Sunday, July 1, 2018

Simon Sang Penyamak Kulit (4)

(sambungan)

Sesampainya mereka di Kaisarea, Petrus mengatakan kepada Kornelius dan orang-orang disana: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku." (ay 28-29). Lihatlah bahwa penglihatannya di atas rumah menyiapkannya untuk bertemu dengan Kornelius.

Pada masa itu orang Yahudi dilarang keras bergaul dengan non Yahudi, juga tidak boleh masuk ke dalam rumahnya. Tapi lewat penglihatan itu, Petrus sadar bahwa ia tidak boleh menyebut orang non Yahudi sebagai orang yang najis atau tidak tahir. Petrus menyadari bahwa penglihatannya bukan soal halaldan tidak halalnya makanan menurut hukum Israel tapi juga tentang sesama manusia. Dia mendapat pencerahan bahwa Tuhan menerima siapa saja yang bertobat dan taat kepadaNya.

Itulah yang ia katakan kepada orang-orang disana setelah mendengar penjelasan Kornelius tentang alasan pemanggilannya. "Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang." (ay 34-36).

Saya menganjurkan teman-teman untuk membaca kelanjutannya karena disana tercatat dengan jelas semua yang dikatakan Petrus akan hal ini. Dalam ayat 44 kita bisa melihat bahwa kemudian Roh Kudus turun atas semua orang yang mendengar pemberitaan Petrus. Orang Yahudi yang ada disana pun tercengang melihat fakta, bahwa ternyata karunia Roh Kudus pun dicurahkan kepada bangsa-bangsa lain diluar Yahudi. Maka Kornelius dan orang-orangnya yang saleh seperti dirinya kemudian dibaptis dalam nama Yesus.

Bayangkan seandainya tidak ada kisah Tabita, Petrus tidak akan pergi dan menginap sebentar di Yope. Bayangkan seandainya tidak ada rumah Simon sang Penyamak, Petrus mungkin sudah melanjutkan lagi perjalanannya dan tidak bertemu dengan Kornelius. Tempat Simon sang penyamak yang kotor dan bau dan penglihatan yang didapatnya mengajarkan bahwa kita tidak boleh menghakimi orang-orang yang belum percaya. Mereka sama seperti kita, layak untuk menerima keselamatan, mendapat karunia Roh Kudus apabila mereka menjalankan hidup yang berkenan di hadapan Allah. Apa yang dipandang kotor atau bahkan najis oleh manusia ternyata bisa dipakai Tuhan sebagai awal datangnya keselamatan bagi orang lain! Itu adalah poin penting berikutnya.

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...