nasihat, teguran atau pengajaran saja, melainkan terus berproses hingga bisa menjadi teladan dengan memiliki karakter, gaya hidup, sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Pesan penting akan hal ini bisa kita baca dalam surat Titus: "Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu" (Titus 2:7).
Yang juga penting untuk diingat adalah bahwa tugas menjadi teladan pun bukan hanya menjadi keharusan untuk orang-orang tua saja. Sejak muda pun kita sudah bisa, dan sangat dianjurkan untuk bisa menjadi teladan bagi sesama. "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12).
Paulus menghidupi Firman. Ia melakukan apa yang ia ajarkan mengenai prinsip-prinsip kebenaran. Saat ia mewartakan kabar gembira mengenai keselamatan dalam Kristus, ia sendiri memberi contoh lewat hidupnya. Karena itulah ia bisa dengan berani dan tegas meminta jemaat di Korintus untuk meneladani cara hidup dan perbuatannya. Kalau Paulus yang tadinya punya masa lalu kelam bisa, mengapa kita tidak? Sebuah kehidupan yang mengaplikasikan Firman secara nyata akan mampu berbicara banyak, jauh lebih banyak dari penyampaian kebenaran Firman lewat kata-kata atau tulisan. Hal keteladanan sangatlah penting karena orang cenderung lebih mudah percaya dan menerima sebuah kebenaran lewat contoh nyata yang mereka saksikan sendiri ketimbang hanya lewat kata-kata atau teoritis saja. Orang yang hidup sesuai kebenaran akan memiliki banyak kesaksian untuk dibagikan yang sanggup mengenalkan kebenaran kepada orang-orang yang belum mengetahuinya. Tidak perlu muluk-muluk, hal-hal sederhana saja bisa menjadi sebuah bukti penyertaan Tuhan yang luar biasa yang mampu menjadi berkat bagi orang lain.
Seperti apa cara dan gaya hidup kita hari ini? Seperti apa karakter yang dilihat orang dari kita hari ini? Apakah kita sudah atau setidaknya sedang berusaha untuk menjadi teladan dalam hidup sesuai Firman Tuhan, atau kita masih hidup egois, eksklusif, pilih kasih, kasar, membeda-bedakan orang bahkan masih melakukan banyak hal yang jahat meski kerap mengajarkan kebaikan? Semoga tidak demikian. Sadarilah bahwa cara hidup kita akan selalu diperhatikan oleh orang lain. Anak-anak kita akan melihat sejauh mana kita melakukan hal-hal yang kita nasihati kepada mereka, begitu juga dengan teman-teman dan orang-orang di sekitar kita. Jangan sampai kita mempertontonkan kehidupan yang malah membuat orang keliru melihat sosok Kristus. Jangan sampai kita sama saja atau malah lebih buruk dari orang-orang yang hidup berpusat pada dunia yang sedang lenyap bersama keinginan-keinginannya.
Menjadi teladan adalah sebuah keharusan, apalagi kalau kita ingin melihat kegerakan rohani terjadi di muka bumi ini. Seperti yang saya sampaikan dalam renungan sebelumnya, keteladanan itu sifatnya estafet, multiplikatif dan menular. Arus kegerakan bisa menarik banyak orang untuk mengenal Kristus dan prinsip-prinsip kebenaran Ilahi yang bermula dari keteladanan bahkan satu orang percaya saja. Kita bisa mulai dari hal kecil, dari lingkungan terkecil. Mulailah praktekkan keteladanan dari hal-hal sederhana, lakukan apa yang diajarkan setahap demi setahap sampai pada akhirnya kita bisa menjadi seperti Paulus.
Untuk memulainya tidak mudah. Dibutuhkan kesadaran dan komitmen. Kita harus menghargai sebesar apa sebenarnya kasih karunia yang Tuhan curahkan atas hidup kita, betapa luar biasanya kasih Tuhan yang terlebih dahulu membuka jalan bagi kita untuk bisa masuk menikmati hadiratNya dan menuntun kita ke dalam keselamatan yang kekal. Kalau kita menghargai hal itu, kita tentu tidak akan mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan buruk. Kehidupan yang terus berproses semakin matang dalam kebenaran akan menjadi teladan buat orang lain, disanalah arus kegerakan rohani bisa mulai semakin besar dan deras mentransformasi dunia yang dipenuhi kegelapan ini.
Kata Albert Schweitzer: "Example is not the main thing. It's the only thing". Bersama Roh Kudus, dengan hidup di dalam Roh kita bisa. Let's do it. Let's become a good example of how beautiful it is to live according to the Gospel.
"To live according to the Gospel is to fight against selfishness. The Gospel is forgiveness and peace; it is love that comes from God." - Pope Francis (2013)
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment