Wednesday, August 29, 2018

Dari Penonton Menjadi Pemain (3)

(sambungan)

Itu adalah panggilan yang secara umum berlaku bagi kita semua. Caranya tidak harus menjadi pendeta, pengerja dan jabatan atau posisi lainnya di gereja, melainkan dilakukan sesuai dengan panggilan atau pekerjaan/profesi dan dalam keseharian kita masing-masing. Mengingat bahwa itu adalah pesan terakhir Yesus sebelum naik ke Surga menunjukkan bahwa itu adalah pesan penting yang harus kita sikapi dengan serius.

Dalam ayat bacaan kita hari ini kita bisa melihat sebuah tulisan dari Petrus yang bagi saya sangat penting dalam hal ini. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).

Kata "bangsa" disana berbicara tentang keseluruhan orang percaya dan bukan hanya segelintir pribadi. Lalu kalimat "Kamulah bangsa yang terpilih", menyatakan bahwa kita, anda dan saya berada dalam bangsa yang terpilih itu. Sebuah bangsa yang kudus, yang berisi umat kepunyaan Allah sendiri.

Selanjutnya kita dikatakan imamat yang rajani. Apa artinya imamat yang rajani? Dalam bahasa Inggrisnya imamat yang rajani disebutkan sebagai "the royal priesthood". Kalau bagi kita disematkan gelar imamat yang rajani, itu artinya dimata Tuhan kita adalah sebagai imam-imam yang melayani raja. Gelar sebesar ini tentulah bukan tanpa maksud. Itu menunjukkan panggilan bagi setiap kita untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Tuhan secara aktif lewat berbagai kesaksian akan karya nyata Tuhan dalam hidup kita.

Ini adalah sebuah panggilan untuk semua anak-anak Tuhan tanpa terkecuali, bagi anda dan saya. Bayangkan betapa konyolnya kalau seseorang yang memangku jabatan sebagai 'the royal priesthood' alias imam-imam yang melayani raja hanya duduk menonton dari kejauhan tanpa melakukan apa-apa. Itu tentu sangat menyedihkan. Jadi pertama sekali kita harus menyadari jati diri kita sebagai imamat yang rajani, bukan warga, bukan orang luar apalagi orang asing.

Selanjutnya yang perlu kita ingat adalah bahwa untuk menjalankan itu semua kita pun sudah dipersiapkan secara baik. selain Yesus sudah berjanji untuk senantiasa menyertai kita, Dia juga telah membekali kita dengan kuasa-kuasa luar biasa. Tidak mudah? Sulit? Repot? Ribet? Mungkin benar. Bahwa dalam melakukannya kita akan menemukan kesulitan, itu pun benar. Tapi ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah hanya menyuruh kita tanpa menyediakan sarana dan prasarana dalam menjalankan tugas. Ketika Tuhan memberi tugas, Dia pula yang menyediakan segala kebutuhan untuk itu.

Lihatlah ayat berikut ini: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Yesus juga berkata "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Kuasa-kuasa itu tidak ditahan tapi diberikan agar kita mampu berperan langsung menjadi saksi Kristus baik di lingkungan kita bahkan bisa meningkat sampai ke ujung bumi.

(bersambung)


1 comment:

Eli said...

wah, website ini sudah lama tidak update.. apa penulis dalam keadaan baik ?

Merenungkan Makna Natal (8)

 (sambungan) Seorang hamba Kristus seharusnya rela melepas atribut dan hak dalam melakukan segala yang dikehendaki Tuhan dalam hidupnya. Jan...