Wednesday, April 4, 2018

Membangun Kehidupan Doa seperti Epafras (2)

(sambungan)

Jadi saya melihat kegerakan rohani yang sangat baik dilakukan oleh gereja ini. Bukan melakukan sesuatu yang baru, tapi mengembalikan kehidupan doa yang sejati dalam kebersatuan dan kesepakatan kuat seperti yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Kalau kita lihat bagaimana gaya atau cara hidup jemaat mula-mula ini dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, tidaklah heran kalau:
- ada banyak sekali mujizat dan tanda yang terjadi atas mereka (ay 43)
- mereka disukai semua orang, artinya termasuk orang yang belum percaya (ay 47)
- Tuhan terus menambahkan jumlah dengan orang-orang yang diselamatkan (ay 47)

Kehilangan kepercayaan akan kekuatan doa, kehilangan motivasi untuk tetap menjadikan doa sebagai gaya hidup kita akan membuat semua itu gagal terjadi dalam diri kita. Kalau saat itu jemaat mula-mula sampai kagum bahkan gentar karena banyaknya tanda dan mukjizat di sekeliling mereka, kita yang kehilangan doa hanya akan terus menanti datangnya mukjizat atau tanda tapi tidak kunjung tiba. Bukannya disukai, tapi malah bikin lebih banyak lagi orang yang anti pati terhadap diri kita maupun Tuhan yang kita sembah. Lantas selanjutnya bukannya bertambah dengan jiwa baru yang selamat, tapi malah banyak yang kepahitan dan meninggalkan Tuhan. No, that should not happen. Karenanya kita harus kembali kepada kehidupan doa seperti pada masa gereja awal, segera, sebelum erosi dalam kekistenan semakin luas mengikis orang-orang percaya.

Mari kita lanjutkan kepada hal berikutnya yang masih berhubungan dengan doa. Kita berdoa mengucap syukur dan menyampaikan permohonan-permohonan agar kiranya dikabulkan Tuhan. Kita minta Tuhan mau turun tangan dan mengangkat kita keluar dari masalah, kita mau Tuhan memberkati kita agar kita tidak kekurangan. Tapi bagaimana dengan mendoakan orang lain? Apakah itu penting? Apakah doa untuk orang lain bisa membawa perubahan kepada mereka ke arah yang lebih baik? Atau pertanyaan berikutnya: apakah kita sudah rajin mendoakan gereja dimana kita masing-masing bertumbuh dengan sepenuh hati, dengan sungguh-sungguh? Roh kita mendapat makanannya disana, apakah kita bersyukur dan membawa tempat dimana roh kita kenyang atau kita hanya mengambil tanpa pernah peduli untuk memberi, setidaknya mendoakan? Atau, jangan-jangan, kita terus makan disana tapi disisi lain terus komplain sampai menjelekkannya kemana-mana. Jika anda melihat masih ada hal-hal yang harus dibenahi atau masih ada yang menghambat pertumbuhan gereja dimana anda tertanam, kenapa tidak mulai mendoakannya? Itu jauh lebih bagus dan bermanfaat ketimbang membiarkan rasa kecewa mendatangkan banyak reaksi negatif dari dalam hati kita.

Berbicara mengenai doa, saya selalu ingat akan seorang bernama Epafras. Siapa Epafras ini? Mungkin banyak diantara teman-teman yang merasa asing dengan namanya, dan itu masuk akal karena tidak banyak catatan tentang dirinya dalam Alkitab. Ia tidak seterkenal Paulus, Petrus, Barnabas atau beberapa rasul lainnya. Tapi tetap saja bagi saya Epafras ini sangat menginspirasi dari kehidupannya yang dipenuhi doa.

Epafras disebutkan Paulus dalam surat Kolose dan Filemon. Epafras adalah pelayan Kristus yang setia yang melayani bersama dengan Paulus dan para rasul lainnya (Kolose 1:7) yang juga ada bersama-sama dengan Paulus di penjara (Filemon 1:23). Dari tulisan Paulus kita tahu bahwa Epafras berasal dari Kolose dan membantu mendirikan gereja-gereja di beberapa tempat termasuk di kotanya, Kolose, lalu Laodikia dan Hierapolis. Dari Epafras lah Paulus tahu bahwa jemaat disana bertumbuh pesat imannya dalam Yesus Kristus dan tentang kasih mereka yang besar terhadap orang kudus, sebuah kasih yang disebutkan dalam Roh (Kolose 1:8). Jadi, meskipun Epafras tidak banyak disebutkan dan tidak ada tulisan yang secara jelas mencatat asal usulnya, kita tahu ia adalah hamba Yesus yang setia hingga akhir hayatnya dengan banyak buah.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...