Monday, July 30, 2018

Janji Tuhan vs Janji Manusia (3)

(sambungan)

Semakin banyak penyaringan akan menghasilkan sesuatu yang lebih murni. Kita suka kepada hal-hal yang murni, tidak tercampur atau terkontaminasi dengan unsur lain. Susu murni merupakan salah satunya yang banyak dikonsumsi orang untuk alasan kesehatan.

Emas dan perak juga harus melewati proses berkali-kali agar bisa menjadi murni. Seperti apa pemurnian perak itu? Perak dilebur dalam dapur atau biasa disebut dengan furnace pada temperatur sangat tinggi yang bisa mencapai 1200°C. Itu dilakukan untuk tujuan sampling/pengujian sebelum melalui proses elektrolisis agar mineral-mineral lain bisa dipisahkan dari perak. Jadi kalau mau memperoleh perak yang murni, perak harus melewati proses pemurnian terlebih dahulu. Semakin banyak perulangan prosesnya, hasilnya pun akan makin baik.

Seperti itulah kemurnian janji Tuhan. Daud menyadari hal itu sepenuhnya dalam hatinya. Janji Tuhan itu bagi Daud kemuniannya bagaikan perak yang sudah melewati tujuh kali pemurnian. Seperti apa janji Tuhan yang sangat murni itu? Sebuah kemurnian janji seperti itu berarti bahwa Tuhan tidak akan ingkar pada janjiNya. Apapun yang sudah Dia janjikan akan selalu ditepati dan digenapi, tidak akan tercampur dengan berbagai penilaian subjektif atau pribadi atau like and dislike. Dengan membandingkan dengan tingkat kemurnian perak yang teruji lewat tujuh kali pemurnian, kita pun tahu bahwa kemurnian janji Tuhan itu mengandung nilai yang sangat tinggi baik dalam kehidupan kita di dunia maupun setelahnya nanti. Jika janji manusia bisa dilanggar, dilupakan atau kosong alias palsu, tidak akan pernah demikian dengan janji Tuhan. Selama ribuan tahun janji Tuhan sudah berlaku dan sampai generasi selanjutnya hingga bumi berakhir janjiNya akan tetap berlaku sama.

Bukan saja murni, tapi juga teruji. Bukankah sepanjang jaman sejak Daud mengatakan ayat ini sudah tak terhitung orang yang membuktikan kebenaran dan kemurnian janji Tuhan? Baik lewat begitu banyaknya contoh dalam Alkitab maupun kehidupan manusia dalam generasi-generasi berikutnya kita melihat bagaimana Tuhan setia menepati janjiNya. Bahkan sampai hari ini kita masih dan akan terus mendapati hal yang sama. Saya yang belum sampai dua dekade lahir baru saja sudah begitu banyak mengalami bukti nyata janjiNya yang Dia tepati, tak terhitung banyaknya. Ada banyak pula teman dan orang-orang yang terhubung dengan saya, saya ajak untuk juga mengalami langsung janji Tuhan setelah melakukan dahulu bagian kita. Dan mereka pun kemudian membuktikan sendiri bahwa Tuhan itu setia pada janjiNya. Saya yakin teman-teman di blog renungan ini pun sudah membuktikan juga bagaimana janji Tuhan itu benar-benar teruji dalam setiap keadaan.

Yang tidak kalah penting untuk dicermati adalah fakta bahwa ayat ini hadir disaat Daud tengah menghadapi pergumulan berat. Ia tengah dikejar-kejar dan hendak dibunuh. Daripada ketakutan dan panik, Daud memilih untuk menggantungkan keselamatan hidupnya ke dalam tangan Tuhan dan menunjukkan tingkat keyakinan tinggi bahwa janji Tuhan akan pertolongan bukanlah sesuatu yang patut diragukan. Janji Tuhan bukan hanya mungkin tetapi sesuatu yang pasti. Kalau janji manusia itu ya dan tidak, janji Tuhan sifatnya ya dan amin. Daud tahu bahwa daripada ia bergantung pada kekuatannya sendiri, daripada ia protes dan berteriak dalam kekecewaan dan penderitaan, ia memilih untuk menggantungkan hidupnya pada Tuhan. Ia pegang janji Tuhan karena ia tahu janji itu murni. Sepanjang hidupnya Daud sudah membuktikan hal itu, bahkan sejak saat ia masih muda dan masih menggembalakan kambing domba milik ayahnya.

(bersambung)


No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...