Saturday, July 28, 2018

Janji Tuhan vs Janji Manusia (1)

Ayat bacaan: Mazmur 12:7
===================
"Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."

Seteguh apa manusia memegang janji? Kelihatannya semakin lama orang semakin sulit untuk melakukannya. Kalau kita lihat di jaman dulu orang bahkan siap mati demi memegang janjinya, itu bagai sebuah sumpah yang sangat mengikat. Kalau tidak mau seperti itu, ya jangan berjanji. Tapi kalau sudah berjanji, pegang sampai mati. Seperti itulah kira-kira bagaimana orang memegang janji di jaman dulu. Hari ini janji tidak lagi dianggap sepenting itu. Dalam berbagai hal, orang bahkan sekarang perlu diikat perjanjian hitam di atas putih supaya kalau ada yang melanggar yang satunya bisa menuntut.

Ada juga yang janjinya hanya berlaku untuk masa tertentu saja. Artinya, kalau sudah lama maka janji itu dianggap boleh dilupakan. Ada juga yang membuat pentingnya janji itu bertingkat-tingkat. Untuk yang penting maka janji dipegang teguh, tapi untuk yang tidak terlalu penting, maka janji itu biasa saja, dalam artian boleh dipegang boleh tidak. Ada yang memegang janji kalau masih ada perlunya kepada orang yang dijanjikan, tapi kalau sudah tidak perlu lagi janji pun tidak lagi diseriusi.

Banyak orang yang kalau mau meminjam sesuatu dengan mudah dan cepat berjanji akan segera mengembalikan, menjaga kondisi barang yang dipinjam dan sebagainya. Tapi kalau sudah dipinjamkan, menagih atau meminta kembali barang bukan main sulitnya. Mereka bahkan bisa mengelak untuk ketemu, atau saat berpapasan seolah tidak kenal.

Ada pula yang hobi obral janji. Pintar ngomong, kata-kata semanis madu, janji muluk-muluk agar apa yang diharapkan bisa jadi kenyataan atau didapat. Prinsipnya, janji dulu biar dapat, soal ditepati atau tidak urusan belakangan. Paling tinggal cari alasan saja nanti. Dalam hubungan saudara dan keluarga orang hari ini banyak yang tidak bisa dipegang janjinya, apalagi dalam urusan bisnis.

Dan yang paling menyedihkan, sebuah lembaga pernikahan yang dimateraikan Tuhan secara langsung pun menjadi salah satu tempat terparah dalam masalah komitmen. Mengucapkan janji nikah itu satu hal, tapi berkomitmen untuk memegang janji itu hal lain. Dari waktu pacaran janji macam-macam, sewaktu menikah mengucapkan janji nikah dengan yakin, tapi kemudian dengan segera melanggar semua janji itu dengan berbagai alasan, berusaha agar diri mereka terlihat bukan sebagai pelaku pelanggaran tapi sebagai korban yang harus dikasihani dan dimaklumi.

Orang tua menganggap janji pada anak sebagai sesuatu yang tidak sepenting urusan lain. Mereka seringkali dengan udah bisa melanggarnya untuk sesuatu yang dianggap lebih penting. Tadinya sudah janji mau bawa anak-anak nonton dan bermain, tapi batal karena beralasan ada kerjaan mendadak. Suami kepada istri, istri kepada suami, orang tua pada anak, anak pada orang tua, antar teman, ingkar janji merupakan hal biasa saja hari ini.

Bagaimana pada saat pemilihan umum? Di negara yang kerjanya hampir tiap tahun memilih sesuatu seperti kita, obral atau umbar janji menjadi sesuatu yang lazim. Kita memilih mulai dari RW sampai Presiden, legislatif di tiap tingkat, kota dan lingkungan sekitar kotor dengan berbagai spanduk yang memasang wajah entah siapa, dan disana pun seringkali janji sudah diumbar selain pada kampanye atau selebaran. Apakah ditepati atau tidak, atau jangan-jangan janji itu kosong karena sebenarnya tidak bakal bisa ditepati, yang penting bilang saja dulu. Secepat berjanji, secepat itu pula melupakan. Bahkan untuk hal sepele pun kita bisa melihat betapa tidak pentingnya lagi janji bagi manusia. Janji mau datang, sudah ditunggu tapi kemudian tidak kunjung muncul. Jangankan datang, mengabari saja tidak. Mulai dari ingkar janji sampai janji palsu, itu dilakukan orang dengan mudah hari ini.

Meski hari ini semakin banyak orang yang tidak lagi menganggap penting sebuah janji, masalah orang bermulut manis, pendusta atau pembual sudah terjadi sejak jaman Daud.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...