(sambungan)
Alangkah baiknya kita belajar lewat sosok Paulus. Tidak ada yang meragukan kegigihan, keseriusan dan ketegaran Paulus yang disertai dengan kesabaran dalam melayani. Dampak dari pelayanannya begitu hebat sehingga sulit membayangkan bagaimana kita hari ini tanpa dirinya. Sebagai seorang hamba Tuhan, Paulus menunjukkan sikapnya yang teguh akan ketaatan. Dia berani pergi menyebarkan Injil kemana-mana, bahkan hingga mencapai Asia kecil. Bersama rekan-rekan sepelayanannya, ia sukses mendirikan banyak jemaat dimanapun ia tiba. Ia memberikan segala sisa hidupnya setelah bertobat, bahkan nyawanya.
Kalau kita baca dalam Alkitab, kita tahu betapa seringnya usaha dan kerja kerasnya tidak dihargai sepantasnya, disalah artikan dan dijadikan alasan untuk menderanya. Dia harus rela mengalami banyak penderitaan dan berbagai bentuk siksaan demi menjalankan misinya. Meski demikian, kita mengetahui bahwa Paulus tidak berkecil hati, kecewa atau sakit hati kepada Tuhan. Sebaliknya ia malah tidak pernah menuntut apa-apa. Ia tidak minta kemudahan dan keistimewaan dalam menunaikan tugas pelayanannya.
Jika memperhatikan tingkat kesulitan tinggi yang ia harus hadapi lengkap dengan segala resikonya, rasanya wajar saja kalau Paulus seharusnya tidak lagi perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan fokus saja mewartakan kabar gembira. Bukankah banyak orang yang melayani berpikir seperti itu? Tapi Paulus ternyata tidak menuntut hal tersebut sama sekali. Perhatikanlah apa yang ia katakan. "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga." (Kisah Para Rasul 20:33).
Paulus tidak menuntut apapun dari jemaat maupun penatua/gembala atau hamba-hamba Tuhan lainnya. Padahal kurang apa lagi Paulus pada saat itu dimata orang-orang percaya? Tapi demikianlah sikap Paulus.
Ia mengatakan "Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku." (ay 34). Paulus sama sekali tidak mencari kesempatan untuk meraup keuntungan untuk diri sendiri bahkan sekedar pengganti tenaga, uang lelah dan sebagainya yang kita anggap wajar dan layak atas kerja kerasnya merintis serta melayani begitu banyak orang. Ia bahkan memilih untuk terus bekerja ditengah kesibukannya melayani untuk mencukupi kebutuhannya sendiri bersama rekan-rekan sekerjanya dan agar ia sanggup membantu orang-orang yang membutuhkan. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah..." (ay 35). Begitu katanya. Bukannya memperoleh penghasilan, bukan cuma sekedar memenuhi kebutuhan pelayanan, tapi ia bahkan sanggup membantu orang yang lemah dan kesulitan. Itu sungguh luar biasa.
Apa pekerjaan Paulus? Dalam Kisah Para Rasul 18:3 kita bisa tahu bahwa Paulus bekerja atau berprofesi sebagai tukang kemah. Paulus tahu bahwa semua yang ia lakukan bukanlah untuk ketenaran, bukan untuk popularitas, kekayaan atau mengejar kepentingan lainnya untuk kepuasan diri sendiri, tetapi semata-mata untuk menyenangkan Tuhan dengan membawa jiwa-jiwa untuk bertobat dan mendapatkan keselamatan.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment