Status yang kita sandang adalah anak Raja, berhak sebagai ahli waris yang artinya menerima janji-janji Allah. Itu disebutkan dalam Roma 8:17. Tapi jangan lupa bahwa seperti yang dikatakan Yesus di atas, status anak Raja kita bukan berarti kita boleh tinggi hati melainkan harus memiliki hati hamba. Dan saya suka menyebut status ini sebagai anak Raja berhati hamba. Jika kita ingin menjadi salah satu yang terdepan di antara pengikut-pengikut Kristus, kita bukannya harus meninggikan diri kita dalam kekuasaan dan membiarkan ambisi jahat mencemarkan kita, apalagi menyalah-gunakan status yang kita sandang demi keuntungan atau kepentingan diri sendiri, tapi justru kita harus semakin merendahkan diri kita hingga menjadi seorang pelayan dan hamba.
Dikemudian hari Petrus mengingatkan kembali tentang hal ini, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (1 Petrus 5:6). The only way up is by going down. If we humble ourselves before God, He will exalt us in due time. Dunia tidak mengenal prinsip ini, tapi inilah prinsip Kerajaan Surga. Kita anak-anak Tuhan menyandang status sebagai anak Raja, anak dari Raja diatas segala raja. Tapi Kerajaan Surga tidaklah seperti kerajaan di dunia, dimana siapa mereka bisa berkuasa secara absolut sesuka hatinya karena punya kuasa untuk itu. Dalam Kerajaan surga justru kita diminta untuk memiliki kerendahan hati, mau melayani orang lain yang paling hina sekalipun dengan sebentuk hati seorang hamba.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, memiliki hati hamba dan kerendahan hati untuk melayani berarti pula bahwa kita harus melakukannya dengan penuh kasih, yang menjadi inti sari dari kekristenan. Paulus mengingatkan hal ini: "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14).
Seperti apa bentuk kasih itu? "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Inilah bentuk kasih yang harus dimiliki oleh pengikut Yesus yang tidak akan ada apabila kita masih bersikap egois, berambisi mencari kemudahan dan keuntungan duniawi dan merasa paling hebat atau paling mulia.
Pada akhirnya, it's not about how high we rise, but it's about how low we go down. Kita harus benar-benar memahami prinsip-prinsip Kerajaan Surga dan tidak mencampur-adukkannya dengan prinsip atau cara pikir dunia. Sudahkah kita memiliki sikap anak Raja yang benar menurut Kerajaan Allah? Apakah kita tahu tujuan yang sebenarnya untuk mengikut Yesus? Apakah kita masih mengejar pemenuhan kebutuhan duniawi yang berkelimpahan, keamanan, kenyamanan, kekayaan, kekuasaan, keistimewaan dan sebagainya sebagai alasan untuk mengikut Yesus tapi menolak untuk menyangkal diri, memikul salib dan meminum cawan yang sama dengan yang harus diminum Yesus? Hari ini mari perhatikan betul motivasi kita dalam mengikut Yesus, agar jangan sampai pemahaman keliru membuat semuanya berakhir sia-sia.
Kita tidak mengerti apa yang kita minta apabila kita hanya menginginkan kemuliaan dari mahkota sebagai anak Raja tanpa menyadari kewajiban untuk menyangkal diri dan memikul salib
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment