Wednesday, April 25, 2018

Keteladanan dalam Titus Pasal 2 (5)

(sambungan)

Kita dituntut untuk bekerja jujur, tulus dan setia. Patuh kepada pimpinan dan menjadi pekerja yang berkenan pada mereka. Hari-hari ini sangatlah sulit untuk menemukan orang yang punya integritas seperti ini dalam pekerjaan. Banyak yang hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tega berbuat curang merugikan tempatnya bekerja hanya demi keuntungan pribadi. Tidak mau rugi, tapi dalam mengejar keuntungan rela merugikan orang lain. Itu bukanlah cerminan orang percaya, karena kita justru dituntut untuk bisa menampilkan integritas tinggi seperti ayat 9-10 di atas. Sadarilah bahwa itu bisa membawa orang lain untuk mengenal Juru Selamat kita dan kebenaran yang terkandung dalam prinsip-prinsip yang Dia ajarkan. Artinya, sebagai karyawan, bawahan atau pegawai kita bisa menjadi teladan iman dimana kita bekerja.

Dari rangkaian instruksi mengenai menjadi teladan lewat kehidupan yang benar di atas kita bisa melihat ada pola mentoring yang sifatnya berantai dan multiplikatif. Pria dan wanita yang lebih dewasa menurunkan keteladanan kepada yang lebih muda, dan yang lebih muda kepada yang usianya dibawah mereka, estafet, turun temurun. Apakah kita sudah sadar akan hal ini?

Lalu, apakah kita juga sadar bahwa siapapun diri kita hari ini, berapapun usia kita, kita harus bisa menjadi panutan? Lewat contoh hidup kita, apa yang kita sampaikan kepada orang lain? Apa yang anda tunjukkan kepada orang mengenai kehidupan rohani anda dan seperti apa keluarga anda di mata mereka? Siapa anda bagi mereka? Apakah anda mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan kasih sehingga mereka bisa merasakan kasih Kristus lewat diri anda?

Yang juga penting pada jaman ini adalah seperti apa kita di dunia maya. Saat melihat anda dan bentuk interaksi anda di sosial media, apa yang anda bagikan disana, kesimpulan apa yang mereka gambarkan dari diri anda? Apa yang sedang orang pelajari dari anda? Apakah anda sudah menunjukkan pola keteladanan? Apakah gambar yang bagus yang mucul tentang kita atau sebaliknya? Apakah hal-hal inspiratif dan benar yang anda sampaikan atau anda masih mudah terpancing untuk menghujat, menuliskan kata-kata buruk disana?

Bahwa ada banyak orang yang hari-hari ini berlaku buruk di sosial media yang bagaikan dunia tanpa aturan, merasa boleh berkata jahat sebebasnya dimana  mereka menganggap dirinya aman karena hanya di dunia maya dan bukan dunia nyata, kita tidak boleh terprovokasi dan terpancing. Kalau kita melakukan seperti itu, itu artinya kita sama saja levelnya dengan mereka dan sama sekali tidak mencerminkan hidup yang berpusat pada kebenaran Firman. Itu jelas harus jauh-jauh kita hindari.

Gaya hidup kita, reaksi kita pada Tuhan, ekspresi iman pada Yesus, itu akan sangat menentukan siapa diri kita hari ini. Titus pasal 2 ayat 1-10 memberikan instruksi-instruksi fundamental agar kita bisa menata hidup dengan benar, memberitakan ajaran yang sehat dengan jujur dan sungguh-sungguh disertai contoh nyata dari perilaku kita sendiri sehingga kita bisa tampil menjadi teladan tentang cara hidup yang diajarkan Yesus.

Jika kita menyadari betapa besarnya nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat ini, kita akan merasakan betapa menarik dan menyenangkannya hidup yang penuh sukacita bersama Tuhan dengan menjadi pelaku-pelaku Firman. Dimanapun kita hari ini, siapapun kita, kita harus siap memberikan jawaban mengenai ketidaktahuan orang akan kebenaran. Bukan hanya secara lisan maupun tulisan, tetapi dengan kehidupan kita sendiri. Itu akan membuka jalan bagi mereka untuk bisa mengenal Kristus.

God is calling us to be an example. Are we ready? Let's start doing it!

More than just verbally or in writing, we have to reflect God's true heart and all His principals by our own life

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...