Saturday, July 14, 2018

Motivasi Mengikut Yesus : Kisah Yesus di Bait Allah (2)

(sambungan)

Jika pasangan kita mengatakan bahwa ia menikah dengan kita hanya karena cari keuntungan bukan karena cinta, perasaan kita tentu hancur. Kita akan merasa sedih, kecewa bahkan sakit dalam hati. Bagaimana dengan Tuhan yang mendapati anak-anakNya berlaku seperti ini? Bukankah Dia pun akan sedih, kecewa, hancur hati dan lebih berhak marah setelah memberi segalanya buat kita? Kita bisa melihat contoh akan hal ini dari kisah yang mencatat kemarahan Yesus yang begitu besar di Bait Allah pada sebuah Hari Paskah Yahudi.

Pada hari itu Yesus pergi ke Yerusalem dan datang ke Bait Suci. Saat tiba disana, Yesus lihat pemandangan yang sungguh buruk di hadapanNya. Seperti inilah situasi yang Dia lihat. "Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ." (Yohanes 2:14). Gereja ternyata sudah berubah fungsi menjadi pasar. Bayangkan di Bait Suci itu bukan berisi orang-orang yang ingin menyembah dan memuliakan Tuhan, bukan berisi orang-orang yang rindu untuk bertemu dan mendengar Tuhan, tetapi justru penuh dengan para pedagang beserta hewan dagangannya, ditambah lagi para penukar uang alias money changer kalau dijaman sekarang. Mereka semua melakukan bisnisnya disana.

Selayaknya pasar, kita bisa bayangkan betapa hiruk pikuknya suasana di Bait Suci yang kudus pada saat itu. Pemandangan seperti itu sangatlah menyakiti hati Yesus. Dan Yesus pun marah besar. "Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (ay 15-16).

Mari kita lihat lebih jauh akan kejadian ini. Yesus tidak menunjukkan kemarahan saat Dia dihina, ditinggalkan, difitnah, bahkan saat disiksa dan disalib hingga mati. Yesus tidak marah malah mendoakan dan mengampuni orang-orang yang menyiksa diriNya sedemikian rupa dengan sangat sadis sampai mati. Secara logika sederhana, apa yang Yesus alami tentu jauh lebih serius daripada sekedar melihat orang berdagang di rumah. Mengalami siksaan seperti itu seharusnya akan memancing kemarahan lebih besar. Jika anda jadi Tuhan Yesus yang memegang kunci Surga dan bisa melakukan apapun, mungkin anda sudah memusnahkan saja semua orang jahat itu dalam sekejap mata. Toh mereka orang jahat, ya sudah sepantasnya itu yang mereka terima atas perbuatannya. Demikian cara berpikir manusia, tapi ternyata Yesus memandangnya berbeda. Semua itu tidak memancing kemarahan Yesus. Yesus tetap tenang menjalani dan menggenapi semuanya seperti apa yang dikehendaki Bapa. Tapi melihat orang-orang berdagang di Bait Suci, kemarahan Yesus timbul. Kalau kita lihat di dalam Alkitab, momen ini adalah momen satu-satunya yang membuat Yesus marah. Jika Yesus yang begitu sabar dan lembut hati hingga bisa marah seperti itu, tentu itu merupakan hal yang teramat sangat serius. Mengapa bisa demikian?

Fakta yang bisa kita lihat dengan jelas, kemarahan Yesus dipicu oleh banyaknya orang yang mencari untung memanfaatkan bait Allah dengan berdagang. Kita mungkin bisa berkata bahwa kita kan tidak berdagang sapi atau burung di gereja, apalagi buka money changer segala? Tetapi sadarkah kita bahwa ada banyak orang yang mencari Tuhan hanya untuk keuntungan semata? Dalam ayat 21 dikatakan: "Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri." 

Ini jelas berbicara mengenai motivasi dalam mengikuti Yesus. Ada banyak orang yang mau mengikut Yesus agar bisnisnya lancar, bisa mendapat untung besar, berharap selamat dari ancaman kebangkrutan, berharap dilancarkan dan sebagainya. Ada banyak pula orang yang berharap bisa mendapat jodoh, karirnya naik, sembuh dari penyakit dan seterusnya. Tentu saja Tuhan bisa menyediakan itu semua, itu tidak perlu diragukan. Tetapi semua itu seharusnya bukan menjadi prioritas utama untuk dikejar, apalagi kalau dipakai sebagai motivasi utama mengikut Yesus. Seandainya kita diberitahu bahwa mengikut Yesus berarti harus siap sangkal diri, pikul salib, harus mengalami penderitaan, masihkah kita mau dengan yakin untuk mengikutiNya? Kalau mendengar itu, bakal banyak yang akan langsung mengundurkan diri. Mereka inilah yang meletakkan motivasi yang salah dalam mengikut Yesus.Mereka hanya melihat Tuhan sebagai pemberi berkat sebagai motivasi utama, dan bukan karena mereka mengasihi Tuhan.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...