Thursday, April 26, 2018

Berulang-Ulang, Dengan Keteladanan (1)

Ayat bacaan: Ulangan 6:7
==================
"haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."

Jika ingin mengajar anak yang usianya masih kecil atau pra sekolah, kita harus siap meluangkan cukup waktu. Anak-anak tidak akan bisa mendapatkan sesuatu apabila hanya sesekali saja diajarkan, melainkan harus berulang-ulang sampai mereka mengerti dan bisa melakukan. Pelajaran-pelajaran yang mengenalkan dan mengembangkan kemampuan fundamental dan kemampuan motorik seperti menunjuk sesuatu, menulis, menggambar, menyalakan televisi, memakai baju, kaus kaki, membawa gelas tanpa menumpahkan air dan sebagainya membutuhkan latihan dan perulangan. Pola repetitif akan sangat berguna untuk menumbuh-kembangkan kemampuan dasar anak, termasuk saat anda mengajarkan mereka kosakata, warna dan mana yang boleh dan tidak, mana yang salah mana yang benar.

Penelitian mengatakan bahwa janin atau bayi dalam kandungan sudah dapat bereaksi terhadap bunyi yang didengar dengan bergerak. Lalu stimulasi kognitif seperti berbicara atau bercerita pada janin dipercaya membawa pengaruh positif pada kepintaran mereka nanti setelah lahir. Kalau itu sudah biasa, saya pernah membaca mengenai ibu-ibu hamil di Jepang yang bukan cuma berbicara pada janin tapi juga mulai mengajarkan penjumlahan sederhana. Itu tentu sesuatu yang tidak biasa, dan saya tidak tahu apakah memang ada gunanya atau tidak. Tapi menurut penelitian disana, anak-anak yang sudah diajarkan penjumlahan oleh ibunya sejak masih dalam kandungan dan rajin diajak berbicara ternyata jauh lebih cepat berhitung dan menangkap berbagai pelajaran pada usia 3 tahun dibanding anak-anak yang tidak.

Hasil penelitian di Jepang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran berulang-ulang sejak bayi masih berada di dalam perut ibunya. Jika dilakukan sekali saja tentu tidak akan membawa hasil apa-apa. Agar metode ini bisa berhasil, si ibu harus terus menerus mengajarkan kepada bayinya. Dengan kata lain, agar bisa membuahkan hasil yang signifikan, metode pengulangan atau repetitif merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan. Karena itulah orang tua wajib membagi waktu yang cukup buat anak-anaknya di usia dini jika mau mereka tumbuh menjadi anak berotak cerdas.

Bukan cuma anak-anak, tapi orang yang sudah dewasa pun akan lebih mudah mengingat sesuatu yang didengar berulang-ulang atau sesuatu yang sering dilakukan. Coba ingat-ingat, adakah sesuatu yang diajarkan oleh orang tua anda secara berulang-ulang ketika anda kecil dan masih berbekas dalam ingatan anda hari ini? Saya yakin ada. Saya masih mengingat begitu banyak hal yang diajarkan oleh orang tua secara berulang-ulang sampai hari ini. Kepribadian atau watak kita pun akan terbentuk menurut seperti apa pengajaran yang kita terima sejak kecil secara berulang-ulang. Pola-pola perulangan baik yang positif maupun negatif mampu mengubah pola pikir seseorang. Kalau yang diulang-ulang positif, tumbuhnya positif. Sebaliknya jika yang diulang-ulang pengajaran yang negatif, anak pun akan tumbuh berbeda pada pola pikir, reaksi dan tindakannya.

Sejauh mana kita menganggap penting untuk mengajarkan anak-anak kita sejak bayi? Banyak orang tua sekarang yang tidak punya waktu untuk itu. Mereka memilih melakukan hal lain ketimbang memberi cukup waktu untuk mendidik anaknya. Sejak masih bayi anak sudah diserahkan kepada orang lain dan berharap mereka akan mengajar anak dengan baik. Padahal di usia-usia dini anak sangat membutuhkan hubungan dan pengajaran dari orang tuanya. Itu akan sangat menentukan pertumbuhan dan kecerdasan mereka.

Kalau pendidikan dasar seperti mengenal beberapa kata, benda dan sebagainya penting, bagaimana dengan mengenalkan mereka kepada Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaranNya sejak kecil? Apakah kita mau sedikit repot untuk menjelaskan kenapa mereka harus berdoa sedikitnya sebelum makan dan sebelum tidur juga saat bangun, dan mengajarkan mereka bagaimana caranya berdoa? Bukankah kalau metode pengajaran yang berulang-ulang sejak usia dini akan membawa manfaat yang baik sebagai bekal bagi masa depan mereka kelak, apalagi mengenai prinsip-prinsip kebenaran dan pengenalan yang baik akan Kristus?

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...