Friday, April 27, 2018

Berulang-Ulang, Dengan Keteladanan (2)

(sambungan)

Lihatlah pesan Tuhan yang diberikan kepada bangsa Israel lewat Musa. Salah satu pesannya mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan segala perintah yang diberikan Tuhan kepada mereka. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan" (Ulangan 6:6). Dan bukan itu saja, selanjutnya dikatakan: "haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (ay 7).

Lihatlah apa kata ayat 7 di atas. Ayat ini dengan jelas menyatakan betapa pentingnya bagi kita untuk mengajarkan anak-anak kita mengenai ketetapan-ketetapan Tuhan bukan hanya satu kali atau sekali-kali tetapi secara berulang-ulang, bukan cuma pada waktu-waktu tertentu saja tetapi kapan saja, dimana saja. Ada banyak metode pengajaran yang menyenangkan yang bisa dilakukan misalnya lewat dongeng sebelum tidur, sambil bermain, ketika sedang dalam perjalanan, saat santai dan sebagainya. Pola pengajaran berulang akan mampu menanamkan benih Firman Tuhan di dalam hati mereka sehingga mereka bisa terbentuk  sebagai pribadi yang takut akan Tuhan sejak kecil. Itu akan sangat bermanfaat bagi masa depan mereka. Pada suatu saat nanti, anda akan tersenyum bahagia dan bangga melihat mereka tumbuh menjadi orang-orang sukses dengan integritas tinggi yang mampu menjadi teladan bagi banyak orang.

Mengajarkan berulang-ulang itu penting. Tapi jangan lupa bahwa mengajarkan secara lisan saja tidak cukup dalam membangun keimanan mereka. Lebih dari sekedar lewat lisan, kita pun harus menunjukkan keteladanan dengan kesesuaian antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Anak-anak tidak akan mau menanggapi serius nasihat orang tuanya apabila orang tuanya malah melanggar sendiri segala sesuatu yang mereka ajarkan. Dalam beberapa renungan terdahulu saya sudah menyampaikan betapa pentingnya bagi orang benar untuk bisa menjadi teladan, tidak peduli siapa, berapapun umurnya dan dimanapun ia berada. Kalau menjadi teladan itu penting buat sesama manusia terlebih yang belum mengenal Dia, apalagi bagi anak-anak kita sendiri. Masa depan mereka sangatlah tergantung dari keseriusan kita mendidik mereka bukan saja dalam ilmu pengetahuan melainkan juga dalam kebenaran Firman Tuhan. Keteladanan dengan menjadi pelaku langsung Firman wajib dijalankan oleh para orang tua.

Ayat selanjutnya mengatakan hal itu dengan jelas: "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 8-9). Tidak bisa tidak, apabila kita mengharapkan anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berbuah lebat dalam segala hal ketika mereka dewasa, kita harus rajin mengajarkan dan memberi teladan secara berulang-ulang sedini mungkin.

Sadarilah bahwa anak-anak kita merupakan anugerah yang sangat indah dari Tuhan. Dalam Mazmur kita bisa membaca perenungan Penulisnya akan hal ini. "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3). Selayaknya kita menerima titipan Tuhan sebagai anugerahNya, adalah penting bagi kita untuk bersyukur dan menghargai betul pemberian itu. Dan Alkitab mengatakan hal tersebut dengan kiasan yang bagi saya terdengar sangat indah. "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (ay 4). Bukan hanya anak-anak kita yang akan merasakan manfaatnya kelak setelah mereka bertumbuh dewasa, tetapi bagi kita sebagai orang tuanya pun akan memetik hasilnya nanti. "Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (ay 5).


(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...