Monday, April 23, 2018

Keteladanan dalam Titus Pasal 2 (3)

(sambungan)

Kita tidak bisa berharap memiliki iman yang sehat tanpa memiliki kedekatan hubungan dengan Tuhan. Itu artinya orang-orang yang imannya sehat akan menempatkan membangun hubungan dengan Tuhan pada prioritas utama, tidak mengabaikan waktu-waktu berdoa dimana mereka bisa mendengarkan apa kata Tuhan. Mereka yang sehat imannya hidup dipimpin oleh Roh, bukan dikuasai oleh daging dengan segala keinginannya. Singkatnya, we need not just men but men of faith.

Dua poin berikutnya adalah hidup dalam kasih dan ketekunan/kesabaran. Bagi para pria, agenda kesibukan yang menyita waktu bisa menggerus kasih dalam diri mereka. Rasa lelah, tekanan dalam pekerjaan dan sebagainya mudah membuat para pria tidak lagi punya ruang untuk kasih dalam kesehariannya. Kasih hilang digantikan oleh sikap mudah marah, tidak sabar, mudah kesal/dongkol, dan kebiasaan mengeluh yang bisa sangat merusak.

Di sisi lain, status sebagai kepala atau pemimpin rumah tangga bisa membuat pria keliru mengartikannya dengan memerintah seenaknya, otoriter dimana kasih tidak mendapat tempat disana. Kemudian dalam menghadapi situasi yang berat, saat keadaan keluarga sedang kurang baik, para pria pun dituntut untuk tabah dan sabar, terus bertekun dalam doa dan tidak putus pengharapan. Sebab, kalau pemimpinnya goyang apalagi yang dipimpin.

Kapal yang tengah menghadapi badai harus punya nahkoda yang cakap dalam mengendalikan kapal supaya tidak karam, bukan nahkoda lemah yang gampang panik. Pria hendaknya memimpin keluarganya dengan kasih dan ketekunan. Lewat para pria dewasa, orang seharusnya bisa mendapatkan contoh tentang seperti apa itu kasih dan kesabaran lewat cara mereka berhubungan dengan orang lain.

Sekarang giliran wanita dewasa.

"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." (ay 3-5).

Wanita dewasa hendaknya kudus dalam hidupnya, memiliki perilaku yang sesuai dengan apa yang berkenan di hadapan Tuhan. Jika suami berperan sebagai imam, istri dianggap sebagai hati yang memastikan kejiwaan dalam rumah tangga stabil dan baik. Istri bahkan dikatakan berperan sebagai tiang doa bagi keluarganya. Sekuat apapun sebuah bangunan apabila tidak didukung oleh tiang-tiang yang kuat, bangunan itu tidak akan bertahan lama melainkan ambruk. Jadi, kalau istri disebut seperti tiang, itu artinya istri punya peran sangat penting sebagai penopang keluarga. Dengan demikian, seorang wanita tidak akan bisa berperan sebagai hati dan jiwa dalam keluarga, tidak bisa menjadi tiang doa apabila hidupnya jauh dari Tuhan alias tidak hidup sebagai orang-orang beribadah.

Kebiasaan bergosip, menggunjingkan orang lain juga harus dihindari agar jangan ada fitnah yang keluar dari mulutnya. Wanita juga diingatkan agar tidak menjadi hamba anggur alias ketagihan minuman keras, tetapi cakap dalam mengajarkan hal-hal yang baik. Tidak ada orang yang bisa mengajarkan hal-hal baik kalau sedang mabuk, suka bergunjing tentang orang lain dan tidak kudus bukan? Mengajarkan hal-hal yang baik penting terutama agar menginspirasi wanita-wanita yang lebih muda untuk mengasihi suami dan anak-anaknya untuk belajar dari pengalaman wanita yang lebih dewasa. Ada transfer, estafet dan multiplikasi keteladanan dalam hal ini, dan itu sangat dianjurkan oleh Tuhan.


(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...